Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksistensi Gerakan Intifadah Al-Aqsa dalam Pembebasan Palestina

30 Juli 2009   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:53 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_898" align="alignright" width="400" caption="bokertov.typepad.com"][/caption] Latar Belakang Timur Tengah merupakan salah satu kawasan di dunia yang sangat potensial, baik dalam hal barang tambang, hasil bumi ataupun masalah konflik yang berkepanjangan, salah satunya adalah konflik Israel-Palestina yang hingga saat ini belum ditemukan solusi yang sangat tepat yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dampaknya adalah tidak sedikit dari negara-negara di dunia bahkan PBB, menyoroti perkembangan wilayah tersebut yang kadang mengherankan. Salah satu sumber masalah konflik di Timur Tengah yaitu, ketika tahun 1948 negara Israel memerdekakan diri sebagai negara yang berdaulat, serta mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional. Sumber konflik lainnya yaitu terjadi pada waktu tahun tersebut, seputar masalah pengakuan oleh tanah Israel. Pengakuan secara historis, memiliki ikatan emosional kaum Yahudi, yang merasa memiliki dan berhak atas tanah Palestina, termasuk didalamnya anak dan cucu mereka. Lagi-lagi mereka juga mempunyai latar sejarah nenek moyang mereka, yang menurut pengakuan mereka pernah tinggal di salah satu kawasan Jazirah Arab ini, yang mana mereka sempat terusir untuk mencari hunian baru. Persaudaran muslimin memandang Zionis ( Israel) sebagai kelanjutan dari Perang Salib Eropa, yang bermaksud merendahkan bangsa Arab dan Islam [1]. Akibat praktek-prakek Israel atas bangsa palestina ini, Zionisme sukses mencapai impian mereka untuk mengusir warga sipil Palestina dari tanah mereka. Sebagai contoh, dapat terlihat dari populasi Arab di Tepi Barat dan Jalur Gaza pada tahun 1967 [2]. Rakyat Palestina, khususnya para pemuda sudah tidak sabar melihat kondisi buruk dan serius ini, sehingga terjadilah suatu perlawanan. Terdapat garis sejarah antara peningkatan pertumbuhan gerakan Islam dengan aksi perlawanan rakyat yang marah di seluruh wilayah pendudukan. Gerakan Islam di Palestina telah menciptakan kondisi yang mendukung munculnya aksi masa. Kemunculan gerakan Islam tersebut dapat di katakan sebagai suatu konsensus dalam kerangka perjuangan. Dimana semua elemen masyarakat Palestina khususnya, harus bersatu dalam menjalankan suatu perjuangan menuju pembebasannya. Pandangan lain melihat bahwasanya pembentukan Israel oleh bangsa Arab dipandang sebagai sebuah tahapan dan langkah awal usaha Zionis untuk mencapai tujuan akhir, yakni menundukkan seluruh bangsa Arab sebagai bentuk tujuan dan imperialisme yang paling buruk. Gerakan Islam telah menciptakan kondisi yang mendukung munculnya aksi perlawanan rakyat Palestina dalam intensitas yang tinggi, termasuk juga faktor gerakan revolusi Islam di Iran dibawah pimpinan Imam Khomeni. Kesatuan dan kebersamaan dalam ide tersebut yang menyebabkan menggelembungnya tekad baja yang ditonjolkan para pemuda Palestina guna mendirikan dan mendeklarasikan sebuah ekstra perjuangan jalanan yang dinamakan INTIFADAH, yang mempunyai tujuan dasar dan akhir memerdekakan Palestina dari Israel. Mereka berhimpun dan menyatu dari semua lapisan, baik itu mulai dari masyarakat bawah hingga ke profesi insinyur dan pengacara ikut terlibat ke dalam gerakan tersebut. Semua gagasan itu lahir dari hasil kesepakatan di bawah bimbingan dan koordinasi gerakan Hamas (Harokatul Muqowwamah Al Islamiyyah) gerakan perlawanan Islam semesta pimpinan Syekh Ahmad Yassin, suatu kondisi yang kemudian disusul oleh gerakan rakyat Palestina harus mencari cara melepaskan diri untuk merebut kembali tanah mereka. Yang menjadi menarik disini adalah mengenai akar penilaian kedua negara yang melibatkan unsur agama, yang biasanya dikatakan oleh para pengamat politik internasional, akan belarut-larut, apalagi jika banyak pihak yang ikut campur dalam pemasalahan tersebut. Pokok Masalah Seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa gerakan Intifadah di Palestina ini telah memasuki tahap kedua dalam perjuangannya. Tahap pertama dilakukan dari tahun 1987-1994, yang dikenal dengan Intifadah Al Mubarok (kubro), sedangkan sekarang Palestina dihentakkan kembali dengan Intifadah keduanya, yaitu Intifadah Al Aqaha, yang mulai bergulir September 2000 hingga Juni 2002. Semuanya itu lahir dengan penyebab yang hampir sama, yaitu disebabkan oleh adanya ulah tentara pemerintah Israel, dengan tujuan membuat konflik di wilayah Timur Tengah tetap membara dikarenakan demdam masa lalu dan perebutan wilayah. Terkait dengan itu maka pertanyaan yang juga merupakan masalah pokok permasalahan ini, yaitu Apa yang menjadi hambatan gerakan Intifadah dalam usaha pembebasan Palestina? Kerangka Pemikiran Untuk menjelaskan dan menggambarkan begitu kerasnya perjuangan Intifadah dalam setiap aksinya, maka akan dikaitkan dengan apa yang menjadi tujuan gerakan Intifadah didirikan pertama kali, yaitu sebagai motor penggerak perlawanan rakyat Palestina melawan penjajahan Israel maupun sebagai salah satu gerakan Islam yang mengedepankan ajaran Islam dan inspirasi muslim Palestina. Dalam hal ini mengutip pernyataan Maurice Duverger mengenai kelompok penekan, yang kecenderungan Intifdah sebagai bagian dari kelompok tersebut yaitu:"dilihat dari tujuan dari kelompok penekan adalah mempengaruhi mereka yang memegang kekuasaan, membawakan 'tekanan' yang harus dipikulnya, mereka berdiri mewakili suatu jumlah yang terbatas yang mempunyai kepentingan khusus" [3]. Di sisi lain, untuk menambahkan pembuktian mengenai peran Intifadah dalam hal pencapaian kondisi kemerdekaan Palestina, menyangkut masalah salah satunya adalah pengambilalihan kawasan secara paksa dari Palestina oleh Israel, yang didukung oleh semua fakta yang ada, maka akan coba di hubungkan dengan teoru Nasionalismenya Anthony D. Smith, dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1972, menjelaskan "bahwa dia membagi dua unsur nasionalisme yaitu, dari tingkat formal dan dari tingkat substansi(isi); dari tingkat isi, Smith mengidentifikasi menyangkut tingkat nasionalisme menjadi dua dasar pengakuan, yaitu atas dasar territorial dan etnik [4]. Pembahasan Sebelum membahas tentang hambatan usaha gerakan Intifadah dalam pembebasan Palestina dari Israel, terlabih dahulu kita melihat pola dasar gerakan Intifadah ini. Banyak kaum muslimin sampai saat ini belum mengerti akan gerakan Intifadah, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mencela dan menggolongkan mereka sebagai golongan putus asa. Padahal seperti diketahui bahwa mereka berbuat demikian dengan tujuan memeksimalkan perjuangan dalam usaha membebaskan negeri mereka dari Israel, walaupun dengan batu atau bom bunuh diri. Intifadah adalah sebuah mata rantai perjuangan yang dipersiapkan dan diprogramkan oleh Hamas sejak dua puluh tahun lalu. Terkait dengan hal diatas, akan dijelskan secara singkat mengenai pola perjuangan intifadah yang dijalankan Hamas melalui beberapa tahap dan fase [5] : 1. Fase Pertama (1967-1987) Fase ini dikenal dengan fase pembentukan dan pembangunan basis masa yang tangguh dan kokoh, salah satu caranya dengan pendirian yayasan dan lembaga pendidikan dan sosial. 2. Fase Kedua (1987-1991) Pada fase ini sudah mulai pada tahap aktualisasi jihad sebenarnya melawan Israel, salah satunya dengan dikorbankannya aksi Intifadah yaitu dengan pengerahan massa untuk melakukan perlawanan sipil secara total dan terkoordinasi. 3. Fase Ketiga(1991-sekarang) Pada fase ini, Intifadah mulai digaungkan perjuangnya, melalui gerakan Hamas. Dimana pada fase ini terbentuk basis massa yang kuat dan mendapatkan simpati dari masyarakat luas Palestina. Adapun hambatan-hambatan yan dihadapi Intifadah dalam pembebasan Palestina yaitu: 1. Faktor negara tetangga Palestina Hal ini terkait faktor sumber pendanaan dan suplai bagi kelangsungan hidup rakyat Palestina. Karena seperti diketahui, negara- negara Arab disekitar Palestina memilih diam dan tidak mebuka pintu perbatasan bagi penyuplai makanan. 