Hai, aku mau sharing episode special di International Womans Day hari ini.
Jumat malam sabtu lalu, aku ikut kajian gender Islam (Ngaji KGI) yang dibimbing langsung oleh Bunyai Nur Rofiah. Bisa dibilang aku cukup rajin mengikuti pengajian beliau, karena beliau adalah role model aku dalam perspektif keadilan gender. Nah, pada kajian jumat (05/03) ini, beliau mengangkat isu pelecehan seksual, dan aku suka banget dengan isi pembahasannya.
"Terjadinya pelecehan seksual bukan karena korban menarik, korban berpakaian seksi, korban berpara cantik, BIG NOOOOO..."
Sampe ada kasus kekerasan seksual (perempuan) itu karena ada cacat pemikiran di otak si pelaku yang menganggap perempuan hanya sebatas "objek seksual". Kemanusiaan perempuan dilemahkan menjadi 1 tingkat di bawah laki-laki hanya karena beda jenis kelamin.
Tapi...
Bukan ini yang mau aku bahas. Akhir-akhir ini media di Indonesia sedang ramai lalu lalang berita tentang kasus pelecehan seksual yang terjadi diruang lingkup pondok pesantren.
Wilayah ponpes loh, ranah domestik yang terkenal sangat sakral akan nilai dan norma agama, dan harusnya menjadi tempat yang paling ramah dan aman bagi perempuan.
Kondisi santri laki-laki dan perempuan yang terpisah, santri perempuan dengan gaya pakaian serba tertutup dan longgar, adalah ciri khas wajah lingkungan pondok pesantrean. Terkenal dengan penghuni yang agamis karena pendidikan agama yang menjadi kurikulum utama sistem pendidikan di dalam pondok pesantren.
Di sini aku perlu menggarisbawahi bahwa kasus "pelecehan seksual dikarenakan korban yang menggoda" adalah salah besar. Terbukti dengan adanya 15 santri yang menjadi korban pelecehan seksual oleh KYAI-nya di salah satu pondok pesantren daerah Jawa Timur.
Pemandangan ini sama seperti terjadinya pelecehan seksual oleh pendidik (guru) kepada muridnya dilingkungan sekolah. Sosok yang dipercaya untuk memberi penanaman ilmu kepada peserta didik, justru menjadi pelaku atas tindak kejahatan yang tidak pernah dapat dibenarkan oleh nilai dan norma apapun. Menyalahgunakan kekuasaan patriarkis sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan individu. Dalam kasus ini, sang kyai memaksa korbannya dengan iming-iming agar ilmunya berkah. WTF...