Mohon tunggu...
Nurun Najib
Nurun Najib Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penyuka isu-isu perkotaan, gerakan islam, kemiskinan dan human rights. Tulisan di Kompasiana ini adalah tulisan yang bersumber dari personal website dengan alamat: nurunnajib.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota “Sakit” Jakarta

7 April 2014   21:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:57 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Warga tak pernah berdaulat dihadapan logika pemodal dan pasar,”

Cuplikan dialog dalam ME Jakarta.

Review film dengan judul: ME Jakarta

Tujuan dari pembangunan tentunya ingin meningkatkan kesejahteraan warganya, baik itu pembangunan yang ada di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Akan tetapi seringkali yang terjadi bahwa proses pembangunan dan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan di awal, yaitu tercapainya kesejahteraan bagi semua warga secara merata. Alih-alih kesejahteraan, yang terjadi justru ketimpangan yang semakin lebar antara si kaya dan si miskin. Pembangunan akhirnya menyisakan banyak kantung-kantung kemiskinan.

Kondisi di atas tergambarkan dengan jelas dalam film dokumenter ME Jakarta ini. Masyarakat kelas bawah yang seharusnya memiliki hak yang sama dalam menikmati dan mengakses hasil dari pembangunan hanya menjadi impian semu belaka. Rumah-rumah yang tak sehat yang dibangun di bantaran suangai, air yang digunakan sehari-hari yang tak bersih, padatnya pemukiman menjadi gambaran yang mudah sekali kita temui di Jakarta ini. Pada titik lanjut, kondisi seperti ini secara pasti akhirnya banyak melahirkan ketimpangan. Akses kesehatan yang tidak memadai tentu juga menjadi permasalahan tersendiri.

Belum lagi jika kita membicarakan tentang fasilitas publik yang seharusnya tersedia bagi semua warga.Tentu juga seperti yang dibayangkan bersama, sangat minim. Tempat-tempat publik, akibat dari adanya pembangunan yang serampangan, akhirnya bergeser ke mall-mall. Tentu yang ditawarkan mall berbeda dengan fasilitas publik seperti taman, yang lantas lebih menitikberatkan konsumerisme. Ketika konsumerisme menjadi gaya hidup masyarakat kota yang menjerit adalah mereka kelas bawah yang tidak mampu menjangkaunya.

Masyarakat kelas bawah yang tidak bisa menikmati dari hasil pembangunan tersebut semakin lama semakin tersisih dari perhatian pemerintah. Salah satu contohnya adalah penggusuran PKL yang marak terjadi di Jakarta. Padahal PKL adalah denyut nadi mereka sehari. Sebenarnya jika pemerintah beritikad baik untuk melibatkan mereka dalam proses pembangunan, tentu wajah buruk Jakarta secara perlahan bisa berubah. Seperti apa yang dilakukan oleh pemerintah Thailand di dalam film dokumenter ME Jakarta ini, yang menata dengan baik kantung-kantung kemiskinan, dan memaksimalkan mereka dalam proses perekonomian informal. Hasilnya, kantung-kantung kemiskinan yang selama ini dianggap mengganggu pemandangan kota bisa disulap menjadi lingkungan yang tertatat rapi. Belum lagi, ternyata pemerintah Thailand juga mampu menggerakkan mereka di sektor-sektor perekonomian informal yang mampu menekan laju kemiskinan.

Harusnya pemerintah mulai sadar, bahwa mereka (masyarakat kelas bawah) juga sangat berpotensi dan bisa berperan aktif dalam roda pembangunan. Pendekatan-pendekatan secara humanistik perlu lebih dikedepankan dalam setiap aspek pengambilan kebijakan pemerintah, sehingga dengan langkah yang lebih humanis, diharapkan bisa mencegah kelas bawah sebagai korban pembangunan. Ini seperti langkah Jokowi dalam menata Kota Surakarta yang mampu meminimalisir gejolak dalam setiap kebijakan yang diambilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun