Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jabat Tangan Obama-Chavez (Hanya Sebuah "Wacana" Kepentingan)

20 April 2009   21:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:12 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_7" align="alignleft" width="298" caption="AP PHOTO/EVAN VUCCI Presiden Venezuela Hugo Chavez (kanan) menjabat tangan Presiden AS Barack Obama dan menghadiahi buku selama pertemuan negara-negara Amerika di Port-of-Spain, Trinidad dan Tobago, 18 April 2009."][/caption] Port of Spain- Trinidad Tobago tempat pertemuan KTT Organisasi negara- negara Amerika (OAS) menjadi saksi melunaknya ketegangan hubungan Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara di kawasan Amerika Lainnya, khususnya dengan Venezuela yang ditandai dengan jabat tangan kedua Presiden yaitu Hugo Chavez dan Barrack Obama, hubungan kedua negara yang makin memanas sejak pemerintahan Bush (junior). Terlebih lagi dengan Kuba yang sudah menegang sejak masa-masa perang dingin, salah satunya pada masa krisis kuba tahun 1962 yang merupakan eskalasi dari Perang Dingin, ketika itu Uni Soviet dengan PM nya Nikita Khruschev, menempatkan rudal-rudal berukuran sedang lengkap dengan hulu ledak nuklir di Kuba, akibat dari tindakan As yang akan menyerang Teluk Babi salah satu wilayah di negara komunis tersebut yang berujung pada kemarahan Uni Soviet. Pada saat itu AS dipimpin oleh John F. Kennedy. presiden AS itu sangat mengecam tindakan Uni Soviet tersebut dan memaksa Uni Soviet untuk menarik rudal-rudalnya itu. Akan tetapi Uni Soviet tak menerima dan mengikuti apa kata AS itu, semua harus dengan persyaratan yaitu keinginan Uni Soviet meminta AS tidak menyerang Kuba. Ketegangan hubungan AS dengan Uni Soviet dan Kuba itulah yang menjadi salah satu penyebab meluasnya sikap benci negara-negara kawasan Amerika lainnya terhadap AS, dikarenakan sikap AS selaku negara paling maju di antara negara-negara kawasan Amerika yang terlalu banyak mencampuri urusan dalam negeri mereka dan tindakan AS yang menyebarkan paham kapitalisme secara "paksa". Hubungan AS dan negara-negara kawasan Amerika lainnya memang sempat naik turun akan tetapi masa-masa terburuk hubungan AS dengan negara-negara kawasan Amerika yaitu pada masa Bush (junior) semua kebijakan dan tindakan hampir semuanya bisa di bilang sebagai pemicu adanya ketegangan dan konfrontasi. Chavez (Venezuela), orang yang satu ini selalu merasa terusik dengan AS, ia merasa AS dengan Bush nya pada masa itu ingin sekali menjungkalkan kedudukannya sebagai Presiden Venezuela, Bush (pada saat itu) menilai Venezuela sebagai ancaman dan chavez dinilai terlalu keras terhadap AS ditambah dukungan Chavez terhadap Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang dicap oleh AS sebagai poros setan. masih banyak negara-negara di kawasan Amerika yang geram terhadapa AS terutama pada masa pemerintahan Bush (junior), seperti Meksiko (masalah inigran gelap), Kuba, Nikaragua, Bolivia, dll. Akan tetapi dengan terpilihnya Barrack Obama sebagai Presiden AS menggantikan Bush, membawa suasana baru hubungan AS dengan negara-negara di kawasan Amerika lainnya yang diciptakan dengan sikap yang kooperatif dan lunak, diperbolehkannya transfer uang dan pergerakan keluar masuk bagi warga kuba maupun warga AS untuk bebas keluar masuk ke kedua negara merupakan salah satu langkah awal dari normalisasi hubungan AS dengan negara-negara kawasan Amerika lainnya. Menanggapi kabar tentang jabat tangan antara Obama dengan Chavez, yang menandakan melunaknya hubungan kedua negara tetapi tak lebih hanya sebagai "wacana" dari Kepentingan (National Interest), memang Obama jauh lebih kooperatif dibanding pendahulunya, niat baik Obama untuk menormalisasikan hubungan dengan beberapa negara yang sebelumnya merupakan musuh AS seperti Iran, Rusia, Kuba, Venezuela dll., tak lepas dari kepentingan nasional, ketika kedaaan ekonomi AS khususnya dan dunia pada umumnya sedang kolaps, AS menjadi satu-satunya negara yang dicap sebagai penyebab utama atas semua ini, untuk itu AS melalui Obama berusaha merangkul semua negara termasuk musuh-musuhnya untuk kembali menjalin hubungan baik dengan maksud sama-sama menyelesaikan masalah ekonomi yang kolaps, selain itu citra AS selaku "polisi dunia" yang sudah melorot tajam dimata Internasional akibat kebijakan-kebijakan "edan" Presiden pendahulunya. Negara-negara konsumen senjata dan alat-alat perang sekarang ini memilih Rusia sebagai produsen mereka ketimbang AS, kesimpulannya AS sekarang menjadi negara adi daya yang terkucilkan. wajar kalau jabat tangan antara Obama-Chavez hanya sebuah "wacana" dan sifatnya temporer walaupun itu merupakan suatu tindakan riil, Obama melihat Venezuela sebagai negara yang memimpin negara-negara kawasan Amerika lainnya yang anti AS setelah kepemimpinan Kuba melalui Fidel Castro yang sudah habis masanya, maka dari itu penting bagi AS untuk merangkul Venezuela dengan harapan negara-negara lainnya yang anti AS ikut melunak...begitu pun Chavez yang pasti akan mengambil kesempatan dari lunaknya hubungan kedua negara. untuk contoh konkritnya, tentang kecaman AS terhadap Israel atas serangannya ke Gaza beberapa waktu lau akan tetapi tetap saja AS setia menjadi "pembantu" Israel. Kesempatan normalisasi ini akan dijadikan gerbang utama AS untuk kembali menjadi " The Real World Police". NuruL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun