Gojek kere adalah bercanda ringan, saling sindir dan bersaut-sautan antar teman. Kadang-kadang tema-nya tidak mutu/berkualitas. Tapi istilah ini telah menjadi semacam 'kesepakatan' kami di komunitas teater EsKa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Istilah ini pun telah menjadi idiom di antara kami.
Ini kejadian sekitar tiga tahun silam. Kalau tidak salah di bulan Oktober, saat saya diundang di acara Ulang Tahun Teater itu.
Malam itu, saya merasa sudah tidak enak badan. Orang Jawa bilang 'nggregesi'. Rasa di mana badan terasa pegal, linu dan sangat tidak nyaman. Mau beraktifitas pun menjadi malas. Tapi saat itu saya paksakan untuk berangkat ke acara ulang tahun komunitas itu karena sudah lama tidak bertemu dengan kawan-kawan teater. Kangen rasanya, bercanda, 'guyon', cerita sana-sini, dan 'gojek kere'!
Saya berangkat dari Jl. Parangtritis menuju Sapen (Jogja Tengah, agak Timur) sekitar jam 19.00 WIB. Dengan naik sepeda motor dan sedikit menahan rasa tidak enak badan tadi, saya menyusuri jalan Jogja yang lumayan padat.
Setelah sampai di perhelatan ulang tahun komunitas teater itu, seperti biasa,say hello sana-sini, salam sana-sini, dan tentu senyum sana-sini, saya masuk ruangan tempat ulang tahun itu. Badan sudah sangat tidak nyaman, keluar keringat dingin, dan jantung seperti berdegub sedikit agak sering.
Acara pun dimulai. Biasa, pada awal acara ada semacam 'parade' sambutan; oleh Ketua Teater, Pembina Teater dan alumni. Kemudian dilanjutkan pertunjukan, ada musik dan baca puisi.
Seperti biasa, di komunitas kami setiap usai mengadakan acara, ada acara makan bersama dengan pola pesantren tradisional. Di mana makanan/nasi bungkus dibuka dan digelar memanjang, dan para anggota teater, baik yang masih aktif, maupun yang sudah alumni, yunior dan senior semua mengepung dengan melingkari makanan yang telah digelar itu. Kami jongkok berhimpit-himpitan dengan posisi miring, dan salah satu kaki di belakang. Semua anggota pun mulai makan nasi bungkus gelaran tersebut dengan tangan (tanpa sendok). Orang Jawa bilang 'muluk'. Sungguh, suasana yang sangat akrab, equal, semua memiliki hak yang sama dan 'ngangeni' (bikin kangen).
Setelah acara makan-makan selesai, dada ini masih dengan rasa yang sama, berdegub tidak nyaman. Rasanya bergetar tidak karuan. Sesek!
Kemudian sambil ngobrol sana-sini, dengan duduk lesehan, kangen-kangenan, kami pun 'gojek kere', saling sindir di antara teman, saling lempar cerita lucu, bahkan cerita kejadian-kejadian unik dan kocak yang pernah terjadi di antara kami. Badan ini pun semakin tidak nyaman saja. Kemudian saya pun sambil tiduran di karpet. Gojek kere dan bercanda ala kami berlanjut dan semakin seru. Saya mulai terpancing untuk tertawa, dan saya pun sedikit ikut merespon guyonan mereka, yang biasanya diakhiri dengan gelak tawa.
Saya pun secara tidak sadar, dan sedikit mengabaikan rasa sakit di dada, mengikuti kelucuan-kelucuan yang dilontarkan tema-teman. Otomatis ikut tertawa juga. 'Gojek kere' semakin 'gayeng' (ramai). Saya merasa agak berkeringat dan badan mulai hangat. Sakit di dada sedikit demi sedikit berkurang.
Sadar dengan situasi dan kondisi badan semakin membaik dengan tertawa, sengaja saya merespon candaan teman-teman dengan tertawa sekeras-kerasnya. Semakin lucu bahan 'gojek kere', badan ini saya ajak untuk tertawa sekencang-kencangnya!. Alhasil, badan pun terasa hangat dan ringan, darah terasa lancar beredar, dan badan terasa enak. Jelas tidak seperti ketika saya berangkat tadi.