Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Dosen - Orang Biasa yang setia pada proses.

The all about creative industries world. Producer - Writer - Lecturer - Art worker - Film Maker ***

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Point #3 dalam Full Moon Discuss FSRD ISI Surakarta; Kriyawan bisa jadi Pengusaha Ekspor? Why Not?

21 Desember 2024   13:42 Diperbarui: 21 Desember 2024   13:42 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu semakin dingin, tapi diskusi tentang dunia kriya semakin hangat. Dua point sudah saya catat dalam tulisan terdahulu, dan ini point terakhir dari catatan saya tentang diskusi yang dihelat oleh FSRD ISI Surakarta dalam acara Full Moon Discuss.

Pembicara terkahir dalam diskusi malam itu adalah Misbakhul Munir, seorang kriyawan alumnus ISI Yogyakarta yang telah lama menggeluti dunia usaha kriya, bahkan sudah melakukan ekspor produknya di beberapa negara Asia, Eropa dan Amerika. Dia juga sebagai sekretaris Pameran UNDAGI yang akan dihelat pada Tanggal 18-28 Januari 2025 di Galler R.J. Katamsi ISI Yogyakarta.

Ada beberapa hal penting yang saya catat dalam paparan Munir dalam diskusi tersebut. Saya menyimpulkan, bahwa seorang kriyawan sangat terbuka untuk menjadi pengusaha dan melakukan perdagangan produknya bahkan sampai pasar luar negeri.

Menurut Munir, seorang kriya yang menggeluti dunia usaha sangat penting untuk mengikuti trend global, karena dapat memberikan kecenderungan selera pasar yang dapat mempengaruhi desain produk. Trend tidak hanya mengikuti preferensi alami konsumen, tetapi sering kali diciptakan oleh perusahaan besar yang memantau perilaku pasar di dunia.

Selanjutnya kata Munir; penting bagi kita untuk terus memperbarui desain agar tetap relevan dengan trend yang ada. Misalnya, membuat warna baru yang bisa berubah mengikuti musim, serta trend desain yang mengikuti perkembangan di industri fashion.

Seorang kriyawan dapat meng-eksplorasi bahan apa saja yang ada di Indonesia. Kita kaya dengan bahan baku; kayu, rotan, kulit, logam, kerang, natural fiber (enceng, banana bark, seagrass, pandan), dan lain sebagainya. Di samping Sumber Daya Alam (SDA),  kita juga memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang kreatif dan terampil.

Ini merupakan peluang yang besar bagi kita, karena Indonesia telah terbukti pada tahun 2021 menjadi rangking 8 eksportir produk kriya ke USA, sebesar 28,4 T IDR. Di samping itu peluang yang lain di negara Belgia, Belanda dan Jerman.

Saya menyimpulkan, bahwa bisnis kriya,  adalah bisnis yang sangat bergantung pada kreativitas. Untuk bersaing di pasar internasional, produsen harus mampu berinovasi dan mengikuti perkembangan trend global. Kualitas produk, pemahaman terhadap regulasi pasar, dan strategi pemasaran yang tepat akan sangat mempengaruhi keberhasilan di pasar ekspor, dengan memadukan desain yang menarik, bahan baku yang tepat, dan efisiensi dalam produksi serta pengemasan, peluang untuk sukses di pasar global semakin terbuka lebar.

Maka, sangat terbuka luas bagi kriyawan dalam menembus pasar internasional, asal berani memulai dan memperhatikan hal-hal tersebut di atas. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun