Menjalankan puasa di bulan Ramadan bukan hanya sebagai latihan untuk menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai sarana untuk membersihkan jiwa dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, tantangan yang paling sulit terletak pada kemampuan menahan emosi dan amarah.
Terdapat dua jenis batal puasa. Pertama, batal puasanya. Kedua, batal pahala puasanya. Adapun yang membatalkan puasa sudah jelas seperti makan, minum, dan jima' atau melakukan hubungan suami istri di siang hari. Sementara itu, yang membatalkan pahala puasa antara lain berpuasa tetapi masih suka berghibah, memfitnah orang lain, iri dengki, dusta, dan juga marah. Rasulullah saw bersabda:
"Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji." (HR Baihaqi dan Al-Hakim).
Meskipun marah adalah salah satu wujud dari emosi manusia, marah datangnya dari setan. seseorang yang puasa dan dapat menahan amarahnya dengan tidak melampiaskan emosinya maka ia akan tinggi derajatnya di sisi Allah. Begitu pula dengan pahala puasanya yang tidak sia-sia.
Akan tetapi, orang yang berpuasa hendaklah memiliki sifat lemah lembut dan berusaha menahan marah, juga tidak sampai bertengkar dengan lainnya. Tetaplah bersikap lemah lembut terhadap yang berbuat nakal padanya. Rasulullah saw bersabda :
"Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa." (HR. Bukhari & Muslim)
Sahabat yg mulia, Ibnu 'Abbas r.a mengatakan, "Allah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat tidak baik kepada kita. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya
Puasa di bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk melatih diri menjadi individu yang lebih baik, tidak hanya dari sisi fisik tetapi juga emosi dan spiritual. Meski tantangannya cukup berat dengan pemahaman yang tepat dan latihan pengendalian diri, kita dapat menjadikan bulan suci ini sebagai momentum untuk tumbuh lebih sabar, empati, dan lebih dekat dengan Al-quran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H