Perkawinan anak adalah fenomena yang masih terjadi di beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia. Praktik ini telah menuai kontroversi dan perdebatan karena melibatkan anak-anak yang belum cukup matang fisik, mental, dan emosional untuk menjalani pernikahan. Untuk mencegah angka pernikahan anak di Indonesia, diperlukan upaya yang melibatkan semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
Peningkatan Aspek Pendidikan: Pendidikan menjadi kunci utama dalam mencegah pernikahan anak. Program pendidikan yang baik dapat memberikan akses pada anak-anak untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan, sehingga mereka dapat memilih jalan hidup yang lebih baik.Â
Pendidikan juga bisa memberikan informasi mengenai dampak negatif pernikahan anak terhadap kesehatan dan pendidikan mereka. Tapi sebelumnya juga harus dipahami bahwa kemudahan akses pendidikan juga masih menjadi keresahan tersendiri di beberapa daerah di Indonesia. Masyarakat selama ini hanya dituntut untuk melek pendidikan 12 tahun, itupun masih banyak yang tak tuntas (putus sekolah). Hal ini disebabkan karena literasi Masyarakat akan pentingnya Pendidikan di beberapa daerah masih rendah.
Penegakan hukum: Pemerintah harus menegakkan hukum yang melarang pernikahan anak. Hukum harus ditegakkan secara konsisten dan tegas, dengan mengenakan sanksi yang berat bagi pelanggar. Saat ini, untuk pernikahan anak (dibawah umur) masih memiliki sela untuk bisa ditembus, yakni dengan surat dispensasi. Dispensasi bisa dilakukan dengan persetujuan orangtua anak, nah ini masih menjadi celah yang menjadikan peraturan larangan perkawinan anak terlihat sangat tidak tegas.Â
Bagaimana jika pemaksaan perkawinan ini justru muncul dari orangtua? Otomatis system ini tidak memihak ke korban. Ada juga dispen yang diberikan dengan alasan "sudah hamil duluan", apakah memberikan izin untuk melaksanakan perkawinan anak ini merupakan kebijakan yang tepat? Atau justru menempatkan anak dalam kondisi yang semakin terpuruk?.
Peningkatan kesadaran masyarakat: Pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak negatif pernikahan anak. Kampanye sosialisasi melalui media sosial, seminar, diskusi kelompok, dan penggalangan dukungan masyarakat dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menghindari pernikahan anak.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga: Angka pernikahan anak sering terjadi di keluarga yang kurang mampu. Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga untuk mengurangi tekanan ekonomi pada keluarga dan memungkinkan anak-anak untuk terus bersekolah dan mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik. Sebetulnya terkait angka kesejahteraan kerap kali berjalan beriringan dengan tingkat pendidikan. Maka menggenjot tingkat pendidikan Masyarakat harusnya bisa menjadi salah satu Langkah jitu untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Dukungan penuh dari sekitar. Jaringan dukungan dapat membantu keluarga yang terkena dampak pernikahan anak, dengan memberikan dukungan moral dan materi. Jaringan ini dapat terdiri dari keluarga, teman, dan organisasi sosial.
Peningkatan akses pada kesehatan reproduksi: Pendidikan tentang kesehatan reproduksi dapat membantu anak-anak memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi mereka. Setiap dari kitab isa membantu untuk memastikan akses pada kesehatan reproduksi yang aman dan terjangkau bagi semua orang. Melalui edukasi konten yang mudah dipahami oleh Masyarakat dalam dunia maya, menjadi Langkah konkrit paling sederhana namun bermakna bagi generasi kedepan.
Dengan mengambil langkah-langkah di atas, kita dapat membantu mencegah angka pernikahan anak di Indonesia dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak.