Cara kita mengakses sebuah informasi kini telah berubah semenjak berkembangnya teknologi. Dari perkembangan teknologi tersebut muncul berbagai platform digital seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan Twitter. Keberadaan platform-platform ini tidak hanya memungkinkan kita untuk mengonsumsi konten dari seluruh dunia, tetapi memungkinkan penyebaran nilai-nilai budaya dari satu belahan dunia ke belahan lainnya dalam waktu yang sangat singkat (Tapscott, dalam Anista, 2023).
Salah satu fenomena budaya asing yang sudah masuk ke Indonesia adalah Hallyu atau Korean Wave. Produk Korean Wave bisa ditemukan pada serial K-Drama, K-Film, K-Pop (Indriningtiyas, 2022). Masuknya budaya K-pop ke Indonesia dimulai pada awal tahun 2000-an, fenomena tersebut bermula ketika grup musik seperti BoA, TVXQ dan Super Junior mendapatkan penggemar melalui situs streaming music online (Pramadya & Oktaviani, 2021).
Kehadiran platform media sosial dan aplikasi pesan seperti Bubble dan Lysn yang memungkinkan penggemar mengirimkan pesan teks secara pribadi ini menciptakan interaksi yang lebih personal dengan idol, sehingga memperkuat ikatan emosional antara idol dan penggemar. Selain itu, penggemar juga bisa mendapatkan informasi eksklusif seperti pengumuman, berita, hingga jadwal para artis di agensi tersebut (Dailian.co.kr, dalam Bella, 2024).Â
Dari kedekatan tersebut para penggemar jadi terbiasa menghargai hal- hal yang berkorelasi dengan idolnya, seperti album, lightstick, photocard, tiket konser, fashion, dan lain sebagainya (Safitri dkk., 2023). Munculnya korean wave menyebabkan brand lokal menggunakan idol K-pop sebagai brand ambassador produk mereka (Indriningtiyas, 2022).
Menurut Wright, brand ambassador adalah individu atau sekelompok orang yang mampu memberi pengaruh dan memiliki nilai di masyarakat (Saputri & Pamungkas dalam Santoso dkk., 2023). Sedangkan menurut Lea Greenwood dalam Osak & Pasharibu, (2020), brand ambassador didefinisikan sebagai alat yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk membangun komunikasi dan saling terhubung dengan publik mengenai bagaimana mereka meningkatkan penjualan. Biasanya, perusahaan memilih brand ambassador berdasarkan kriteria tertentu, termasuk popularitas dan jumlah penggemar.
Pemilihan brand ambassador seringkali didasari oleh alasan yang kuat, seperti prestasi dan citra baik idol dalam bidangnya (Nurazhari & Putri, dalam Oktaviyani & Ahmadi, 2024). Penggunaan brand ambassador ini tentunya bertujuan untuk menarik minat beli konsumen dalam membeli suatu produk. Menurut Royan dalam Junaidi dkk., (2021) terdapat 3 karakteristik yang harus dimiliki oleh brand ambassador, yaitu daya tarik, kepercayaan dan keahlian.
Pada awal tahun 2022, Lemonilo memilih NCT Dream sebagai brand ambassador dari produk mie instannya. NCT Dream merupakan boyband Korea yang beranggotakan dari 7 orang dan berada dibawah naungan SM Entertainment yang debut pada tahun 2016. Prestasi yang pernah diraih NCT Dream diantaranya adalah mendapatkan predikat Triple Million Seller, meraih 4 penghargaan di The Fact Music Award dan meraih Daesang di Seoul Music Award (Detikhot, 2023). Terpilihnya NCT Dream dikarenakan Lemonilo ingin memperluas target pasarnya pada remaja Indonesia (Gusman & Kinanda, 2023).Â
Mereka dinilai bisa membawa energi, semangat dan dapat menginspirasi anak muda untuk mengadopsi gaya hidup sehat. Menurut hasil penelitian Catherine (2023), NCT Dream sebagai brand ambassador Lemonilo mempunyai pengaruh terhadap minat beli konsumen di kalangan penggemar NCT Dream di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari para penggemar yang membeli mie dalam jumlah yang banyak untuk mengoleksi ketujuh photocard Lemonilo yang secara tidak langsung membantu meningkatkan citra produk (brand image). Â Lemonilo menggunakan brand ambassador sebagai bentuk komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan mie instan Lemonilo.
Penggunaan brand ambassador idol K-pop adalah salah satu teknik pemasaran untuk menyedot banyak perhatian (Octavian, 2023). Penggunaan idol K-pop sebagai brand ambassador telah menjadi salah satu fenomena di dunia pemasaran dalam beberapa tahun terakhir. Bagi konsumen, sosok brand ambassador seringkali menjadi referensi dan pemicu keinginan untuk mencoba produk baru.
Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan brand ambassador yang tepat dapat secara signifikan memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Penggemar yang memiliki fanatisme cukup tinggi selalu tertarik pada setiap produk yang berkaitan dengan idolanya (Novika, Andayani, Pratiwi, 2022). Oleh karena itu, penggunaan idol mempunyai dampak besar terhadap minat dan keputusan pembelian konsumen (Valenciana & Pudjibudojo, 2022).