Terkadang aku merasa dijajahnya,dia hanya terus melakoni kebiasaannya yang selalu menyakitiku.Aku bahkan tak paham apa sebenarnya yang tersirat dalam pikirannya.Dengan berjuta alasannya yang aku sendiri terkadang sulit mengkaji dengan akal sehatku.Namun tak pernah terbesit sedikitpun dalam pikiranku untuk berkomentar terlalu banyak kepadanya.
Marah,kecewa,sakit hati ,semua itu seperti sudah merajalela hidupku.Mematikan harapanku untuk bisa bahagia bersamanya.Terus saja aku menuruti semua keinginannya hingga dengan sadar aku menyampingkan keinginanku sendiri bahkan sampai terabaikan.Aku terlalu ingin melihatnya bahagia walau harus aku lupakan diriku sendiri.Tak jarang aku berusaha untuk tersenyum ketika mendengarnya tertawa dan bergurau saat menceritakan tentang kebersamaannya dengan wanita-wanita pilihannya.Walau pada akhirnya dalam waktu yang bersamaan mataku mulai berkaca-kaca dan meneteskan air mata.Ini jalan yang aku pilih,aku bertahan untuk sebuah tujuan yang pasti walau semua berjalan tak semulus yang aku inginkan.Cukup bagiku bila nanti perjuanganku untuk mempertahankannya di depan ibuku tak sia-sia dan sedikit dihargainya.Dia hanya tak tau betapa ibuku tak menginginkan kehadirannya dalam hidupku bahkan keluargaku,hingga dia tak bisa merasakan pahitnya perjuanganku yang harus menengahi antara dirinya dengan orang tuaku.Sesekali rasa putus asa menyerangku dari segala sisi,ingin rasanya aku tinggalkan saja agar tak ada lagi beban dalam pikiranku.Tapi aku tak ingin memutuskan semuanya begitu cepat,mungkin waktu bisa membantuku menemukan jalan keluarnya.Hanya belum saatnya saja aku untuk berkomitmen terlalu jauh karena kepastianpun belum aku dapatkan darinya.
Aku hanya sedikit berdoa kepada Sang Pemilik hati memohon agar tetap memberiku kekuatan untuk menghadapi hal yang tak biasa ini.Agar tak tumbuh rasa benci dalam diriku terhadap dirinya.Banyak pertanyaan-pertanyaan kecil yang akan mampu menyesatkan pikiranku kelak.Kenapa sepertinya hanya aku yang berjuang untuk menyanyanginya,yang berjuang untuk membuatnya bahagia,yang berjuang untuk menjaga perasaanya.Sehingga menjadikan aku merasa terzholimi,aku sedikit paham tentang filosofi orang yang terzholimi dimana doanya akan selalu dikabulkan oleh Sang Khaliq.Karena itu aku takut akan terjadi sedikit kesalahanpun,aku takut kesadaranku akan kodrat sebagai manusia biasa menumbuhkan dendam dalam diriku.Mungkin di luar sana mereka yang merasa terzholimi akan berdoa agar Allah membalasnya.Tapi tidak dengan ku,sebaliknya aku akan berdoa semoga Allah memberikannya sebuah keajaiban yang dengan seiring berjalannya waktu semua akan berubah seperti apa yang sudah aku harapkan.Dimana dia akan menyadari bahwa sebuah kebahagiaan hanya akan sempurna jika kita mau berkorban dan berusaha ,bukan dengan memilih jalan yang mudah tapi menyesatkan dan harus menyakiti orang lain.Cukup aku dan kamu bukan orang lain itu yang aku inginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H