Abstrak
Salah satu peran penting bahasa adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi. Pemahaman yang sama dalam penggunaan bahasa memainkan peran krusial dalam proses komunikasi, sementara bahasa juga berfungsi sebagai simbol identitas suatu komunitas atau negara. Keberadaan bahasa menjadi sangat penting, termasuk dalam konteks ASEAN, di mana adanya bahasa bersama menjadi krusial sebagai alat komunikasi dan simbol identitas organisasi. Artikel ini membahas sejarah, dampak positif, peran, hambatan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN. Meskipun bahasa Indonesia dapat menjadi alat komunikasi di antara negara-negara anggota ASEAN, untuk merealisasikan hal tersebut, terdapat tantangan baik dari dalam negeri maupun dalam konteks persaingan internasional. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya yang signifikan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Pendahuluan
Bahasa Indonesia memegang peran penting dalam konteks ASEAN dan sebagai identitas nasional Indonesia. Meskipun menghadapi tantangan seperti dominasi bahasa lain dan kurangnya kecintaan terhadap bahasa sendiri di dalam negeri, Bahasa Indonesia tetap memainkan peran politik yang besar sebagai perekat bangsa dan lambang perjuangan kemerdekaan. Dalam konteks global dan regional, peran Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi diharapkan dapat memperkuat integrasi dan kesatuan antara negara-negara anggota ASEAN. Hal ini menjadi bagian penting dari upaya untuk memahami bagaimana Bahasa Indonesia memiliki dampak signifikan pada identitas, pembangunan intelektual generasi muda, serta melestarikan warisan budaya Indonesia di kancah dunia.
Pembahasan
Sejarah Indonesia
Kata 'Indonesia' pertama kali disebutkan oleh George Samuel Earl, seorang tokoh kebangsaan Inggris, yang merujuk pada gugusan pulau di Lautan Hindia dengan kata 'Indunesia'. Meskipun demikian, para ilmuwan Eropa sering menggunakan istilah 'Melayunesia'. Sejarah mencatat bahwa dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (Volume IV, P. 254, tahun 1850), J. R. Logan, seorang tokoh Inggris, merujuk pada gugusan pulau di Lautan Hindia dengan istilah 'Indonesian'. Kemudian, Adolf Bastian, seorang tokoh Jerman, dalam bukunya Indonesian Order die Inseln des Malaysichen Archipel, menggunakan istilah 'Indonesia' untuk merujuk pada gugusan pulau di Lautan Hindia. Istilah 'Indonesia' ini kemudian digunakan sebagai nama sebuah negara di kawasan Asia Tenggara, yang dihuni oleh lebih dari 220 juta jiwa.
Dampak positif Bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi dalam Komunitas ASEAN membawa peluang pengembangan yang luas. Faktor-faktor yang mendukungnya termasuk kemajuan sektor ekonomi Indonesia yang cukup pesat dan keberadaan pasar bebas ASEAN yang menjanjikan keuntungan besar bagi Indonesia. Momentum yang positif ini harus dimanfaatkan secara optimal, termasuk dalam aspek kebahasaan. Berikut beberapa keuntungan jika Bahasa Indonesia menjadi bahasa utama dalam komunikasi di ASEAN.
Pertama, Bahasa Indonesia menjadi salah satu media yang kuat untuk mempromosikan Republik Indonesia. Bahasa memiliki peran vital dalam memperkenalkan suatu negara, menarik minat wisatawan, dan menarik investor untuk lebih memahami Indonesia. Bahasa Inggris, Spanyol, Perancis, Jerman, Jepang, Cina, dan Korea adalah contoh bahasa yang dikenal secara luas dan bahkan dijadikan bahasa resmi di beberapa negara. Kesempatan bagi Bahasa Indonesia untuk mendunia melalui ASEAN Community sangatlah penting karena Indonesia belum memiliki posisi tawar yang kuat secara internasional. ASEAN menjadi wadah yang bisa menarik perhatian masyarakat internasional dan posisi Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN memberi bobot penting terhadap gagasan dan kontribusi Indonesia di mata negara-negara lain.