2. Aspek Eksternal Dunia Barat · Daya dukung Amerika Serikat terhadap Israel Kekuatan dan kebrutalan Israel yang dilakukan terhadap Palestina ternyata dilatar belakangi oleh faktor Kitab Suci perjanjian versi orang Yahudi Israel, dimana salah satu isinya menyangkut penguasaan Tanah Arab tanpa orang Arab sedikitpun. Selain itu juga fakta menunjukkan bahwa Amerika Serikat dalam banyak kasus menunjukkan membabi buta memberi dukungan terhadap Israel. Tanpa adanya reserve dan proses penyeleksian terhadap masalah dengan pandangan yang lebih obyektif [6]. · Veto resolusi PBB Sejak perang 1967, tiap tahun dalam sidang PBB selalu saja ada resolusi menekan dan 'menghukum' Israel. Tapi hampir semua resolusi tersebut rontok sebelum ditetapkan karena di veto terlebih dahulu oleh Amerika Serikat walaupun perbandingan suara yang ada sangat jauh. Contohnya adalah ketika labelisasi 'rasialis' terhadap Israel. · Dukungan dana Sejak awal kemerdekaan Israel 1948, hingga kini Amerika Serikat telah menjadi sumber dan bagi Israel. Misalnya pada tahun 90-an Israel menghadapi krisis ekonomi dalam hal pengeluaran anggaran pertahanan dan militer, banyak pihak yang membantunya selain Amerika serikat juaga banyak perusahaan swasta yang ikut membantu. 3. Dampak tragedi WTC dan Pentagon Tragedi 11 September 2001, yang menimpa gedung World Trade Center dan gedung pertahanan nasional Amerika Serikat, Pentagon, telah menyebabkan suatu yang sangat berbeda terhadap pola kehidupan dan perekonomian Amerika Serikat. Dan dampaknya terhadap Intifadah dari tragedi ini adalah mengenai kampanye anti teroris yang dilancarkan oleh Presiden Bush Jr. Hal ini didasarkan atas tuduhan jaringan Al Qaeda pimpinan Osama Bin Laden dan organisasi Islam lainnya di seluruh dunia, khususnya yang mengambil garis perjuangan bersenjata. Dalam pidatonya Bush hanya menyebutkan dua organisasi yang mempunyai hubungan dengan Al Qaeda, selebihnya tidak disebutkan secara rinci daftar teroris internasional tersebut. Puncaknya ketika Amerika Serikat membekukan aset 27 organisasi dan perorangan yangdisebutnya sebagai teroris dan meminta supaya negara lain mengikuti jejak Amerika Serikat tersebut. Suatu tindakan yang secara tidak langsung membawa penyempitan perjuangan dan perluasan akses perjuangan Intifadah. Kesimpulan Sejak awal kehadiran Israel dengan gerakn Zionismenya telah membuat peta perpolitikan dan peta kemanusiaan di dunia ini berubah. Tabiat dan tingkah laku Israel ternyata sejak dulu tidak berubah, sampai semua keinginan mereka terwujud, bahkan hingga menjadi penguasa tunggal pun ada kemungkinan mereka akan mencari hunian baru demi memuaskan keserakaha meraka. Oleh karena itu, keoptimisan bahwa seiring dengan intifadah Al Aqsa ini, kebangkitan gerakan pemuda di Palestina akan terus bermunculan. Kemunculan Intifadah merupakan hasil dari perencanaan yang matang dari pemuda Palestina untuk menegakkan kebenaran, ia tidak berdiri dengan sendirinya dan juga bukan atas sikap keputusan rakyat Palestina. Namun dalam hal ini juga Dewan Keamanan PBB yang merupakan badan resmi untuk menjaga perdamaian dunia, ternyata hanya biasa mengutuk dengan pernyataan tanpa ada aplikasi di lapangan. Oleh karena itu ada atau tidaknya dukungan dari negara lain, maka aksi dan perjuangan Intifadah akan berjalan, dengan seiring waktu kekurangan yang ada akan semakin disempurnakan, baik itu masalah sumber daya manusia, tingkat pola strategi perjuangan hingga persenjataan. Disamping itu yang terpenting dari gerakan Intifadah ini adalah jangan sampai Palestina akan menjadi sepenuhnya milik Israel. Karena sudah jelas menurut saya, pertikaian antara Israel- Palestina ini bertujuan untuk memperebutkan wilayah yang nantinya akan dijadkan wilaya kekuasaan dari masing-masing negara yang bertikai. Serta perlnya kerjasama yang erat antara masyarakat Palestina, Hamas, Jihad Islam dan PLO serta semua elemen yang tidak menginginkan Palestina hancur, dengan merangkai satu tujuan dan misi, mengembalikan dan membebaskan Palestina dari Israel. Foot Note: [1] Walid Kazziha, Transformasi Revolusioner di Dunia Arab", Dalam N.A. Faris (ed). Min al-Zawiya al arabiyya (dari sudut arab), Jakarta: Grafindo Utama, 1985, hal.11-12 [2] Ibid. hal.13 [3] Mauruce Duverger."Sosiologi Politik", Penerj. Daniel Dhakidae. Jakarta: CV. Rajawali, 1984, hal.292. [4] Marthin Griifiths. Fifty Key Thinkers In International Relation.Routlegde. London.1999.hal.271. [5] Ahmad Fauzi, Gerakan Hamas dalam Perjuangan Kemerdekaan Palestina. Jakarta: studia Press. 1996. hal 45-47. [6] Sidik Jatmika. Gerakan Zionis Berwajah Melayu. Yogyakarta: Wihda Press. 2001. hal.123. NuruL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun