Beberapa waktu lalu, saya mengikuti small talk/diskusi bareng Komunitas Cak Kaji (Cangkrukan Kompasianer Jatim) di Novotel Surabaya. Sebagai pemantik diskusi/ pemateri, ada mbak Dian Kusumawardani, seorang Kompasianer yang juga aktif di kancah Pendidikan. Selain menjadi Blogger. Mbak Dian adalah Home Educator di Omah Rame, juga seorang pengajar di BKB Nurul Fikri Surabaya.
Adapun tema yang diangkat adalah: Homeschooling dan Home Education, Apa Bedanya?
Homeschooling adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di rumah. Homeschooling ini menjadi salah satu alternatif pendidikan di Indonesia. Keberadaan homeschooling sendiri sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 129 Tahun 2014.
Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa homeschooling adalah proses layanan pendidikan secara sadar dan terencana yang dilakukan oleh orangtua atau keluarga baik itu di rumah maupun di tempat lainnya dengan suasana yang kondusif.
Pada peraturan tersebut, pemerintah juga turut menekankan sebuah kebijakan bagi siapa saja orangtua yang ingin mendidik anaknya dengan cara homeschooling maka diwajibkan untuk melapor ke dinas pendidikan di tingkat kabupaten atau kota.
Ada beberapa keunggulan dari metode homeschooling ini :
- Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan anak
- Anak bisa belajar sesuai bakat dan minatnya masing-masing
- Anak bisa belajar dengan gaya belajarnya masing-masing
- Banyak belajar lewat praktik dibandingkan teori
- Menyesuaikan kondisi keluarga
Homeschooling ini menjadi bentuk tanggung jawab penuh orang tua terhadap pendidikan anaknya. Sebab, saat homeschooling, orang tua menjadi tutor belajar anak-anak.
Selain orang tua, fasilitator homeschooling juga bisa PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), bisa juga dengan memanggil tutor belajar (guru) ke rumah.
Homeschooling ini tidak wajib. Homeschooling sekadar menjadi alternatif pendidikan saja.
Sementara itu, Home education adalah pendidikan berbasis rumah. Prosesnya adalah inside out bukan outside in. Inside out itu lebih menegaskan bahwa setiap anak sudah memiliki potensi masing-masing. Setiap anak memiliki potensi dalam dirinya. Jadi orang tua tidak perlu outside in (menjejalkan dari luar).