Mohon tunggu...
Nurul Mahmudah
Nurul Mahmudah Mohon Tunggu... Guru - Generasi Sandwich Anak Kandung Patriarki

Si sanguinis yang sering dibilang absurd. Aku tukang rebahan yang berharap bisa memberikan perubahan untuk Negara.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengubur Mimpi Demi Gelar Ibu?

30 Desember 2023   15:36 Diperbarui: 30 Desember 2023   15:56 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
shutterstock.com/Diolah Penulis

Menjadi Ibu

Stigma tentang seorang ibu adalah pengabdian utuh pada anaknya. Dunia seorang ibu adalah anaknya, dan harus mengorbankan semua waktu, tenaga, dan materi hanya untuk anaknya. Apa iya untuk mendapatkan gelar "IBU" harus sampai mengorbankan semuanya, dan memendam jati diri?. Meleburkan seluruh emosi diri pada manusia kecil yang baru saja hadir di dunia ini?.

Setelah melewati beberapa waktu, renungan, diskusi dan air mata, aku paham.
Bahwa untuk menjadikan anak-anakku hebat aku harus mengajarkan padanya "bagaimana cara mencintai diri sendiri". Apa yg ingin aku sampaikan adalah menjadi seorang ibu tidak harus membuatmu kehilangan jati dirimu.

It doesn't mean that i'm not loving my child.
Dia harus tau bahwa meski seorang perempuan sudah menjadi ibu, tidak berarti dia harus merelakan semuanya. Ibu tetap menggenggam hak pendidikan, karir, menggapai mimpinya, menjadi bermanfaat, daaaannn... menginspirasi orang lain Don't Lose Yourself, anak anak perlu melihat bagaimana kita mencapai bahagia versi kita. Anak bahagia tumbuh dari ibu yang bahagia.

Ketika seorang ibu mengubur mimpi demi bauh hati, bukan tidak mungkin justru ini menjadi bibit toxic parenting. Dimana seorang ibu memaksakan mimpinya diwujudkan oleh keturunannya. Sebagai bentuk protes karena mimpi yang betul-betul diinginkan tidak tergapai, maka anak menjadi korban pemuas cita-cita orangtuany. Jika ini terjadi, maka rantai toxic parenting akan bekerja turun temurun.


Oleh karenanya, ibu tidak boleh menjadikan perempuan berhenti untuk bersinar, dan yang saat ini aku rasakan justru anak-anak adalah alasan aku harus lebih bersinar. Ia harus bangga bahwa ia terlahir dari ibu yang hebat, dan kelak akan tumbuh pula ia menjadi orangtua yang hebat bagi anak-anaknya kelak. Inilah makna pengorbanan ibu bagi aku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun