Mohon tunggu...
Nurul Resty Damayanti
Nurul Resty Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi STIQ ZAD Cianjur

Penikmat keramaian

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cahaya Do'a di Tanah Haram

29 Juni 2024   06:52 Diperbarui: 29 Juni 2024   07:10 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Madinah Al-Munawwarah (Dok. pribadi)

Kisah ini terjadi di Tanah Haram, Madinah Al-Munawwaroh. Berangkat ke tanah suci adalah impian tiap muslim yang ada di bumi ini. Begitupun aku, ada banyak sekali keajaiban-keajaiban yang ada disana. Mulai dari buah buahan yang lengkap dari berbagai jenis padahal tidak ada pohonnya. Tempat yang tidak akan sepi sampai hari kiamat nanti. Sebelum aku kesana, aku selalu mendapatkan pesan untuk berhati-hati dalam berbicara, karena semuanya bakal terkabulkan. Juga aku pernah mendapatkan kisah jama'ah yang mencela makanan, dan mulai saat itu hingga hari terakhir dia disana semua makanan yang ia makan menjadi tidak enak di lidahnya.

Dalam tulisan ini, aku akan menceritakan kisah bagaimana do'a saya terkabulkan begitu cepat.

Dari Jeddah , kami langsung berangkat ke Mrradinah dan menginap disana selama 6 hari. Kami langsung bergegas ke hotel untuk beristrahat sejenak. Dan untuk makan sehari-hari, kita tidak makan di kamar, tapi ada restoran khusus yang sudah disediakan oleh travel. Di restoran itu bergabung antara 3 negara : Indonesia, Malaysia, dan India. sehari dua hari berlalu, masih belum terjadi apa-apa. 3 kali sehari kami mengunjungi restoran itu. Masuk hari ke 3 aku mulai merasakan keanehan. Dalam satu ruangan itu, ada 3 stand makanan untuk tiap negara. Dan di setiap stand itu ada 1 petugas yang bertugas untuk melayani jama'ah yang mau makan. 

Suatu pagi, ibu menyuruhku untuk mengambilkan dia air minum, akupun langsung bergegas pergi. setelah airnya aku ambil, aku dikagetkan oleh seorang pria yang berdiri tepat dihadapanku, pria      gagah, mancung, tinggi, putih, pokoknya gantenglah dan jarak antara kita itu deket banget. yang aku rasakan saat itu bukanlah seneng bertemu dengan cowok ganteng, tapi detak jantungku sudah tidak teratur lagi gara-gara ketakutan. Ditambah lagi dia mulai melontarkan pertanyan-pertanyaan singkat kepadaku. "what's your name?" tanya dia dengan santainya. "nurul" jawabku dengan singkat. "From Malaysia?" tanya dia lagi."No, im from Indonesia". Jawabku dengan rasa gugup ditambah dengan pengucapan bahasa inggrisku yang jelek. Aku ngomong ini karena memang aku tidak begitu PD dengan bahasa inggrisku, hehe lupakan, 

Setelah itu ia masih saja melanjutkan, dan kali ini berbeda. "MasyaAllah, MasyaAllah, you are so beautiful"  ia memujiku tanpa ada rasa bersalah sama sekali, hatiku tidak tenang setelah itu, tanganku gemeteran dan tidak berani lagi untuk kemana-mana sendiri. Saat itu aku baru sadar, ternyata ini juga salahku, aku tidak menggunakan masker untuk menutupi wajahku, sedangkan  orang luar banyak yang tertarik dengan wajah orang Indonesia yang terkenal dengan keimutannya. Juga tempat yang aku tempati ambil minum tadi adalah tempat untuk jama'ah yang datang dari dari malaysia. ya, aku malu tapi rasa shock ku melebihi rasa maluku. Rasa takut dan degdegan membuat selera makanku pergi. 

Kisah tidak berhenti begitu saja, sejak saat itu, pria itu selalu memperhatikanku dari kejauhan dengan senyuman yang aku tak tahu apa maksud dari itu semua. Ia selalu menungguku, ini bukan GR tapi memang begitu kenyataannya. 2 hari berjalan dengan kisah yang sama, ia tampak bahagia jika ia melihatku, Ia tak pernah berhenti untuk melirikku begitu pula senyuman tak pernah alfa, padahal kalau aku perhatikan, dian orang yang lumayan cuek dan tak peduli kepada orang lain, tapi berbeda denganku. sejak saat itu aku tak pernah ikut ke restoran untuk makan, aku selalu titip ke kakak untuk mengambilkan makanan untukku. Aku dihantui rasa takut, aku segera bergegas ke masjid Nabawi untuk sholat dan berdo'a " ya Allah aku tidak ingin melihat pria itu lagi, aku tidak ingin menemuinya lagi" setelah itu aku memberanikan diri untuk ikut ke restoran, dan subhanallah, pria itu tak aku dapati lagi di restoran itu, bahkan hingga kami hendak meninggalkan Madinah, aku tak pernah melihatnya lagi.   Padahal belum sejam setelah aku berdo'a,    Allah telah membuktikan bahwa Dia maha mendengar. MasyaAllah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun