[caption id="attachment_93268" align="aligncenter" width="640" caption="Marzuki Alie saat menjadi pembicara tunggal di acara Kompasiana Modis, di Jakarta 26 Februari 2011/Roberto Januar (kompasiana)"][/caption] Pendidikan hanya terpusat di sekolah-sekolah, terlebih pelajaran mengenai etika. Padahal pendidikan moral dan budi pekerti di lingkungan masyarakat serta keluarga juga tidak kalah penting. Demikian disampaikan Marzuki Alie ketika menjawab pertanyaan seorang bloger muda yang duduk di bangku SMA tingkat pertama, pada acara Kompasiana MODIS (Monthly Discussion) di Jakarta, Sabtu (26/2/2011)
Blogger Joshua yang masih belia itu menanyakan kegelisahannya yang kerap melihat dan mendengar etika dan moral anggota Dewan yang buruk, seperti berteriak-teriak saat sidang dan melakukan tindakan yang tidak sepantasnya.
Marzuki Alie menambahkan, akibat dari kurangnya pendidikan budi pekerti yang baik di lingkungan masyarakat dan keluarga akan melahirkan warga masyarakat yang tidak memiliki etika dalam bertindak maupun berucap, seperti halnya yang diderita bebeapa anggota Dewan tertentu saat ini. Namun Marzuki tidak menyebut siapa anggota Dewan dimaksud.
Marzuki Alie yang menjadi pembicara tunggal di Kompasiana MODIS ini juga menyinggung masalah kode etik DPR yang disusun oleh Badan Kehormatan (BK), yang dinilai masyarakat hanya sebuah akal-akalan agar citra DPR di mata masyarakat pulih.
“Kode etik dibuat untuk mengatur hal-hal yang tidak diatur di peraturan yang lebih tinggi (UU) supaya lembaga berjalan baik,”kata Marzuki menjawab pertanyaan dari seorangbloger Kompasiana yang menanyakan seberapa pentingkode etik DPR.
Dalam acara Kompasiana MODIS yang berdurasi sekitar dua jam ini, Marzuki Alie mengaku senang dapat bertatap muka dan berdiskusi dengan masyarakat terutama para pengguna social media seperti bloger Kompasiana.
“Saya senang dengan acara seperti ini, tatap muka dan berdiskusi, sehingga dapat bicara utuh apa adanya tanpa harus dipotong-potong, seperti yang kerap dilakukan oleh media-media dalam pemberitaannya dan menimbulkan salah persepsi,” kata Marzuki.
Tulisan disadur dari KOMPAS.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H