Mohon tunggu...
Nurul Muslimin
Nurul Muslimin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Biasa yang setia pada proses.

Lahir di Grobogan, 13 Mei 1973

Selanjutnya

Tutup

Money

Entrepreneur Itu bak Pendekar dengan Sejuta Senjata

30 September 2017   22:44 Diperbarui: 30 September 2017   22:44 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: roumery.com

Kata "entrepreneur" mengingatkan saya, --tiga tahun yang lalu-- waktu memberikan materi pelatihan entrepreneurshipuntuk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) di Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan UKM Bersama. Waktu itu saya hanya sebagai tentor pengganti dari seorang Anggota DPR Pusat karena beliau berhalangan. 

Pada mulanya saya agak ragu untuk memberikan materi pelatihan, karena saya bukanlah seorang akademisi, guru atau dosen. Saya adalah seorang pelaku wirausaha. Setelah menimbang sana-sini, dan saya didesak oleh tentor aslinya (Anggota DPR itu) untuk tetap bisa menggantikannya, maka dengan berbekal 'cerita pengalaman' dengan tambahan referensi dari mbahGoogle, plussedikit nekad, akhirnya saya memberanikan diri untuk berangkat memberikan materi pelatihan itu. Saya mendapat jatah dua hari full day (jam 09.00 sampai dengan jam 16.00). Akhirnya, saya pun membuat tiga buah makalah dalam semalam, karena waktu mendesak. Yakni tentang: Bahan Baku, Entrepreneurship dan Marketing Online. 

Setelah sampai di TKP (Lembaga Pengembangan UKM Bersama), saya melihat ada sekitar 20 orang dari kalangan pelaku usaha UMKM. Ada bidang batik, bengkel, kerajinan, mebel, dan bidang lainnya. Satu dua orang saya telah mengenalnya, karena mereka teman saya di asosiasi mebel dan kerajinan. 

Mulailah saya membuka acara pelatihan tersebut. Saya pun memperkenalkan diri dan membagikan makalah. Saya katakan bahwa saya di sini hanya sebagai peran pengganti dari tentor aslinya. 

Materi yang saya berikan pertama kali adalah tentang Entrepreneurship. Waktu itu saya katakan, entrepreneuritu seperti pendekar dengan sejuta senjata! Mengapa? Karena seorang pendekar dengan banyak senjata, dia tidak akan kehilangan akal untuk menghadapi cobaan dan halangan dalam berusaha. Ibarat seorang pendekar yang sedang menghadapi lawannya, jika tidak bisa dihadapi dengan senjata laras panjang, pakailah pistol. Jika pakai pistol tidak mempan, pakai pedang. Jika pakai pedang tidak mampu menghadapi lawan, pakai pisau. Pakai pisau pun tidak bisa, pakai gigi dan gigit lawan! 

Seperti dalam teknik orasi, ini saya sampaikan dengan tempo secara gradual semakin cepat, dan diakhiri dengan endingyang menghentak. Maka tampaklah wajah-wajah peserta pelatihan yang agak terbelalak. Yang semula kurang memperhatikan, jadi lebih konsentrasi memperhatikan 'orasi' saya. hehe ... 

Selama pelatihan saya menggunakan metode 'mengalir' sajalah. Dan di dunia akademis sepertinya tidak ada. :)) Saya bercerita apa saja yang saya lakukan setelah lulus SMA, saya membuat pelatihan jurnalis sambil kuliah. Kemudian bersama teman membuat usaha rental komputer. Setelah Rental Komputer mengalami kemunduran dan kurang prospektif, saya pun berkumpul dan berkreasi bersama para seniman di Jogja; membuat pertunjukan musik. Pertunjukan musik terlalu beresiko, membuat usaha percetakan paving blok. Usaha Paving Blok berat, saya membuat usaha Laundry. Usaha Laundry kurang prospektif dan banyak pesaingnya, saya pindah di kerajinan dan mebel. Order mebel dan kerajinan sepi, saya buat film! Udah, mentok di sini dulu sebelum meloncat ke bidang yang lain. Hehehe

Pola inilah yang saya katakan bahwa dunia entrepreneuradalah dunia 'persilatan,' dan pemenangnya adalah pendekar dengan 'sejuta senjata' dan setia pada proses. Bukan pendekar dengan semangat yang pas-pasan tanpa loyalitas pada proses. Kalau mentalitas entrepreneurseperti itu, mending jadi pegawai saja! Bekerja sesuai perintah bos, dan tiap bulan gajian. Ada kerjaan dikerjakan, tak ada kerjaan bermalas-malasan. Menyedihkan! 

Entrepreneur dilahirkan dengan mentalitas baja dan tahan banting. Karena semata-mata mempunyai prinsip hidup. Bagi saya hidup yang mulia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama. Entrepreneurakan bahagia jika melihat orang-orang yang bekerja membantunya untuk mencapai kesuksesan bersama. Maka segala resiko dihadapi dengan lapang dada. Dunia usaha fluktuatif itu sudah biasa. Seperti posisi roda yang berputar, kadang posisi di atas, kadang di bawah. Dulu sukses sekarang bangkrut, biasa saja. Dulu naik BMW, sekarang naik BMX biasa juga! Mengalir sajalah. Adapun jika ada lembaga/perusahaan yang memberikan penghargaan  (Awards) seperti Danamon Entrepreneur Awards, itu sangat saya apresiasi, untuk menambah semangat para pendekar entrepreneurdan pasti bermanfaat.

Seperti itu yang saya sampaikan kepada para peserta pelatihan entrepreneurshipdi Lembaga Pelatihan UKM Bersama di Yogyakarta. Sama dengan yang saya sampaikan kepada ribuan pelaku UMKM yang terpuruk pasca gempa di Jogja, ketika saya bergabung dengan Komite Percepatan Pemulihan Ekonomi Pasca Gempa Yogyakarta "Yo Bangkit!". Dan Alhamdulillah, teman-teman UMKM sanggup berdiri lagi setelah terpuruk, dengan semangat baru, dan paradigma baru dalam berusaha. Sebab dunia usaha tidak sebatas materi, tapi dimensi religius juga sangat berperan. Itu menurut saya, lhamenurut Anda? *** 

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun