Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menjual Kunjungan Obama

10 November 2010   15:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1289403701591376836

Barry, panggilan akrab Barack Husein Obama, beberapa saat lalu meninggalkan Indonesia (Jakarta), tempat tinggal Obama dan tempatnya mengenyam pendidikan dini saat masih kecil. Berbagai acara dan kegiatan serta selebrasi yang mewah dilakukan tuan rumah, Indonesia untuk menyambut dan melayani Presiden Amerika Serikat (AS) itu selama berada di sini. Masyarakat tak kalah sibuk dengan selalu mengikuti perkembangan dan gerak-gerik Obama saat di Jakarta. Media-media televisi maupun cetak dan internet juga memenuhi konten berita mereka dengan hasil liputan kunjungan Obama yang kali pertama ini. Pengamanan yang luar biasa ekstra ketat dan terorganisir didapatkan Obama saat ia berada di Jakarta. Secret Service yang merupakan pelindung terdepan setiap Presiden AS juga sibuk dan tak jarang membuat mata masyarakat Indonesia terkagum-kagum dengan tampilan mereka yang gagah dan eksklusif  bak pengawal-pengawal yang sering mereka lihat di film-film Hollywood. Masyarakat Jakarta harus rela berbagi jalan dengan iring-iringan rombongan Obama saat ia melintas di jalan Ibukota yang fenomenal---kemacetannya. Bahkan Staf Rumah Tangga Kepresidenan dan beberapa wartawan tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berfoto ria di mobil yang membawa Obama bepergian di Jakarta yang dibawa langsung dari negeri paman Sam. Sejak  sore (9/11) sampai beberapa saat lalu ketika ia meninggalkan Jakarta menuju Seol, Korea Selatan untuk menghadiri KTT G-20, obrolan hampir setiap orang tak lepas dari nama Obama yang katanya memiliki hubungan emosional dengan masyarakat Indonesia karena ia pernah tinggal dan sekolah di Jakarta, di kawasan Menteng tepatnya. Status masyarakat di media sosial seperti facebook dan "kicauan" di twitter , bahkan social blog juga ramai dengan kata-kata "Obama". Ya... mereka semua termasuk saya, ikut "merayakan" kedatangan Obama, sama halnya dengan Megawati, mantan Presiden RI yang kali pertamanya menginjakkan kaki (lagi)  di Istana sejak habis masa jabatannya sebagai Presiden dulu, akhirnya mau "kembali" ke Istana atas undangan makan malam bersama Obama. Namun di balik euforia kedatangan Obama yang sudah terbagi dengan duka yang mendalam akan bencana alam di Merapi, Wasior dan Mentawai ini, terselip pertanyaan yang kerap didengar dan dilontarkan orang-orang ketika pemimpin "berkelas" seperti Obama berkunjung ke Indonesia. "Kenapa ribet banget sih, Obama ke sini?", kira-kira seperti itulah pertanyaan yang terlontar dan sering terdengan seiring kedatangan Presiden negara adidaya tersebut. Sebelumnya, kedatangan G.W. Bush Junior, juga menunjukkan dan memperlihatkan hal yang serupa. Tentunya ada jawaban yang mendasar untuk menjawab itu, yakni bahwa Obama adalah Presiden AS dan ia pernah tinggal di Indonesia yang menyebabkan ia mendapat tambahan perlakuan khusus dari pemerintah dan masyarakat yang penasaran akan "bentuk" Obama. Tapi itu jawaban yang relatif dan mendasar. Ada kelebihan lain mengapa setiap Presiden AS selalu mendapatkan perhatian spesial jika berkunjung ke Indonesia. Tidak seperti sambutan dan prosesi acara kunjungan Presiden Austria, Heinz Fischer yang berkunjung ke Indonesia pada saat yang bersamaan dengan kedatangan Obama. Jawaban konkritnya adalah Obama (AS) lebih menjual ketimbang Heinz Fischer atau bahkan Vladimir Putin, Hu Jintau, dan ataupun Ahmadinejad. Obama (AS) memiliki nilai jual tinggi bagi seluruh negara walaupun kita tahu bahwa hegemoni AS kini kian terkikis dengan bangkitnya China, India, Rusia dan Brazil serta emerging country lainnya. AS kini masih menjadi pemegang kekuatan militer terbesar di dunia, AS masih memiliki tugas yang tak kunjung tuntas di kawasan Timur Tengah, entah itu peperangan atau tindakan hegemon lain yang telah dilakukan AS