Mohon tunggu...
Nurul Mahmudah
Nurul Mahmudah Mohon Tunggu... Guru - Generasi Sandwich Anak Kandung Patriarki

Si sanguinis yang sering dibilang absurd. Aku tukang rebahan yang berharap bisa memberikan perubahan untuk Negara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengkritisi Persepsi Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Konteks Pekerja S*ks

23 Januari 2025   18:58 Diperbarui: 23 Januari 2025   18:58 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan tentang kekerasan terhadap perempuan sering kali dipandang dari perspektif yang sangat jelas,

"apapun bentuknya, kekerasan adalah pelanggaran hak asasi yang harus disikapi dengan serius dan berpihak pada korban, "

Namun, dalam beberapa kasus, terutama yang melibatkan pekerja s*ks, penting untuk mempertimbangkan juga kompleksitas konteks yang ada sebelum menyimpulkan apakah sesuatu dapat disebut sebagai kekerasan atau tidak.


Pekerja s*ks, seperti halnya perempuan dalam profesi lainnya, memiliki hak yang sama untuk hidup bebas dari kekerasan. Dalam banyak kasus, mereka menjadi sasaran pelecehan dan kekerasan yang sering kali diabaikan atau dianggap wajar. Meskipun demikian, ada situasi di mana tindakan yang dilakukan oleh seorang pekerja s*ks bisa dianggap sebagai keputusan yang didasari oleh kehendak sendiri, seperti misalnya saat mereka memilih untuk terlibat dalam aktivitas seksual dengan orang lain.

Namun, ketika terjadi pelecehan atau perlakuan yang tidak senonoh dalam kondisi tersebut, serta dampak negatif yang muncul  (misalnya kehamilan yang tidak diinginkan), muncullah pertanyaan yang lebih kompleks. 

"Apakah peristiwa tersebut bisa disebut kekerasan, ataukah ini adalah konsekuensi dari pilihan yang sudah diambil, meskipun dalam banyak situasi kekerasan dan pemaksaan tetap tidak bisa dibenarkan?"

Banyak pihak berargumen bahwa meskipun seorang pekerja s*ks secara sukarela terlibat dalam aktivitas seksual, bukan berarti mereka harus menerima perlakuan yang merendahkan atau menyakitkan. Namun, ada juga pandangan yang lebih nuansial, yang mencoba melihat kejadian dari perspektif lebih mendalam, mempertanyakan apakah setiap tindakan s*ksual dalam konteks tersebut bisa langsung dianggap sebagai kekerasan.

Pada akhirnya, masalah ini memerlukan dialog yang terbuka dan penuh empati. Setiap individu, terlepas dari apapun pekerjaan atau pilihan hidup mereka, berhak untuk dihormati dan bebas dari kekerasan. Dalam kasus-kasus seperti pekerja s*ks, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti persetujuan, pemaksaan, dan dinamika kekuasaan yang mungkin ada, dan untuk memastikan bahwa hak-hak mereka tetap dilindungi tanpa mengabaikan kompleksitas situasi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun