Belakangan ini di negeri Jiran, Malaysia terdapat persoalan serius yang dapat memicu konflik antar agama. Berawal dari terjadinya unjuk rasa menyusul terbitnya majalah The Herald, edisi Melayu, yang menggunakan nama ”Allah”. (KOMPAS, 12/1) Setelah melihat itu, pemerintah malaysia melarang umat nasrani (kristen) untuk menggunakan nama "Allah" karena akan menyebabkan multi tafsir dikalangan umat Islam yang berujung pada kebingungan dan dapat memicu berpindah agamanya umat Islam secara ilegal. Namun, pada akhir Desember, Pengadilan Tinggi (PT) Malaysia memutuskan bahwa penggunaan nama "Allah" itu sah dan boleh digunakan umat Kristiani di Malaysia, dengan alasan, Kristen, Islam dan Yahudi merupakan agama Samawi yang dari awal turunnya ketiga agama itu sudah menggunakan nama "Allah". [caption id="attachment_53053" align="alignright" width="300" caption="Petugas polisi Diraja Malaysia memeriksa kerusakan di Gereja All Saints di Taiping, Negara Bagian Perak, yang menjadi sasaran perusakan oleh kelompok ekstrem, Minggu (10/1)/KOMPAS"][/caption] Keputusan PT Malaysia itu tentunya menyejukkan bagi umat kristiani yang diperbolehkan kembali menggunakan nama "Allah". Tetapi, keputusan PT Malaysia itu tidak disambut baik sebagian umat Islam di Malaysia dan berujung pada pembakaran rumah ibadah umat Kristiani. Sejauh ini sudah sembilan gereja yang dibakar oleh massa yang tak terkendali dan mengatas namakan tindakannya itu karena tak terima jika umat Kristiani memakai nama "Allah", diduga ini dilakukan kelompok radikal Islam Malaysia, karena bebrapa organisasi massa Islam sepakat dengan keputusan PT tersebut, yang berarti membolehkan umat kristiani menggunakan nama "Allah". Agama Samawi Agama Samawi merupakan agama monoteistik yang menyembah kepada satu tuhan yaitu Allah. Agama ini terdiri atas tiga agama, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiga agama ini menjadi dalam satu katagori yaitu samawi (Langit) karena berasal dari nabi Ibrahim atau Abraham pada Kristen yang sering disebut juga bapak para nabi. Dari nabi Musa yang merintis misi pada agama Yahudi, Isa pada kristen dan Muhammad saw pada Islam. Ketiga nabi yang diutus oleh Tuhan (Allah), merupakan keturunan dari nabi Ibrahim. Ketiga agama ini -yahudi, Kristen dan Islam- telah mengunakan nama "Allah" sejak pertama kali diturunkan oleh Allah kepada masing-masing nabi mereka. Nama "Allah" menjadi milik bersama ketiga agama samawi tersebut seperti yang diakui juga oleh nabi Muhammad saw dan orang Arab yang mayoritas memeluk Islam. Sedangkan yang membedakan ketiga ajaran ini adalah pengajaran atau aqidah tentang Allah berbeda dan memiliki beberapa tafsir tergantung ajaran atau aqidah agama tersebut. Politik Malaysia Walaupun terdapat multietnik dan multirasial di sana, Malaysia dikenal menganut politik etnis , yaitu memberikan tempat atau porsi khusus untuk orang-orang Melayu terutama yang menganut agama Islam. Sedangkan etnis China dan India yang merupakan etnis mayoritas di luar Melayu, mendapatkan porsi kedua. Namun, dalam kenyataannya, etnis India dan China lah yang banyak menguasai sektor ekonomi di Malaysia baik itu di sekror mikro dan makro (dominan), akan tetapi porsi kedudukan etnis Melayu pada pemerintahan, lebih banyak dibanding etnis lainnya yang ada di negara itu, hal ini juga terlihat pada partai politik yang sering dikategorikan dalam bentuk ras dan etnis. Kesenjangan kesejahteraan dan penguasaan ekonomi etnis India dan China di Malaysia menimbulkan kecemburuan etnis Melayu dan tak jarang berujung pada konflik rasial. Sedangkan yang terjadi di Malaysia sekarang diduga berasal dari ketidakluasan dan ketidakadilan sebagian etnis Melayu dan umat Islam akan keadaan sosial ekonomi mereka yang sering terpinggirkan oleh etnis lain seperti India dan China. Desakan Transformasi Sosial, Politik dan Ekonomi Balik lagi kepada inti masalah yaitu pelarangan penggunaan nama "Allah" bagi umat kristiani dan pembakaran sembilan gereja oleh sebagian masyarakat yang tak puas akan keputusan PT Malaysia yang membolehkan penggunaan nama "Allah" bagi kristiani. Masalah ini sebenarnya dapat di atasi tanpa harus menimbulkan korban material/fisik, jika semua mengkaji lebih dalam atas tafsir "Allah" yang sebenarnya sudah digunakan ketiga agama Samawi -Yahudi, Kristen, Islam- berabad-abad lamanya. Masalah ini berkepanjangan dan meluas karena adanya kepentingan politik dan sentimentil Melayu akan etnis lain yang bebeda agama. Setidaknya contoh atau bukti kecil tapi otentik bahwa nama "Allah" telah digunakan sebelum Islam lahir yaitu terlihat dari nama ayah nabi Muhammad saw yang bernama Abdullah, ini sangat jelas bahwa ayah nabi Muhammad itu menggunakan nama "Allah" pada akhir namanya dan tentunya semua orang paham bahwa ketika ayah nabi Muhammad saw lahir, belum lahir pula agama Islam yang nantinya justru lahir karena adanya nabi Muhammad saw. Sekarang tinggal pemerintah Malaysia saja yang harus mentransformasi kepentingan-kepentingan sosial, politik dan ekonomi masyarakatnya agar tak lagi terjadi pengkhususan terhadap suatu etnis dan agama. Tentunya ini akan menjadi tantangan berat bagi Malaysia yang dapat menjelma menjadi peluang Malaysia untuk lebih menghormati segala perbedaan. NuruL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H