Mohon tunggu...
Nurul ZahwaTahir
Nurul ZahwaTahir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka dengan menjelajahi keberagaman budaya Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manette, Tradisi Suku Mandar Yang Mengalami Degradasi

2 Juni 2024   10:42 Diperbarui: 2 Juni 2024   10:43 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: akun Facebook INFO Kejadian Polman

Di desa Pambusuang, kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terdapat sebuah tradisi menenun kain yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat selama berabad-abad. Tradisi ini dikenal dengan nama Manette, sebuah warisan budaya yang kini terancam punah seiring perkembangan zaman.
Manette merupakan seni menenun kain tradisional masyarakat Mandar yang diwariskan secara turun-temurun. Kain Manette atau biasa disebut dengan kain sa'be memiliki motif dan corak yang khas, dengan dominasi warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan hijau. Setiap motif dan warna memiliki makna filosofis yang menceritakan nilai-nilai, kepercayaan, dan sejarah masyarakat Mandar.
Manette sudah menjadi kegiatan sehari-hari bagi sebagian wanita Mandar, serta menjadikan manette ini sebagai pengisi waktu luang setelah membersihkan rumah dan untuk mengisi waktu sembari menunggu suami pulang dari tempat kerja.
Namun, saat ini, tradisi Manette menghadapi ancaman degradasi yang serius. Generasi muda di tanah Mandar cenderung enggan mempelajari dan melanjutkan tradisi menenun ini. Mereka lebih tertarik untuk mencari pekerjaan di sektor lain yang dianggap lebih modern dan menguntungkan secara ekonomi.
Anak-anak muda sekarang lebih memilih bekerja di kota atau menjadi pegawai kantoran. Mereka menganggap menenun itu pekerjaan kuno dan tidak menghasilkan banyak uang.
Selain itu, kurangnya dukungan dan apresiasi dari pemerintah dan masyarakat luas juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi ini. Kain sa'be kurang diminati di pasaran, sehingga para penenun kesulitan untuk memasarkan hasil karya mereka.
Diharapkan pemerintah dapat memberikan dukungan seperti pelatihan, fasilitas, dan pemasaran agar tradisi Manette dapat terus bertahan.
Beberapa upaya pelestarian telah dilakukan oleh kelompok-kelompok budaya dan seniman lokal, seperti mengadakan workshop dan pameran kain Manette. Namun, upaya tersebut masih belum cukup untuk menghentikan degradasi yang terus terjadi.
Jika tidak ada tindakan nyata untuk melestarikan tradisi Manette, bukan tidak mungkin tradisi menenun kain ini akan punah dalam beberapa dekade mendatang. Hilangnya Manette bukan hanya berarti kehilangan sebuah warisan budaya, tetapi juga kehilangan nilai-nilai luhur, sejarah, dan identitas masyarakat Mandar.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun para pecinta budaya, untuk menyelamatkan Manette dari degradasi. Dengan upaya bersama, warisan budaya yang bernilai tinggi ini dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang sebagai identitas bangsa Indonesia yang kaya akan keragaman budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun