Mohon tunggu...
nur ummi taslimah
nur ummi taslimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

MENELISIK ASAL USUL NAMA KENCONG HINGGA PERNAH MENJADI PUSAT PEREKONOMIAN DI JEMBER SELATAN

6 Juni 2024   08:35 Diperbarui: 6 Juni 2024   08:53 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Kencong merupakan nama Kecamatan dan Desa di Kabupaten Jember. Pada zaman Hindu-Budha wilayah tersebut pernah ilalui rombongan besar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359. Nama desa tersebut sering diplesetkan dengan kata Kencong tapi Mencong dikarenakan jalan-jalan di wilayah tersebut terlihat lurus (kenceng), namun setelah ditelusuri ternyata jalan tersebut berbelok-belok (mencong). Nama wilayah tersebut sering dikaitkan dengan kemilauan emas kekuningan dikarenakan hasil panen padi yang mnguning sehingga disebut sebagai kencono. Kesuburuan di wilayah ini banyak menarik para imigran dari luar daerah sehingga banyak menjulukinya sebagai Kencong dengan istilah Kencono dan Plancong.

Pada awal abad ke-19 Masehi, para peneliti Eropa Thomas W. Horsfield (1804) dan Frans Wilhelm Junghuhn (1844) melakukan penelitian di wilayah Kindjung. Kata tersebut merupakan sebutan dari orang Eropa. Pada tahun 1928, Kencong menjadi salah satu distrik di Jember bagian selatan pecahan dari Distrik Puger. Sesuai dengan Staatsblad van Nederlandsche Indie nomor 322 tahun 1928 ditetapkan di Cipanas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan Surat Keputusan Nomor IX tertanggal 9 Agustus 1928. Wilayah tersebut memiliki luas 5865,3 ha meliputi persawahan seluas 3783, 1 ha, tanah perkebunan seluas 819,5 ha dan permukiman seluas 956, 3 ha. Sebagian besar pada masa itu berupa lahan pertanian dan perkebunan. Daerah tersebut terdiri dari beberapa desa. Terdapat desa Kencong merupakan komplek utama, Desa Wonorejo, Desa Paseban, Desa Kraton, dan Desa Cakru.

Adanya pemekaran distrik baru membuat tumbuh dan berkembangnya kehidupan perkotaan baru dengan ciri perkebunan dan industri. Perusahaan milik Belanda, Handels Vereeninging Amsterdam (HVA) bermbisi pada pembangunan infrastruktur di kawasan distrik baru seperti di Distrik Wuluhan, Distrik Kencong, Distrik Rambipuji, dan Distrik Tanggul. Wilayah ini mengalami perkembangan pembangunan infrastruktur diantaranya perluasan perkebunan, pembangunan infrastruktur Pasar Kencong, Stasiun, Jalur Trem dan Pabrik Gula Gunungsari. Sehingga Infrastruktur diatas memliki daya penunjang pusat perekonomian yang tadinya berada di Puger bergeser ke Kencong.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun