Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cinta Batik, Lahirkan Gamis Cantik

13 Mei 2015   11:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


“Saya jatuh cinta pada batik. Waktu itu tahun 2009, saya tinggal di Solo. LOVE at the first sight. begitu banyak ‘cerita cinta’ yg tersibak di balik batik. Filosofinya, ragam motifnya, unsur seni-nya, sejarahnya. Pun batik juga menunjukkan betapa multi kulturalnya negeri ini – karena tiap daerah ternyata memiliki motifnya sendiri-sendiri. Tidak salah bila UNESCO menjadikan batik sebagai salah satu world heritage. Karena kecintaan ini pula, saya terinspirasi untuk membuat produk fashion dengan desain yang unik, original, bisa diterima kalangan anak muda (tidak berkesan ‘jadul’) dan dengan affordable price. Terciptalah QUINSHA yang saya buat dengan mengkombinasikan batik dengan bahan kaos cotton combed, katun atau chiffon.” (Arina Utami, Owner Quinsha Batik)


Itulah kisah awal terceburnya Arina Utami ke dunia bisnis fashion. Brand Quinsha yang ia gawangi melahirkan sejumlah desain busana muslimah yang berkarakter unik, dan selalu mengombinasikan batik dengan jenis kain lainnya.

Arina adalah sarjana Farmasi Universitas Airlangga. Bukannya berkarir di bidang farmakologi, Arina justru terpanggil untuk mengembangkan hasratnya di bidang busana. ”Fashion is my passion. Kalau kita menjadikan hobi atau apapun yang kita sukai sebagai sarana berwirausaha, insyaAllah, hambatan sebesar apapun tidak akan mengendurkan semangat kita untuk terus melanjutkan roda bisnis,” ucap Arina.

[caption id="attachment_365691" align="alignnone" width="640" caption="Arina dan brand "][/caption]

Kali pertama merintis, Arina hanya membuat seri baju untuk seragam keluarga. ”Waktu itu saya mendesain baju sarimbit, satu tema dengan suami dan anak-anak. Setelah kami pakai, ternyata banyak saudara yang suka dan minta didesainkan.  Lalu, saya terima order untuk seragam keluarga berdasarkan model yang sudah ada,” tuturnya.

Rupanya bukan hanya keluarga besar Arina yang kepincut dengan desainnya. Tidak sedikit rekan-rekan Arina yang ingin dibuatkan busana serupa. “Di akhir tahun 2010, saya putuskan untuk lebih menseriusi bisnis ini. Bersama 3 karyawan,saya mulai mencoba masuk ke pasar fashion dengan membuat aneka model pakaian. Bulan April 2011, saya mantap membuka keagenan di seluruh Indonesia,” lanjut istri Reka Yusmara ini.

Agen besar tersebar di sejumlah daerah, yaitu Depok, Sumatera Selatan, Banjarbaru, dan Surabaya. Selain itu, Arina juga melayani pembelian via online (www.quinshabatik.com) atau datang langsung ke outlet-nya di Ketintang  Residence 54 Surabaya. ”Alhamdulillah, penjualan lewat online semakin ramai seiring berkibarnya tren online marketing. Selain itu, kami juga menerima pesanan desain batik khusus atau seragam untuk suatu instansi atau komunitas,” ungkap ibu berputra 3 ini.

[caption id="attachment_365693" align="alignnone" width="480" caption="Baju syari jadi unggulan dan trademark Quinsha"]

1431489420237376232
1431489420237376232
[/caption]

Bagi Arina, kunci bisnis yang eksis itu harus punya ciri khas. “Apalagi fashion. Sekarang banyak banget merek fashion yang bermunculan. Brand kita harus berkarakter. Saya selalu bertahan dengan karakter Quinsha, yaitu mengusung semangat fashion yang syar’i. Meskipun sekarang gelombang tren busana hijabers sedang ngetren, saya tetap pegang prinsip, bahwa blus (baju atasan) perempuan itu harus menutup pantat dan separuh paha. Karena itulah, saya sering meluncurkan produk gamis, supaya muslimah tetap bisa terlihat anggun dan feminin serta bisa tampil rapih dan syar’i,” ungkap Arina.

Ibu muda yang anggun dan ramah ini juga punya lini khusus ‘busana untuk ibu menyusui’. Baju menyusui hasil rancangan Arina menggunakan batik dipadu kaos cotton combed, sehingga adem untuk dipakai namun tetap bisa menjaga aurat ibu menyusui. ”Ibu Dyah Katarina (Istri Bambang DH, mantan Walikota Surabaya) juga memberikan endorsement pada produk QUINSHA saat kami ikut berpartisipasi dalam kampanye ASI eksklusif. Bagaimanapun juga, sebuah bisnis akan semakin berkah bila bisa menghadirkan kemanfaatan yang lebih,” lanjutnya.

[caption id="attachment_365695" align="alignnone" width="640" caption="Arina di Butik Quinsha, wujud pemberdayaan ekonomi yang ia lakoni"]

14314894751000106103
14314894751000106103
[/caption]

Berdayakan Penjahit Sidotopo

Dalam memproduksi busana, Arina mengandalkan sejumlah penjahit dan tukang pola yang bermukim di kawasan Sidotopo. Alasannya, ”Kelurahan Sidotopo ternyata merupakan salah satu kelurahan termiskin di Surabaya, bahkan di Jawa Timur! Saya ingin menuju ke sebuah impian besar kami untuk meningkatkan pendapatan ibu-ibu di Sidotopo. Saya ingin wanita-wanita perkasa yang tak kenal menyerah ini, tidak lagi menjadi golongan ekonomi lemah, tetapi menjadi lebih berdaya. Impian besar itu tentu diawali dengan langkah-langkah kecil, memberikan kesempatan pada mereka untuk mendayagunakan skill menjahit baju Quinsha.”

Bisnis Arina terus berkibar seiring dengan motivasi awal ia menggeluti usaha ini. ”Saya ingin mendobrak keyakinan di kalangan keluarga besar saya, teman-teman,lingkungan saya bahwa: jalan sukses itu tidak melulu dengan menjadi karyawan, PNS, dokter, atau dengan menjadi orang jenius secara akademik. Jalan sukses itu juga terbentang lebar bila kita mau menekuni wirausaha. Selain itu, saya juga ingin menyebarkan semangat, bahwa untuk menjadi wirausahawan sukses tidak selalu bermodal besar, tidak selalu harus keturunan pengusaha, tidak selalu harus memiliki orang tua yang telah mapan ekonominya. Juga bahwa: ibu rumah tangga tidak bisa berkarya lebih,tidak bisa berdaya secara ekonomi. Saya ingin membuktikan, bahwa saya,yang seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak balita, justru tetap bisa berkarya, dibarengi action kuat dan mengusung misi-visi memberdayakan ekonomi ibu-ibu kalangan menengah ke bawah.”  (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun