Mohon tunggu...
Nurul Najmi
Nurul Najmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

master student of landscape architecture, interested in travelling and creative writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jembatan Penyeberangan Stasiun Bogor

16 Januari 2015   09:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi pemafhuman bersama dalam ilmu arsitektur maupun tata ruang bahwa sirkulasi menjadi bagian wajib dalam analisis maupun perencanaan. Analisis dan perencanaan sirkulasi akan menentukan baik tidaknya aksesibilitas antar-ruang. Konstruksi sirkulasi juga yang selalu dibangun pertama kali dalam realisasi pembangunan, baik itu perumahan, komplek perkantoran, maupun kawasan wisata dan rekreasi. Dalam skala kota, kelancaran mobilisasi gerak pengguna ruang ditentukan berdasarkan efisiensi aksesibilitas yang pada akhirnya bergantung pula pada kualitas sarana-prasarana sirkulasi kota.

Kota Bogor dengan model sirkulasi radial-nya terkenal dengan kemacetan yang kerap terjadi di hampir setiap ruas jalan. Jalur lingkar Stasiun Bogor yang meliputi Jl.Nyi Raja Permas, Jl.Mayor Oking, dan Jl.Kapten Muslihat yang terkoneksi pula dengan Jl.Merdeka dan Jl.Paledang merupakan salah satu titik rawan macet utama di Kota Bogor. Pemindahan akses masuk dan keluar dari pintu timur (Jl.Nyi Raja Permas) dan pintu barat (Jl.Mayor Oking) ke Jl.Kapten Muslihat oleh PT.KAI pada 2013 lalu sempat memperparah kemacetan di jalan tersebut, terutama pada jam sibuk penumpang (pagi dan sore) akibat PKL dan angkot yang ngetem di sepanjang depan pintu utama untuk mencari penumpang. Akhirnya pada 2014 akses pintu utama diubah kembali ke Jl.Mayor Oking. Namun, banyak penumpang KRL yang mengeluhkan jauhnya akses ke pintu utama karena pengguna jasa KRL diharuskan memutar untuk keluar masuk stasiun. Titik macet berpindah ke Jl.Mayor Oking karena banyaknya angkot yang tetap ngetem di depan pintu stasiun. Kemacetan tentu berdampak pula pada Jl.Kapten Muslihat yang menjadi muaranya, ditambah pula Jl.Mayor Oking berseberangan dengan Jl.Paledang, sehingga persimpangan ini menjadi titik pusat kemacetan yang luar biasa.

[caption id="attachment_346553" align="aligncenter" width="429" caption="Persimpangan stasiun saat hari libur"][/caption]

Solusi memanfaatkan pedestrian bridge atau JPO (jembatan penyeberangan orang)  yang melintang di atas titik ini sebagai salah satu akses masuk stasiun merupakan sebuah hasil kerjasama yang baik antara pemerintah kota dengan pihak PT KAI. Sejak pintu selatan dibuka dan terkoneksi langsung dengan JPO selama sekitar satu pekan ini, kemacetan di Jl.Kapten Muslihat mulai berkurang, bahkan pada akhir pekan dimana Kota Bogor biasanya mengalami peningkatan arus kemacetan. Arus penumpang yang sebelumnya terkonsentrasi keluar masuk stasiun dari pintu utama di sisi barat, kini terbagi sebagian di pintu selatan sebagai akses bagi para penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan ke arah Paledang atau Merdeka (Laladon/Bubulak/Ciomas). JPO ini menjadi penghubung antara stasiun dan halte Stasiun Bogor yang belum lama ini dibangun dengan melebarkan sedikit jalan sebagai tempat angkutan umum berhenti, sehingga jumlah angkot yang biasanya ngetem di sepanjang jembatan merah dapat dikurangi.

Perubahan ini merupakan suatu langkah baik dalam penataan ruang kota untuk menciptakan sirkulasi yang lebih baik bagi pengguna kota, karena pada dasarnya pengguna ruang adalah manusia itu sendiri, bukan kendaraan bermotor ataupun angkutan umum. Kendaraan seharusnya ada untuk menjadikan penggunanya lebih efisien untuk bergerak dalam ruang (kota). Fasilitas publik seharusnya ada juga untuk meningkatkan kualitas hidup penggunanya di dalam ruang.

Membuka akses JPO dari stasiun menuju halte Stasiun Bogor yang berada di seberangnya adalah satu langkah tepat solusi mengurangi kemacetan kota. Harapan sebagian orang yang akhirnya terwujud, seperti pernah disampaikan seorang warga pada opini link berikut http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/10/16/solusi-pintu-keluar-stasiun-bogor-685727.html. Hal yang perlu kita lakukan adalah memanfaatkan dan merawat fasilitas tersebut dengan baik. Tidak melakukan vandalisme, juga tidak mengotori JPO dengan sampah. Perbaikan JPO dari segi fisik memang masih diperlukan, seperti penambahan kanopi untuk menghindari pengguna dari dampak cuaca dan mencegah struktur dari pelapukan dini, peningkatan kualitas visual dengan tambahan vegetasi, dan sebagainya. Dicabutnya reklame dari kedua sisi dinding pembatas JPO juga membuat kualitas JPO lebih baik dari segi pencahayaan dan keamanan bagi para pengguna yang melaluinya.

[caption id="attachment_346555" align="aligncenter" width="403" caption="suasana JPO dan Jl.Kapten Muslihat pada Senin, 12 Januari 2015"]

1421351106679917077
1421351106679917077
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun