Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kopi Emas dari Tanah Papua

15 Juli 2016   17:42 Diperbarui: 15 Maret 2018   14:13 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kopi Amungme Gold yang dihasilkan dari perkebunan kopi Suku Amungme, Papua/RUL

Sejak berdirinya koperasi ini, Suku Amungme mulai serius menggarap kebun kopi dan terus berproduksi. Bibit kopi yang ditanam pun didatangkan langsung dari Wamena yang selama ini dikenal sebagai penghasil kopi jenis arabika

Proses
Bibit kopi yang didatangkan langsung dari Wamena dibawa ke wilayah Suku Amungme di daerah pegunungan sebelum ditanam dan panen. Setelah itu, pihak koperasi bersama petani memonitor dan menghimpun hasil panen sebelum di bawa ke Koperasi Amungme Gold yang berada di Kabupaten Mimika, Papua.

Satu petani bisa menghasilkan kopi sebanyak 25 Kg dengan harga jual dari petani 35 ribu rupiah per kilonya dan masing-masing kampung bisa menghasilkan kopi sekitar 500 Kg. Kopi yang dibeli pihak koperasi masih dalam keadaan belum dikupas. Proses pengupasan, penjemuran, sangrai dan giling dilakukan di luar wilayah Suku Amungme, tepatnya di kantor koperasi.

“Sekali monitoring di tiap bulan kami mengambil kepada satu petani 25 Kg dengan harga per kilo 35 ribu rupiah untuk kopi yang belum dikupas. Sekarang ada 24 petani dari tiga kampung di Amungme. Satu kampung bisa menghasilkan 500 Kg kopi,” tutur Harony.

Kopi yang dihimpun dari petani akan melalui proses pengupasan dan penjemuran agar kadar air di dalam biji kopi berkurang. Kadar air dalam kopi dapat memengaruhi rasa dan aroma. Makin sedikit kadar airnya akan meningkatkan rasa dan aroma kopi.

“Di sini kami proses semua, pertama pengupasan kulit, ukur kadar air, harus di bawah 15 langsung di-roasting, kalau di atas 15 kami jemur lagi secara manual, setelah itu kami sortir,” kata Harony.

Kopi baru masuk ke proses sangrai atau roasting jika kadar air sudah di bawah 15 persen dengan menggunakan mesin roasting dari Brazil. Mesin roasting yang efektif digunakan oleh koperasi hanya satu unit. Sebenarnya mereka memiliki satu mesin roasting lain buatan dalam negeri. Karena tidak adanya fitur monitor di mesin tersebut, hasil kopi menjadi kurang bagus dan cenderung lengket. Dengan alasan itu pihak koperasi memutuskan untuk tidak lagi memakainya. Kopi ini memiliki tingkat sangrai dark atau French Roast dengan ciri biji kopi sudah mengeluarkan minyak.

Setelah disangrai, kopi didinginkan sejenak sebelum proses pengemasan atau digiling untuk memberikan pilihan kepada pembeli. Hal tersebut melihat pembeli dari luar negeri yang cenderung menyukai kopi yang masih dalam bentuk biji. Koperasi Amungme Gold hanya dapat menyediakan kemasan yang berisikan 250 gram kopi. Tingkat produksi dan alat yang terbatas membuat koperasi ini tidak mampu memproduksi kopi dengan kuantitas besar.

Kopi "Mahal"
Sejak memasuki ruangan koperasi, saya langsung menanyakan harga kopi yang sudah siap jual dengan kemasan 250 gram kepada Harony. Menurutnya, koperasi tersebut tidak mencari untung yang besar. Tujuan mereka adalah membina Suku Amungme sekaligus mengenalkan kopi Amungme yang rasanya tak kalah dari kopi yang ditanam di Distrik Wamena, Jayawijaya, Papua.

Tidak heran, kalau mereka hanya membandrol harga kopi Rp 50.000/kemasan. Hal ini berbanding terbalik dengan biaya proses monitoring dari petani yang membutuhkan biaya dan alat transportasi yang super mahal.

Mereka membawa kopi dari petani ke tempat koperasi menggunakan helikopter PT FI yang biaya sewanya mencapai 3.000 dollar (USD) atau jika dirupiahkan senilai 30 juta rupiah untuk durasi sewa selama 60 menit. Meski koperasi ini mengaku hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk membawa semua hasil kopi dari petani yang artinya membutuhkan biaya sekitar 17 jutaan sekali angkut, banderol 50 ribu rupiah untuk tiap kemasan dinilai terlalu murah bahkan kalau mereka berorientasi mencari keuntungan, koperasi ini pasti sudah tutup dan bangkrut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun