Mohon tunggu...
Nurul Najmi
Nurul Najmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

master student of landscape architecture, interested in travelling and creative writing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Penelitian Tentang Budaya?

24 Februari 2015   07:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:37 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424713856529069417

Pada akhirnya

Kita akan melestarikan hanya yang kita cintai.

Kita akan mencintai hanya yang kita mengerti.

Kita akan mengerti hanya yang kita pelajari.

Kutipan kata-kata di atas saya peroleh dari sebuah pengantar yang disampaikan seorang profesor dari India dalam suatu konferensi internasional. Pada dasarnya setiap manusia melakukan sesuatu hanya karena mereka memiliki alasan untuk melakukannya. Ini yang disebut dengan motivasi.

Setiap orang tentu memiliki motivasi berbeda-beda dalam mengerjakan hal-hal yang sedang diperjuangkannya. Namun saya menyadari satu hal, yakni bahwa cinta adalah motivasi terbesar setiap orang untuk terus bergerak dan berkarya. Seseorang mematuhi peraturan bukan hanya sekedar karena ia orang yang baik dan penurut, tetapi ada rasa cinta terhadap lingkungannya sehingga ia enggan membuang sampah sembarangan, misalnya. Rasa cintanya terhadap sesama sehingga ia enggan untuk melanggar lampu merah di perempatan jalan juga menjadi alasannya untuk tidak mendahului hak saudaranya, karena ia mengerti melanggar lampu merah juga berisiko membahayakan orang lain dan dirinya sendiri, disamping mengganggu ketertiban umum. Atau jika pun ia bukan termasuk seorang penurut yang memahami pentingnya mematuhi peraturan, kesediaannya untuk tidak merusak atau mencorat-coret batu candi saat pergi berwisata karena dilandasi rasa takut terkena karma juga merupakan bagian dari cinta. Cinta terhadap keselamatan diri sendiri di kemudian hari. Hal ini yang sering disebut sebagai hukum adat lebih ampuh daripada hukum positif yang tertulis di atas kertas.

Saat duduk di bangku sekolah, saya menyadari bahwa mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan manfaat pada pembentukan pribadi di masa depan. Oleh karena itu saya mengikuti kegiatan jurnalistik, Pramuka, OSIS, KIR, dan mengikuti berbagai macam lomba. Pada akhirnya aktivitas-aktivitas itu pula yang menumbuhkan kecenderungan minat saya terhadap bidang yang saat ini sedang saya tekuni. Arsitektur Lanskap. Bidang ilmu yang baru saya ketahui sangat luas cakupannya. Bidang ilmu yang saya yakini, sama seperti bidang ilmu lainnya, semakin dipelajari semakin kita merasa kekurangan. Berada dalam bagian ranah ilmu ini membuat saya semakin mencintai lingkungan pada awalnya, namun dalam perjalanan saya menyadari bahwa bukan hanya tanah, air, dan udara saja yang ingin saya pedulikan, tetapi juga beserta manusia dan budayanya.

Arsitektur lanskap mengingatkan saya bahwa hakikat menjaga lingkungan adalah untuk manusianya. Sama halnya dengan hakikat perkembangan teknologi yang semakin maju, itu semua adalah untuk manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan juga tak pernah berhenti demi naiknya derajat dan harkat manusia. Hakikat ini pula yang menjadi salah satu alasan saya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, program magister Arsitektur Lanskap, karena belajar adalah sepanjang hidup. Jalur pendidikan formal adalah salah satu cara agar saya tidak berhenti belajar, pun berharap hal-hal yang saya peroleh nantinya bisa lebih bermanfaat untuk banyak orang.

Beberapa aktivitas ekstra-kampus yang saya ikuti selama menjadi mahasiswa telah memberikan pengaruh pada topik penelitian yang saya pilih sekarang.  Sebuah forum kepemudaan yang menyatukan berbagai mahasiswa dari berbagai kampus di seluruh Indonesia, Forum Indonesia Muda, telah membuat saya turut aktif di beberapa kegiatan sosial maupun pendidikan. Menjadi relawan ke Merapi, mengikuti kampanye anti-pornografi dan porno-aksi, mengadakan kegiatan peringatan Hari Anak Nasional, menghidupkan kegiatan Rumah Belajar yang dibangun bersama beberapa teman di lingkungan kampus, dan sebagainya. Saya ikut terlibat pula di yayasan yang memiliki fokus terhadap anak-anak dengan menjadi sekretaris muda di yayasan ASA Indonesia (Aliansi Selamatkan Anak Indonesia). Beberapa kali bersama rekan di ASA, kami turun untuk mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepada anak-anak SD terkait menghadapi masa pubertas dan cara mencegah dampak pornografi dan pornoaksi yang semakin marak terjadi. Fokus terhadap anak-anak inilah yang mendorong saya untuk menjadikan anak-anak sebagai salah satu responden penelitian, sekaligus sebagai sasaran manfaat penelitian yang nantinya akan saya hasilkan.

Kajian Ruang Terbuka untuk Permainan Tradisional sebagai Pelestarian Khazanah Budaya di Kota Bogor, Jawa Barat, diharapkan menjadi salah satu wujud kontribusi saya kepada kota tempat saya bermukim sekarang. Saya berharap bahwa hasil penelitian yang akan saya lakukan dapat menjadi masukan bagi pemerintah kota untuk menata ruang-ruang terbukanya agar lebih fungsional dan nyaman untuk penggunanya. Masyarakat kota adalah pengguna utama ruang-ruang publik di kota, dan anak-anak di kota adalah pengguna potensial untuk sebuah kota yang berkelanjutan. Menanamkan perilaku dan budaya yang baik adalah salah satu kunci untuk membentuk kepribadian anak-anak sebagai penerus bangsa. Saya melihat potensi ini pada nilai-nilai yang terkandung dalam ragam permainan rakyat di Indonesia, termasuk di daerah Sunda, lingkungan tempat saya tinggal. Oleh karena itu saya mengambil topik untuk mengkaji keterkaitan antara ruang terbuka dengan pelestarian permainan tradisional di kota saya. Saya berharap bahwa anak-anak Indonesia masih mengenal budaya daerahnya. Saya berharap bahwa mereka masih bisa menikmati masa-masanya bermain sambil belajar, dengan saling berinteraksi dengan kawan-kawannya sepermainan. Saya berharap bahwa lingkungan mereka, baik itu guru, orangtua, dan pemerintah, juga memiliki peran dalam proses tumbuh-kembang anak agar berlangsung baik. Agar yang meneruskan negeri sebagai pemimpin, penata ruang, ilmuwan, guru, dan pengusaha memiliki kepribadian yang baik pula, dengan tidak meninggalkan budaya-budaya lokal yang baik dari daerahnya masing-masing.

Salah seorang tetua adat yang pernah saya temui dalam suatu kunjungan praktikum mengatakan, “Tulislah apa yang kamu tahu, kerjakan apa yang kamu tahu, dan perbanyaklah pengetahuanmu.”

Oleh karena itu saya ingin meneliti hal yang ingin saya pelajari, hal yang lebih saya mengerti, dan hal yang saya sukai. Semoga yang saya tuliskan ini pun dapat menjadi salah satu jalan untuk membantu topik penelitian yang ingin saya kaji. Demikian.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun