Di era global sekarang ini kita telah dimanjakan dengan pesatnya perkembangan teknologi digital. Setiap orang, dalam hitungan detik bisa terhubung dengan belahan dunia manapun. Informasi apapun sangat mudah kita dapatkan. Baik dalam bentuk teks, gambar ataupun video.
Betapa sangat mudah dan familiarnya sekarang ini orang membuat video dengan gadget dan kemudian menyebarkannya melalui grup aplikasi media sosial. Kegiatan apapun bisa di-videokan dan langsung diviralkan di dunia maya. Bahkan real time dengan live streaming!
Terlepas keinginan pemakai gadget untuk eksistensi atau apapun, hobi mendokumentasikan sebuah video dengan gadget menjadi dasar untuk pembuatan sebuah film. Sederhana, kan?
Dalam konteks transfer informasi, film menjadi media yang sangat menarik dan mudah untuk membawa pesan. Karena film dengan bahasa simbolnya (audio dan visual) dapat menyentuh fikiran orang, yang kemudian diolah dan diterjemahkan. Proses inilah yang pada gilirannya melahirkan penangkapan sebuah pesan. Dari ini pula mengapa penonton film kadang bisa tertawa, menangis, terharu dan mengeluarkan ekspresi-ekspresi yang lain. Dan saya yakin, bahwa penonton akan mencatat dalam memori fikirannya masing-masing.
Lihat saja, betapa anak-anak sangat suka pada film kartun. Gerak-geriknya yang lucu akan merangsang fikirannya untuk tertawa riang. Tak jarang mereka meminta sesuatu barang (mainan ataupun makanan) sesuai dengan iklan yang ditonton.
Tak jarang pula sekarang ini perusahaan ataupun lembaga-lembaga memanfaatkan film untuk mempresentasikan program atau memperkenalkan profile perusahaannya dengan video/film company profile. Sehingga dalam forum presentasi, seorang owner, direktur perusahaan, atau pimpinan lembaga tinggal datang, duduk dan memutar video profil perusahaannya, cukup 5 sampai 10 menit bisa menyampaikan keseluruhan profile perusahaannya. Klien bisa melihat keseluruhan kegiatan atau program yang dipresentasikan. Efektif, kan?
Film sebagai media dokumentasi juga sangat efektif untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan atau program yang telah dilakukan oleh perusahaan atau lembaga. Dengan media film dokumenter, sebuah perusahaan/lembaga akan sangat mudah menyampaikan laporan/report kepada owner/penanam saham ataupun klien yang telah kerjasama dengan perusahaan tersebut. Intinya dengan media film, seorang direktur tidak harus menghabiskan energi untuk menjelaskan profile ataupun aktivitas perusahaannya. Cukup dengan menekan tombol play, sebuah film dokumenter atau video profile akan bercerita dengan sangat gamblang dengan bahasa visual dan audio tentunya.
Meskipun demikian, sebuah film tidak semua bisa menyampaikan pesan kepada penonton dengan baik. Karena sangat bergantung pada kemampuan sutradara dalam mengolah bahasa simbol yang ada dalam naskah skenario untuk menyampaikan pesan-pesan.
Bahasa simbol dalam sebuah film dapat berbentuk visual dan auido. Dalam bahasa visualpun, seorang sutradara harus peka mengidentifikasi sebuah gambar atau adegan yang bisa menyampaikan pesan tertentu dalam sebuah film.
Satu misal, dalam sebuah scene film ingin menggambarkan sebuah suasana pagi yang cerah, segar, penuh harapan dll, visualisainya bisa hanya butuh 2 sampai 3 shoot visualisasi dari tetesan embun di daun dilatarbelakangi semburat sinar matahari yang cerah dengan diiringi suara kicauan burung. Inilah, mengapa film menjadi media yang sangat simpel dan efektif untuk menyampaikan pesan-pesan.
Satu lagi sebagai contoh. Dalam film tak perlu menampakkan visualisasi secara vulgar pada akifitas pembunuhan dengan menampakkan seorang pembunuh dan yang dibunuh dalam adegan kekerasan. Cukup dengan menampakkan sedikit adegan tentang aktifitas pembunuhan, baik dengan menembak atau menusuk, kemudian diikuti (cut to cut) pada ceceran darah di samping korban. Di samping itu juga diiringi dengan ilustrasi musik yang sesuai, sehingga tidak harus secara vulgar full adegan. Dengan ini penonton sudah bisa menangkap apa yang dimaksud dari adegan tersebut.