Kedua, penggunaan Bahasa Indonesia dalam ASEAN dapat berdampak positif terhadap perekonomian dalam negeri. Ini dapat terlihat dari peningkatan investasi asing, ekspor produk lokal, peningkatan kunjungan wisatawan, serta minat dari luar negeri terhadap sektor hiburan dan kebudayaan Indonesia. Kekayaan alam Indonesia dan keragaman budaya harus dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai modal untuk menjadi negara maju. Di era di mana informasi dan komunikasi menjadi begitu mudah, interaksi dengan negara lain menjadi kunci penting bagi kemajuan sebuah negara. Dengan Bahasa Indonesia dikenal secara luas, diharapkan warga asing dapat lebih mengenal Indonesia dan tertarik untuk mengunjungi negara ini.
Hambatan - hambatan Untuk Mewujudkan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Komunikasi ASEAN
Dalam usaha menjadikan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi di antara negara-negara anggota ASEAN, terdapat beberapa hambatan yang dapat dikategorikan menjadi dua bagian: hambatan dari dalam negeri dan dari luar negeri.
Hambatan Dari Dalam Negeri:
Keberadaan Bahasa Indonesia di dalam negeri mulai terancam karena kurangnya kebanggaan dalam penggunaannya oleh masyarakat Indonesia. Faktor-faktor yang menyebabkannya antara lain:
a. Dominasi bahasa lain yang lebih populer seperti Bahasa Inggris, yang memiliki posisi internasional, serta perkembangan bahasa-bahasa lain yang mendapat popularitas melalui budaya mereka. Meskipun Bahasa Indonesia masih menjadi pilihan utama dalam percakapan sehari-hari, pengaruh globalisasi telah memperkuat Bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lain dalam komunikasi internasional.
b. Berkembangnya sebuah bahasa sangat terkait dengan perkembangan budayanya. Contohnya, popularitas budaya Korea dengan K-Pop memperkuat minat orang-orang dari berbagai negara, termasuk Indonesia, dalam mempelajari bahasa Korea. Oleh karena itu, promosi budaya asli Indonesia seharusnya dilakukan secara besar-besaran, termasuk melalui media hiburan.
Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap Bahasa Indonesia juga mulai menurun, terlihat dari hasil Ujian Nasional yang menunjukkan rendahnya prestasi di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini menimbulkan ironi di mana bahasa ini seharusnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemunculan ragam bahasa gaul atau bahasa alay juga berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Masyarakat cenderung menggunakan bahasa gaul, menandakan berkurangnya penghargaan terhadap Bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Peningkatan Peran Bahasa Indonesia
Peningkatan peran Bahasa Indonesia tidak hanya terbatas sebagai alat komunikasi, namun memiliki dimensi lebih luas. Sugono (2012: 2) menekankan bahwa Bahasa Indonesia telah membuktikan perannya sebagai medium ekspresi dalam (1) deklarasi identitas politik bangsa pada Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928, yang mengakui (i) kesatuan darah dan tanah air Indonesia, (ii) identitas sebagai bangsa Indonesia, dan (iii) penghormatan terhadap bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia, serta (2) pernyataan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Melalui Sumpah Pemuda ini, sikap politik yang dinyatakan mampu membangun kesatuan untuk merebut kemerdekaan dari cengkeraman kolonialisme Barat. Sementara itu, deklarasi kemerdekaan Indonesia memberikan inspirasi yang signifikan dalam membentuk kesatuan antar bangsa Asia Afrika untuk menentang penjajahan.
Jelas bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki peran politik yang sangat penting, terutama sebagai pengikat bangsa Indonesia. Bahasa ini memainkan peran sentral dalam pembentukan identitas bangsa, perjuangan kemerdekaan, peningkatan intelektualitas, dan perubahan menuju peradaban yang lebih maju. Sejalan dengan itu, pengembangan pendidikan Bahasa Indonesia memiliki peran krusial dalam membentuk kecerdasan dan karakter generasi muda serta membangun identitas bangsa yang kokoh.