Mohon tunggu...
Nurul Rahmawati
Nurul Rahmawati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger bukanbocahbiasa.com | IG @bundasidqi | Twitter @nurulrahma

Halo! Saya Ibu dengan anak remaja, sering menulis tentang parenting for teens. Selain itu, sebagai Google Local Guides, saya juga kerap mengulas aneka destinasi dan kuliner maknyus! Utamanya di Surabaya, Jawa Timur. Yuk, main ke blog pribadi saya di www.bukanbocahbiasa.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Logan Paul, YouTuber yang Menggadaikan Nurani Demi "Traffic" Tinggi

6 Januari 2018   09:33 Diperbarui: 6 Januari 2018   21:30 3457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: nytimes.com

Dia bikin akun YouTube yang niche-nya adalah gaming, utamanya MineCraft. Sidqi juga amat concern memperbanyak subscriber dan viewer. Ia saat ini duduk di kelas 5 SD, subscriber YouTube-nya sebanyak 1700-an. Beberapa videonya mencapai traffic sampai 72K

Ini yang bikin ortu masa kini terjerat galau. 

Di satu sisi, kita nggak bisa melarang anak yang punya interest (dan talenta) di dunia socmed, editing video semacam ini. Kita juga nggak bisa melawan perkembangan teknologi. 

Namun, di sisi lain, role model yang bertebaran di kancah YouTube memang kerap membawa impact yang tidak baik. 

Jadinya serba salah. 

Dan, tahu sendiri lah, menjadi ortu dari pre-remaja, ABG atau apapun istilahnya sama sekali tidak mudah. Kita kerap berseberangan pendapat, karena memang point of view yang dipakai juga berbeda. 

Orang tua kerap menganggap bahwa, "Heiii... apa yang istimewa dari tingkah si YouTuber Ria Ricis? Bahkan dia dengan sengaja memasukkan squishy ke dalam kloset? Lucunya di mana? Kreatifnya di mana?" 

Tapi, para generasi milenial itu menganggap bahwa "itu unik dan anti-mainstream banget, mamaaaaa..."

Sumber ilustrasi: cewekbanget.grid.id
Sumber ilustrasi: cewekbanget.grid.id
Jadiii... jadiiii... bagaimana kita mengatasi hal ini?

Okay. Saya coba dari pengalaman sendiri. Ini tips ala saya: 

  1. Sebisa mungkin, saya DAMPINGI little kiddo ketika bermain gadget, entah itu main game, record, upload.
    Tadinya saya aktifkan safe mode di YouTube, tapi you know lah, kids zaman now, dia sangat piawai oprak-oprak gadget, sehingga ngga ada lagi itu mode aman. So, setiap Sidqi mau gadget-an saya ada di sebelah dia, untuk berdiskusi, nanya-nanya, sekaligus mengawasi apa yang dilakukan bocah satu ini.

  2. Beri penjelasan dan pemahaman bahwa "banyak traffic/subscriber tidak jadi jaminan kemuliaan dunia akherat"
    Jangan sampai anak mendewakan traffic YouTube lalu ia melakukan segala cara. Duh, ini juga jadi PR banget buat saya dan Sidqi, karena terkadang Sidqi terbawa arus para gamers yang suka main kata kasar, dan ia meng-copy-nya. Children see, children do.

  3. It takes a village to raise a kid 
    Butuh orang sekampung (dunia nyata maupun maya) untuk membesarkan anak. Nah, ini juga catatan banget! Di dunia nyata, saya berusaha sekuat tenaga agar Sidqi bergaul dengan anak-anak baik (teman-temannya sering main ke rumah kami. Jadi saya bisa mengontrol apa dan bagaimana aktivitas yang mereka lakukan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun