Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Titik Winarti, Sang Pemberdaya Penyandang Disabilitas

17 Juli 2013   10:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:26 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1374032463515692020

[caption id="attachment_255195" align="alignnone" width="640" caption="Bu Titik dan Ucil,salah satu penyandang disabilitas yang jadi "][/caption] Bukan seberapa besar omzet yang kita dapatkan, tapi seberapa banyak manfaat yang bisa kita berikan untuk sesama. Itulah yang menghunjam dalam benak Titik Winarti. Sebagai pengusaha produk fashion, Titik tak melulu berpikir soal omzet dan laba yang ia peroleh. Justru, perniagaan Titik kian mencuat lantaran diferensiasi yang amat kuat. Ya, mayoritas karyawan Titik adalah penyandang disabilitas (cacat). Kiprah Titik bahkan diapresiasi level internasional. Pemilik brand “Tiara Handycraft” ini diundang untuk berpidato di depan sidang umum PBB bagi para pengusaha Mikro, dengan tajuk Pencanangan Tahun Microcedit International tahun 2005. Usai berpidato, Titik disambut standing applause dari para peserta. ”Alhamdulillah, banyak yang terkesan dengan Tiara Handycraft, karena kami memberi kesempatan kepada penyandang cacat untuk berkarya dan mengembangkan potensi diri,” ujar wanita yang juga pernah meraih penghargaan International Visitor Leadership Program bertajuk ‘Women and Enterpreneurship’ dari USA itu. Saya berkesempatan berbincang dengan Titik, di rumah sekaligus workshop-nya, di kawasan Sidosermo Indah, Surabaya.

Ide untuk mempekerjakan penyandang disabilitas ini datangnya darimana?

Bisnis Tiara Handycraft ini berawal dari hobi. Tahun 1995, saya pinjam modal 500 ribu dari Koperasi Setia Bhakti Wanita. Lalu, saya belikan alat jahit. Saya mulai rekrut beberapa karyawan. Ternyata tahun 1998, banyak karyawan saya yang keluar. Bisnis saya sempat turun. Mungkin bukan suatu kebetulan, ada satu-dua penyandang disabilitas yang datang ke rumah saya, minta pekerjaan, karena mereka sulit diterima kerja di tempat lain. Sungguh, saya salut dengan semangat mereka. Akhirnya, saya putuskan untuk merekrut karyawan yang tuna daksa. Dari satu-dua, lalu berkembang menjadi puluhan. Selain supaya produksi Tiara tetap jalan, dengan meng-hire mereka, saya bisa membantu mengembangkan kemampuan dan rasa percaya diri para penyandang disabilitas itu.

Apakah saat itu, tidak muncul kekhawatiran, jangan-jangan hasil jahitan anak-anak disabilitas ini tidak sesuai standar Tiara Handycraft?

Kaum disabilitas ini memang kerap dipandang sebelah mata. Dianggap tidak bisa bekerja, dan selalu merepotkan. Tapi saya tidak mau menyerah begitu saja. Yang utama, saya minta mereka untuk menunjukkan keseriusan, komitmen dan all out dalam bekerja. Kami mengajari mereka sejumlah pelatihan, yaitu menggambar pola, menjahit, bahkan administrasi dan marketing. Dari pengalaman kami selama ini, rata-rata setelah dua tahun, anak disabilitas itu siap bekerja secara mandiri.

Hasil jahitan mereka rapih dan sangat memenuhi standar yang kami terapkan. Bahkan, merek fashion Dannis Collections juga mempercayakan beberapa proses produksi pada kami. Padahal, Dannis terkenal sebagai brand yang sangat berkualitas kan? Selain itu, produk Tiara juga diekspor ke sejumlah negara, di antaranya Brasil, Spanyol, Belanda, Amerika Serikat, Australia, Singapura. Konsumen di negara-negara itu amat kritis soal fashion. Alhamdulillah, mereka merespons positif produk kami.

Subhanallah, ibu betul-betul berkomitmen untuk memberdayakan para penyandang disabilitas ini ya?

Mereka itu hanya cacat secara fisik. Tapi, mental dan karakter mereka malah kadang-kadang lebih tangguh melampaui orang-orang normal. Konsumen Eropa dan market menengah ke atas menerima produk Tiara, karena selain memang kualitas produk selalu kami jaga, para konsumen ini juga senang dengan story yang ada di balik pengerjaan produk. Konsumen kan sudah bosan dengan barang-barang branded yang mahal, karena mereka sudah punya itu semua. Nah, Tiara menjadi pilihan, karena story-nya, brand ini dikerjakan kaum disabilitas. Di price tag, kami lampirkan kalimat singkat tentang apa dan bagaimana produk ini bisa sampai di tangan konsumen. Itu yang memikat hati mereka.

Apa saja kendala yang Ibu hadapi selama mempekerjakan penyandang disabilitas sebagai karyawan?

Secara kualitas, hasil produksi penyandang tunadaksa tak kalah dengan orang biasa. Namun, produktivitasnya masih jauh tertinggal. Pekerjaan yang bisa ditangani satu orang biasa, harus ditangani lebih dari dua penyandang tunadaksa. Tapi, tak mengapa. Justru makin banyak kita bisa bermanfaat bagi orang lain, makin berarti hidup kita. Inilah yang menyebabkan Tiara Handycraft tetap masuk kategori bisnis mikro sampai sekarang. Omzet kami bisa menembus 60 juta per bulan. Tapi, karena para karyawan tinggal di rumah kami, akhirnya saya harus mengalokasikan untuk biaya hidup dan operasional mereka. Saya dan keluarga selalu menganggap karyawan sebagai saudara. Mereka berkarya di sini, tinggal di sini, makan bareng, sholat berjamaah dan tidur juga di sini. Tujuannya supaya kami kian akrab dan memupuk semangat persaudaraan.

Bagaimana Anda mengajak anak-anak untuk bisa ikut beradaptasi dengan kondisi ini? Rumah yang semestinya dihuni untuk Anda sekeluarga, harus ketambahan para karyawan yang jumlahnya bisa mencapai 60 orang?

Anak saya cowok semua. Saya biasakan mereka tidur bergabung dengan semua karyawan yang cowok-cowok. Biasanya ya nggelar karpet, lalu tidur di lantai, supaya cukup. Waktu kecil, tidak masalah. Tapi, ketika mereka beranjak remaja, anak-anak mulai protes. “Ibu, aku kok nggak punya kamar sendiri sih? Teman-temanku enak, bisa tidur di kamar sendiri, punya privacy.” Saya tersenyum dengar komplain mereka, lalu saya jawab, “Justru kamu bersyukur karena jadi remaja yang tidak biasa. Kalau anak yang biasa-biasa saja, kan banyak jumlahnya. Punya kamar sendiri itu kan biasa. Nah, kalau kamu, bisa menjalani hidup yang tidak biasa, punya banyak ‘saudara’ yang tuna daksa, berarti kamu memang anak cowok yang istimewa dan spesial.”

Hmm… Anda menancapkan metode parenting yang out of the box pada anak-anak ya?

Ya, boleh dibilang begitu. Saya ingin, anak-anak tumbuh menjadi manusia yang dewasa dan punya kepedulian besar pada sesama. Mendidik anak untuk jadi pintar itu relatif mudah. Yang menantang adalah, bagaimana kita mendidik anak yang memiliki karakter positif dan memberdayakan. Orangtua harus selalu memberi support dan siap jadi contoh. Alhamdulillah, anak saya sekarang terbiasa untuk berbagi dengan sesama. Anak saya yang nomor 2 lagi kuliah di Malang. Saat ini, ia malah ‘bersedekah’ kamar kos untuk salah satu temannya yang dhuafa. Itu ia lakukan atas inisiatif sendiri, tanpa saya minta. Barangkali ini adalah buah yang kami petik karena telah membiasakan mereka hidup bersama kaum disabilitas.(*)

PROFIL

Nama : Titik Winarti

Alamat : Jl. Sidosermo Indah II/5, Surabaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun