Mohon tunggu...
Humaniora

Aksi 212 di Desa

20 September 2017   06:21 Diperbarui: 20 September 2017   06:24 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Assalamu'alaikum Wr Wb. Hallo apa kabar teman temanku yang cantik cantik dan ganteng? Pastinya baik kan?. Nih aku mau cerita pengalamanku serta kelompok 212 yang hidup selama satu bulan di desa yang lumayaan susah untuk mendapatkan signal. Di desa tersebut kami melakukan aksi yaitu melaksanakan kegiatan KKM yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa menjelang semester 5 UIN MALIKI Malang. Oh iya,,, lokasi KKM ku terletak di Masjid Nurul Hidayah Dusun Sumber Duren Desa Sidodadi Kecamatan Gedangan. Aku dan kelompokku menuju lokasi KKM pada tanggal 4 Juli 2017. 

Aku dan teman- temanku yang cewek tinggal di rumah takmir masjid Nurul Hidayah sedangkan yang cowok tinggal di ruangan sebelah masjid yang biasanya digunakan sebagai ruangan kelas madin di masjid tersebut. Kedatangan kelompok kami di sana di sambut antusias oleh takmir masjid Nurul Hiidayah yang bernama bapak Ahmadi Albar dan keluarganya. Juga, para warga di dusun tersebut ramah,  mereka akan selalu terbuka untuk pendatang baru. Terlebih lagi yang menguntungkan bagi kelompok kami adalah warga di desa tersebut mayoritas beragama islam.

Di hari pertama  kami menghadiri pembukaan KKM yang dilaksanakan di masjid Darussalam Gedangan yang di hadiri khususnya kelompok-kelompok yang di tempatkan di kecamatan Gedangan. Selesainya pembukaan yang di adakan di masjid tersebut, aku dan kelompokku kembali ke masjid Nurul Hidayah. Sesampainya di sana kami istirahat sejenak dan sholat.

Setelah istirahat kami melanjutkan perjalanan keliling kampung dan bersilaturrahmi ke warga-warga , hal ini di lakukan agar kelompok kami lebih mengenal masyarakat dan lebih dekat dengan masyarakat yang ada di Dusun Sumber Duren. Dalam perjalanan tersebut kami di temani oleh anak laki-laki dari bapak Ahmadi Albar yang bernama Iqbal. Dia adalak anak yang usil, ketika aku dan kelompookku melakukan perjalanan keliling kampung bersamanya, kami semua di lewatkan di jalanan setapak dan ladang tebu yang sebenarnya jalanan yang biasa itu ada.

Seminggu disana, aku dan kelompokku melakukan pendekatan kepada warga dan melakukan survei untuk mengetahui apa yang dibutuhkan warga dan apa yang harus diberdayakan terhadap warga. Setelah mengetahui situasi disana, kami membuat program kerja yang meliputi pendidikan, sosial ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Dalam pendidikan kami mengajar di Madrsah Diniyah Nurul Hidayah yang dilaksanakan pada jam 14.00- 16.30 waktu Istiwak. 

Murid-murid madin disana menurut saya lumayan banyak, mereka juga antusias dalam mengikuti pelajaran walaupun terkadang juga, masih ada aja yang hanya bercanda dan sekedar masuk saja. Sumber daya pengajar di madin Nurul Hidayah menurut saya, Alhamdulillah para pendidiknya sangatlah mumpuni dan tidak diragukan lagi. Para pendidik di sana merupakan lulusan dari pondok semua. Tapi sayang sumber daya pendidik  di madin tersebut masih kurang sehingga apabila ada ustadz/ustadazah yang tidak datang kelas yang tidak ada gurunya menjadi kurang kondusif.

Di sisi lain, kelompokku juga mengajar di SDN Sidodadi 04 Dusun Sumber Duren. SDN  di sini sangatlah memprihatinkan, tenaga pendidik yang sedikit dan jumlah murid yang sedikit pula. SDN Sidodadi 04 ini, memiliki keseluruhan 8 guru dan jumlah seluruh siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 adalah 60 siswa. Siswa di SD tersebut dalam segi pengetahuan sangatlah kurang apalagi dalam membaca, maupun pelajaran yang lainnya. 

Kebanyakan siswa  masih mengeja dalam membaca walaupun siswa sudah kelas 4. Yang paling mengejutkan bagi aku adalah ketika aku menanyakan lambang negara Indonesia kepada para siswa dan ternyata mereka belum tahu. Aku hanya berharap untuk kedepannya para guru dapat lebih memperhatikan para siswanya dan bekerja lebih optimal untuk memberkan pendidikan yang terbaik kepada siswa-siswanya.

Dalam bidang kesehatan, kelompokku menghadiri posyandu yang diadakan sebulan sekali di dusun Sumber Duren. Posyandu ini dilakukan, agar anak-anak balita dapat di beri vaksin sesuai jadwal dan para ibu hamil dapat berkonsultasi tentang kehamilannya. Selain menghadiri posyandu itu, kelompokku juga mengadakan senam untuk ibu-ibu yang dilaksanakan seminggu dua kali di sore hari.  

Senam yang di adakan oleh kami, sangat di sambut para warga terutama ibu-ibu. Mereka sangat antusias dan senang dalam mengikuti senam. Kegiatan senam inilah yang paling aku sukai, karena dengan senam kejenuhan-kejenuhanku hilang dan senam pula dapat meringankan beban pikiranku. Apalagi dengan melihat ibu-ibu yang antusias dan semangat mengikuti gerakan-gerakan senam yang kelompokku lakukan, hati ini terasa damai. Untuk meneruskan senam yang kami adakan, kami menunjuk dua ibi-ibu sebagai instruktur senam agar senam tersebut bisa berlanjut walau hanya seminggu sekali.

Tak hanya mengembangkan dalam bidang pendidikan maupun kesehatan aku dan kelompokku juga mencoba membuat inovasi dari bonggol pisang. Bonggol tersebut kami jadikan kerupuk dan stik.  Pembuatan kerupuk dan stik dari bonggol pisang ternyata berhasil dan menurutku rasanya juga enak. Setelah itu kami, mencoba melakukan penyuluhan tentang bonggol  kepada warga, mereka terbuka dengan saran kami mereka juga menerima apa yang kami buat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun