[caption id="attachment_695" align="alignleft" width="298" caption="Rizal Mallarangeng./Photo by: Inggried Dwi Wedhaswari"][/caption] Nama Rizal Mallarangeng (RM) belakang ini sering disebut-sebut dan menjadi perhatian masyarakat. "Populer" nya RM ini terkait sikapnya yang dinilai banyak orang kurang santun karena sering berucap yang membuat orang merasa terhina dan marah. RM melakukan tindakan dan perbuatan itu dalam kapasitasnya sebagai Tim sukses pasangan SBY-Boediono, dan perbuatannya yang kurang santun itu sering ditujukan kepada lawan SBY-Boediono dalam Pilpres kali ini yaitu JK-Win dan Mega-Pro. Sepak terjang RM di dunia politik bukan kali ini saja, RM telah memasuki dunia politik sudah sejak lama. Sepulangnya kuliah dari Amerika Serikat (AS) pertengahan 2001, RM makin masif terjun di dunia politik dan ekonomi. Pada saat itu RM menjadi penulis pidato presiden. [caption id="attachment_696" align="alignright" width="411" caption="freedom-institute.org"][/caption] Pada akhir tahun 2001, RM mempunyai ide untuk mendirikan suatu lembaga pemikiran prestisius, dan pada akhirnya berkat bantuan teman-temannya dan dukungan Abdurizal Bakrie sebagai penggalang dana, maka terbentuklah sebuah lembaga yang diberi nama "Freedom Institute" (FINS), yang terletak di Jl. Irian No.8 Menteng Jakarta Pusat 10350. Lembaga ini memiliki misi utama yaitu menyebarkan ide yang dalam hal ini dilakukan lewat beragam kegiatan seperti diskusi publik, seminar, wawancara radio, lokakarya, penulisan artikel, penulisan dan penerjemahan buku. Kegiatan-kegiatan lain, seperti penyelenggaraan perpustakaan publik, pelatihan, serta pemberian penghargaan, merupakan bentuk lain dalam penyebarluasan dan apresiasi terhadap kebebasan. Sebagai lembaga nirlaba yang independen, FINS berkomitmen untuk terus memper- juangkan terciptanya kebebasan, demokrasi, dan kesejahteraan di Indonesia. (Sumber) Tekad RM untuk menggeluti dunia politik memang tidak tanggung-tangung bahkan sempat mencalonkan diri sebagai Capres dari Independen walaupun akhirnya mengundurkan diri berbarengan dengan peluncuran bukunya yang berjudul "Dari langit" akhir tahun 2008 lalu. RM yang saat ini masih sebagai direktur FINS, sering memberikan materi kepada publik dalam diskusi ataupun seminar. Biasanya RM memberikan materi tentang ekonomi terutama ekonomi leberalis dan kapitalis, menurut pengalaman saya yang kenal dengan FINS pertama kali pada akhir 2006 melalui teman saya, waktu itu kebetulan saya dan teman-teman kuliah mendampingi Bpk. Juwono Sudarsosno (Menhan) yang juga memberikan materi dalam diskusi pada waktu itu, RM memiliki ciri khas dan keberanian yang jarang dimiliki oleh orang di Indonesia khususnya. Ciri khas RM yaitu ketika dia memberikan materi diskusi ataupun seminar kepada publik, baik itu yang dilaksanakan di FINS maupun di luar, ia selalu menyerempet kepada kapitalisme dan liberalisme walaupun tema diskusi tidak menyinggung tentang hal itu, sehingga saya sempat memberikan ciri khas tersendiri baginya yaitu "apapun masalah dan temanya, ujung-unjungnya pasti kapitalisme atau liberalisme". Namun bagi saya ini merupakan keberaniannya, yang secara langsung dan gamang mengatakan bahwa ia seorang liberalis/kapitalis sejati, hal ini jarang dilakukan oleh orang Indoenesia yang berani mengaku kalau dirinya seorang liberalis/kapitalis, karena di Indonesia, orang-orang beraliran seperti itu cenderung dibenci oleh masyarakat dan selalu mendapatkan kritikan pedas. Melihat dan mengamati sepak terjangnya belakangan ini, selaku tim sukses SBY-Boediono, RM dinilai terlalu aktif dalam menyerang pasangan lain sehingga mengundang kritikan dari banyak kalangan. "Tidak santun" merupakan kritikan yang paling banyak dilontarkan. Perbuatan RM ini juga berakibat berkuarngnya simpati masyarakat kepada SBY-Boediono karena memiliki tim sukses yang "kurang santun" itu. Bahkan, Forum Rektor Indonesia Simpul Sulawesi Selatan (FRIS-Sulsel) menilai pernyataan anggota tim kampanye nasional capres SBY-Boediono, Andi Mallarangeng, sangat bertentangan dengan amanah UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika karena Indonesia masyarakat majemuk. Pernyataan kontroversial Andi Mallarangeng itu diucapkan saat kampanye SBY-Boediono di GOR Andi Mattalatta, Rabu, mengandung unsur SARA, yang menyatakan: "Belum saatnya orang Sulsel memimpin bangsa Indonesia." (Kompas.com, 2/7) Memang sangat disayangkan perbuatan dan tingkah laku RM sekarang ini, padahal dirinya dahulu sebelum menjabat sebagai tim sukses, ia selalu memberikan ilmunya dan memberikan pencerahan tentang politik dan ekonomi liberal/kapitalis pada khususnya kepada publik dan mahasiswa bahkan keberadaan RM dan FINS-nya sangat membantu bagi mahasiswa-mahasiswa yang sedang mencari bahan untuk tugas kuliah sampai skripsi karena di perpustakaan FINS terdapat banyak buku-buku impor yang jarang ditemukan di perpustakaan kampus dan perpustakaan lain. Saat ini kita hanya bisa berharap agar masyarakat berpikir rasional dan cerdas serta tidak emosisonal menanggapi perilaku elit politik kita yang justru menodai demokrasi Indonesia. NuruL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H