Pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia pada akhir 2019 tak terkecuali negara Indonesia menyebabkan kepanikan luar biasa bagi seluruh masyarakat. Berbagai upaya pemerintah dilakukan untuk menghindari dan mengurangi penyebaran virus ini diantaranya adalah kebijakan social distancing atau jaga jarak saat berada di tempat umum. Kebijakan ini mengharuskan warga untuk melakukan seluruh aktivitas dirumah, seperti bekerja, belajar dan juga melakukan ibadah. Dampak dari kebijakan ini tentu saja menghambat berbagai bidang mulai dari ekonomi, kesehatan, dan juga pendidikan. Pada bidang pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar terpaksa harus dilakukan dalam jarak jauh (learning from home). Dalam prakteknya, masih banyak pihak yang belum siap untuk  melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring ini dikarenakan terkendala koneksi ataupun keterbatasan perangkat teknologi yang digunakan.
Di era sekarang ini, kegiatan membaca atau berliterasi masih dianggap tidak terlalu penting bagi masyarakat tidak terkecuali untuk para siswa. Padahal seperti yang kita tahu, kegiatan membaca ini merupakan salah satu budaya literasi yang memiliki banyak manfaat. Hanya saja, di Indonesia, budaya ini terlihat  belum diterapkan dengan baik oleh masyarakatnya. Berdasarkan hasil PISA (Programme for International Student Assesment) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, Indonesia menempati peringkat yang menyedihkan. Untuk membaca, Indonesia menempati peringkat 71 dari 77  negara. Kemudian untuk matematika, Indonesia menempati peringkat 72 dari 78 negara. Serta untuk sains, Indonesia menempati peringkat 70 dari 78 negara. Jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya, pada tahun ini Indonesia mengalami penurunan pada semua bidang yang diujikan. Selama 18 tahun mengikuti program ini, posisi Indonesia selalu berada pada 10 terbawah yang artinya tingkat kompetensi siswa Indonesia berada di bawah rata-rata dunia.
Pada zaman ini masih banyak siswa yang tidak menganggap bahwa budaya literasi itu adalah penting, terlebih lagi pada masa pandemi ini dimana siswa harus melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring (dalam jaringan) dengan menggunakan teknologi seperti smartphone atau laptop. Akan tetapi sebagian besar siswa hanya menggunakan teknologi tersebut untuk bermain game dari pada membaca. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi guru dan pihak sekolah. Selain itu, orang tua juga memiliki peran penting bagi anak-anaknya untuk memberikan edukasi tentang dampak buruk yang bisa didapatkan.
Menurut hasil survey dengan menyebarkan kuisioner kepada siswa SMP mengenai "Tingkat Minat dan Kemampuan Literasi pada Masa Pandemi Covid-19" yang disebar, didapatkan hasil bahwa masih banyak siswa yang sulit menangkap isi cerita dari apa yang mereka baca. Selain itu, waktu yang digunakan oleh mereka untuk membaca hanya berkisar rata-rata 1 hingga 2 jam dalam sehari. Menurut UNESCO, waktu ideal untuk membaca adalah berkisar 4 hingga 6 jam dalam sehari. Pada zaman sekarang ini, anak-anak kurang memanfaatkan teknologi digital yang mereka miliki untuk menambah atau meningkatkan ilmu pengetahuan yang berguna untuk menunjang kegiatan pembelajaran mereka. Padahal sebagian besar anak-anak memiliki akses internet dan teknologi yang memadai. Akses internet dan teknologi yang sudah berkembang itu seharusnya dimanfaatkan untuk mencari berbagai informasi dan menambah ilmu pengetahuan.
Berdasarkan kondisi inilah, maka dalam melakukan kegiatan KKN penulis menciptakan beberapa program dengan tujuan untuk meningkatkan minat literasi siswa, Â baik itu literasi baca tulis, numerasi atau sains. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya kegiatan literasi untuk kehidupan dan masa depan. Selain itu juga diadakan program memelajari, membaca dan memahami beberapa teks secara bersama-sama melalui platform digital yang tersedia. Kemudian para siswa didik juga diberikan beberapa poster dan video pembelajaran dalam bentuk animasi dan juga penjelasan sehingga siswa tertarik untuk menonton dan tidak merasa bosan. kegiatan ini dilakukan selama sebulan di SMPN 39 Bandung. Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari guru serta pihak sekolah lainnya. Respon yang diberikan oleh siswa setelah kegiatan berakhir sangat bagus. Mereka sangat antusias dan senang dengan adanya kegiatan ini bahkan beberapa dari mereka meminta kami untuk melakukannya secara terus-menerus.Â
Program yang dilakukan guna meningkatkan minat literasi di SMPN 39 Bandung ini dapat dikatakan berhasil dengan adanya respon positif dari para siswa dan juga guru. Para siswa antusias untuk mengikuti program yang dilaksanakan. Selain itu, siswa juga tidak takut untuk bertanya, berdiskusi, serta berkonsultasi mengenai kesulitan yang mereka alami. Oleh karena itu pendampingan belajar ini perlu diadakan secara berkala dengan harapan dapat meningkatkan minat dan kemampuan literasi para siswa terutama pada masa pandemi ini.
Nama: Nurul Rahmahdiniyah Puteri
NIM: 1800397
DPL: Feny Puspitasari, S.Pd., M.Si.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H