Tentu kita mengenal W.R. Soepratman, pencipta Lagu "Indonesia Raya". Tentu kita tahu siapa Liberty Manik, pencipta lagu "Satu Nusa Satu Bangsa". Tentu kita mengerti siapa Ismail Marzuki, pencipta Lagu "Halo-halo Bandung", atau mungkin di bidang seni rupa, siapa sih yang tidak mengenal Afandi?, Basuki Abdullah?, atau Raden Saleh? Mereka adalah seniman-seniman pencatat sejarah Bangsa Indonesia.
Seniman pada hakekatnya sama dengan manusia lain, menghasilkan karya berdasarkan pergumulan batin dan pengolahan otak berdasarkan referensi-referensi. Hanya saja hasil outputnya yang mungkin agak berbeda. Seniman melahirkan karya dengan sentuhan estetika.
Karya seniman adalah catatan perjalanan sebuah sejarah bangsa. Dia menggambarkan kondisi sebuah jaman lengkap dengan situasi dan spirit yang dibangun.
Dalam konteks nasionalisme, seorang seniman berjuang dan bergerak di wilayah spirit yang menginspirasi setiap bangsa dalam menggerakkan rasa cinta tanah air dan mengabdi untuk negeri. Mungkin sebagian orang menganggap remeh, bahkan karya seni dianggap hanya sebuah hasil pekerjaan yang dihasilkan oleh orang (seniman) yang banyak melamun dan berfikir liar.
Seniman mencatat sejarah dengan untaian-untaian bait lagunya, melalui goresan kwas di atas kanvasnya, melalui pahatan di atas kayu atau batu, melalui indah liuk tari tubuhnya, melalui deretan kata-kata, dan melalui media apa saja. Mengkritisi kebijakan pemegang kekuasaan, mencatat dan memberikan spirit solidaritas untuk bangsanya, bahkan mentertawakan dirinya sendiri.
Sejarah akan berjalan terus seiring dengan detik jarum jam, dan perjalanan sejarah itu akan melahirkan berbagai pola respons dan ekspresi. Setiap manusia dengan berbagai profesi akan merespons sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.Â
Dalam perjalanan sejarah bangsa, kita tak bisa meninggalkan simbol bernama "bendera." Bendera adalah simbol fundamental sebuah institusi yang keberadaannya menjadi 'sakral'. Dengan bendera, identifikasi keberpihakan akan terpetakan. Pula dengan bendera, kita menjadi bangga atas capaian-capaian yang telah kita lalui. Maka dengan bendera pula, kita disatukan dan diingatkan untuk menjadi satu kembali.
Bendera Merah Putih telah menjadi darah daging simbol Bangsa Indonesia, yang telah menumpahkan darah sedemikian banyak. Siapapun yang berusaha menyentuhnya, setiap jiwa Bangsa Indonesia akan bertaruh nyawa! Dengan merah-putih, kita selalu diingatkan untuk merajut jiwa antar anak bangsa.Â
Ini yang kami catat dari seorang seniman Ambar Polah. Kami, para sahabatnya, dari kalangan pekerja seni, para penggiat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), para perajin mebel, dan para petani hanya bisa berfikir sederhana; seorang Ambar Polah mempunyai karya seni musik yang bisa kita nikmati bersama, dan yang lebih penting lagi adalah pesan moral yang ada di dalam karya itu, pesan sederhana namun sangat berarti untuk bangsa Indonesia, pesan untuk bersatu. Mencermati perjalanan penciptaan karya seni Ambar Polah, seperti membaca sejarah dan kemanusiaan. Muatan karya-karyanya cukup beragam; dari tema religius, kebangsaan, susahnya mencari pemimpin, tentang nasib rakyat jelata, hingga tema-tema cinta sebagai  cermin kehidupan pragmatis kita.Â
Pada kesempatan ini, kami, Tratag Budaya Estetik, sebuah komunitas seni di Yogyakarta yang beranggotakan beberapa grup musik, teater dan seniman-seniman personal lainnya, bersama-sama dengan para sahabat Ambar Polah dari kalangan UMKM, sahabat sekolah, sahabat di jalanan Malioboro, tidak akan membandingkan Ambar Polah dengan WR. Soepratman, L. Manik atau seniman-seniman besar pencatat sejarah lainnya, kami hanya mencoba membaca karya-karya Ambar Polah dan mengajak pada siapa saja untuk menikmati, mendengarkan dan melihat cerita proses suka dan duka dalam melahirkan karya-karyanya dalam sebuah Konser Musik Nyanyian Bendera untuk Indonesia. Sebuah Konser Musik yang  InsyaAllah akan kami selenggarakan pada Tanggal 3 Nopember 2016, di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Jl. Sriwedani No. 1 Yogyakarta. Â
Apresiasi yang diejawantahkan dalam sebuah pertunjukan ini bertujuan sebagai pengingat (reminder) kepada kita semua, bahwa ada seniman Yogyakarta yang mewujudkan karya-karyanya dalam sebuah idealisme kebangsaan, Â menyuarakan keadilan, menyerukan persatuan, meneriaki kong-kalikong, dan mengkritisi sejumlah kondisi bangsa. Dia seniman pencatat sejarah, minimal sejarah hidupnya sendiri dan sejarah kami para sahabatnya, dan dia adalah Ambar Polah. ***
Lagu "Satu Bendera":
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H