sehingga AS masih mendapat perhatian dunia, AS masih menjadi negara importir besar bagi produk-produk China dan negara besar lainnya, AS masih sering dicap sebagai "Common Enemy" bagi negara-negara pembencinya sehingga masih diperhitungkan, AS masih menjadi rekan bisnis yang produktif dan potensial bagi setiap negara, AS masih menjadi mesin penghancur pertama di dunia atas aksi terorisme, AS masih menjadi patrnership di bidang pendidikan dan teknologi dunia, dan AS masih disegani, itu intinya. Jika di spesifikasi, dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, militer dan lain sebagainya, AS masih menjadi poros bagi setiap negara, walaupun tak hanya AS yang memiliki itu. Dalam bidang Politik, AS dibutuhkan Indonesia karena AS sedikit banyak masih menjadi role model politik Indonesia, bahkan banyak gaya politik di Indonesia meniru AS. Sebenarnya hal ini tidak baik bagi kesehatan politik Indonesia karena Indonesia berbeda dan memiliki pedoman tersendiri dalam berpolitik, tapi ini masih berlangsung sampai sekarang dan tak dapat dipungkiri. Berikutnya, bidang ekonomi, sudah barang tentu AS masih penting dan sangat berpengaruh, walaupun AS bukan negara tujuan produk-produk  Indonesia paling besar dan investor AS juga bukan yang paling dominan di sini. Sensitifitas kemajuan atau kemunduran perekonomian AS akan sangat berpengaruh bagi Indonesia dan negara Asia, khususnya Asia Tenggara. Di bidang pendidikan dan teknologi, sudah tidak perlu diragukan lagi bahwa AS adalah negara idaman bagi para pelajar dan ahli teknologi Indonesia untuk belajar dan mengembangkan kemampuan mereka. Sekolah-sekolah atau Universitas-universitas di AS berperan dan berkontribusi banyak dalam melahirkan ilmuan dan pemikir yang baik dan tak jarang yang menjadi pemimpin ketika pulang ke tanah air. Militer AS, ini adalah bidang yang cukup disegani dunia. Persenjataan dan alat-alat tempur yang mutakhir AS telah membuat negara-negara lain iri dan banyak juga yang termotivasi untuk menandingi kehebatan bidang militer AS. bagi Indonesia sendiri, militer AS menjadi rujukan utama setelah Rusia dalam memperoleh persenjataan dan pelatihan TNI. Tentunya masih banyak lagi nilai jual AS dalam konteks ini adalah sosok Obama yang bernilai tinggi. Walaupun tidak didasari oleh data-data dan bukti yang spesifik, beberapa pertimbangan di atas, menjadi alasan AS selalu membuat "heboh" Indonesia ketika kepala negaranya berkunjung ke Indonesia. Sama halnya dengan media-media di Indonesia yang dalam pemberitaannya, banyak menuliskan dan melaporkan kunjungan Obama, karena mereka tahu, Obama lebih menjual. Masyarakat akan lebih tertarik menonton berita-berita televisi tentang kunjungan Obama ketimbang hal lain, di luar berita bencana. Mata pembaca akan lebih konsentrasi membaca opini dan pemberitaan mengenai Obama dibanding berita lainnya, tapi lagi-lagi di luar pemberitaan tentang bencana. Dengan itu, program dan oplah media-media tersebut akan terdongkrak pula walau tidak signifikan karena hanya dalam hitungan hari. Tulisan ini bukannya untuk mengagung-agungkan Obama dan AS yang terkesan sangat penting bagi negara kita tapi ini sedikit ulasan yang menunjukkan bahwa mereka (AS/Obama) lebih menjual. Tugas kita (Indonesia) adalah mengikis kehebatan AS tersebut dengan kemajuan yang tinggi, bahkan harus melebihi China yang konon dikabarkan akan menggantikan AS sebagai economic hegemony power dalam beberapa dekade lagi bahkan dalam hitungan tahun . Sehingga kelak,  kita tak lagi selalu heboh dan repot jika pemimpin negara besar seperti Obama berkunjung ke negeri ini. Sebagai imbalan atas kesuksesan kita nanti adalah, Indonesia akan membuat "heboh" dunia tanpa harus kepala negara kita berkunjung ke suatu negara. [caption id="attachment_74745" align="aligncenter" width="620" caption="See You Next time, Mr. President ! (Dhoni Setiawan/KOMPAS.com)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun