Mohon tunggu...
Nurul Wahyu Syahrir
Nurul Wahyu Syahrir Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

4 Level Mewujudkan Impian versi Perang Mut'ah

23 November 2023   20:22 Diperbarui: 24 November 2023   08:29 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : @nurul_syahrir29

     

Setiap orang pasti memiliki impian dan cita-cita. Berbagai usaha pun dikerahkan untuk mencapai impian tersebut. Namun kadang usaha untuk menggapai impian kandas di tengah jalan dikarenakan berbagai rintangan dari dalam maupun dari luar. Tentu saja impian yang dimaksudkan di sini adalah impian yang logis yang bisa dicapai dan bukan hanya khayalan di negeri antah berantah.

Di saat impian kita belum terwujud, bagaimana cara untuk menggapainya? Level mewujudkan mimpi akan kita bahas dalam hal ini akan dikaitkan dengan sirah perang mut'ah. Kenapa? karena menurut saya yang namanya teladan terbaik itu adalah dari generasi terbaik dan generasi terbaik itu adalah generasinya Rasulullah dan para sahabanya. Jadi ketika kita ingin belajar jadi pribadi yang benar-benar pribadi yang keren, jadi orang yang terbaik, jadi kuntum khairu ummah maka kita harus belajar dari mereka.

Perlu kita ketahui bahwa impian bukan sekedar angan-angan yang tidak ada realisasinya. Jika impian ingin dicapai, tentu harus ada usaha semaksimal mungkin. Cobalah kita saksikan contoh gampangnya adalah seekor burung ketika ia ingin menggapai impiannya untuk memperoleh makanan di hari itu, dia pun pergi ke luar sarangnya untuk mencari hajat yang ia butuhkan. Ketika pulang pun ia dalam keadaan tenang. Sama halnya dengan peristiwa yang terjadi di perang mut'ah ini. Jadi perang mut'ah merupakan perang yang terjadi diawal 8 H. Delapan tahun sebelum Rasulullah hijrah dari makkah ke madinah. Ini merupakan perang yang pertama kali dilakukan dalam melawan romawi. Jadi untuk para sahabat Rasulullah, ini adalah perang yang baru dan pertama kalinya akan  mereka lakukan dengan melawan romawi.

Kerennya adalah 1000 orang muslim melawan 200 ribu orang romawi. Jadi terkesan mustahil untuk terjadi. Maka dari itu, ada banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik didalamnya. Adapun lokasi perang mut'ah ini ada di Jordan berdampingan dengan palestina. Lokasinya lumayan sngat jauh tapi hal tersebut tidak menjadikan usaha mereka surut dalam meraih impiannya, impian untuk bisa menang dalam pertempuran dijalan Allah.

Jadi, dulu jalan Rasulullah dan para sahabtnya mengejar mimpi adalah mereka all out berdakwah mengikuti apa yang Rasulullah perintahkan. Ini yang harus kita tekankan dalam diri kita, apapun mimpi kita hari ini, harusnya tujuan akhirnya harus sama dengan para sahabat yakni ke syurga.

Dalam mewujudkan impian, ada banyak hal yang bisa kita petik hikmahnya dari peristiwa perang mut'ah  ini, yakni ada 4 level/langkah diantaranya;

1). Mengatasi rasa takut
Rasulullah berpesan "Kalau Zaid bin Haritsah wafat (syahid) maka akan digantikan oleh Ja'far bin Abi Thalib, ketika Ja'far pun wafat maka akan digantikan dengan Abdullah bin Rawahah". Pada waktu itu, Rasulullah tidak ikut berperang oleh sebab itu Rasulullah mendelegasikannya pada sahabat-sahabatnya. Para yahudi kala itu menakut-nakuti para sahabat dengan mengatakan bahwa Ketika Rasulullah mengatakan si fulan wafat digantikan dengan si fulan, dst.

Maka biasanya kejadian tersebut benar-benar terjadi. Mendegar hal tersebut, Abdullah bin Rawahah menangis tapi menangisnya bukan karena dia takut dengan hal yang dikatakan yahudi akan tetapi dia menangis karena takut jika dia wafat lalu masuk neraka. Dia mengingat firman Allah dalam Q.S Maryam:71 yang terjemahannya: "Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan".

Jadi mereka bertiga berangkat jihad, yang sebagaimana kita tahu bahwa seseorang yang berangkat berperang dijalan Allah lalu dipeperangan tersebut mereka wafat maka mereka dinilai syahid dan orang yang syahid akan masuk syurga tanpa hisab sebagaimana Imam al-Ghazali dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub  halaman 65, mengutip sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan mengatakan: "Nabi Shallahu'alaihi wasallam bersabda: ketika hari hari kiamat datang ada empat orang yang masuk surga tanpa hisab (yaitu) orang alim yang mengamalkan ilmunya, orang berhaji dan dia tidak berkata-kata keji dan dan berbuat fasik sampai dia meninggal, tentara yang gugur mati syahid dalam medan pertempuran dalam menegakkan kalimat Islam, dan orang yang dermawan yang membelanjakan hartanya kepada yang halal dan menafkahkannya di jalan Allah tanpa diikuti sikap riya'. Mereka saling berbantah-bantahan pertama yang memasuki surga.

Hal tersebut didukung dalam firman Allah subhana wata'ala dalam Q.S An-Nisaa ayat 74 yang terjemahannya:
"Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan Maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun