Pihak Israel telah mengklaim bahwa kapal kemanusiaan yang berangkat dari Turki itu telah diperingati bahwa Gaza tidak boleh dikunjungi, apapun maksud dan tujuannya. Entah itu pembelaan Israel atau apapun, yang ingin memperbaiki citranya karena setelah tragedi itu, Israel mendapatkan kecaman internasional, namun yang menjadi perhatian publik adalah bahwa Israel kini menjelma menjadi common enemy semua negara.
Masa Depan Gaza
Tragedi Flotilla ini mungkin sedikit dari banyaknya tragedi kemanusiaan yang ada di Gaza. Otak manusia berserakan di jalan-jalan Gaza, organ tubuh yang tercerai berai menjadi hal "lumrah" di Gaza. Tragedi Flotilla belum bisa menggambarkan tentang kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Gaza, faham-faham radikal dan militan telah tumbuh subur di Gaza. Banyaknya pejuang -pejuang yang lahir di Gaza tak lain disebabkan kungkungan terhadap hak hidup warga Gaza. Tak seperti di Tepi Barat yang masih sedikit kondusif, salah satunya dikarenakan di sana terdapat situs-situs agama.
Jika bertanya tentang masa depan Gaza dan warganya ke depan, memang sulit. Pihak Israel berkeinginan agar Hamas berhenti menyerang dengan roket-roketnya ke wilayah Israel dan bersedia melucuti senjatanya sendiri sebagai bentuk penerimaan akan jaminan yang diberikan Israel bahwa Gaza akan aman jika Hamas menuruti kemauannya itu.
Di lain pihak, Hamas tetap bersikukuh akan terus melawan Israel sampai Gaza dan Palestina lepas dari jajahan Israel. Hamas menolak berdamai dengan Israel dikarenakan Israel tetap melanjutkan pembangunan pemukiman Yahudi di tanah Palestina.
Sungguh kompleks masalah Palestina dan Israel yang konon telah terjadi sejak lama, bahkan kitab suci pun mengkajinya.
Sikap Masyarakat Internasional
Kutukan dan kecaman mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari Israel yang dianggap oleh banyak masyarakat internasional sebagai bangsa yang keji dan mengenyampingkan sisi kemanusian. Banyaknya kecaman jelas tak membuat Israel "patah arang" dalam "memperjuangkan" misinya atas tanah Palestina yang menurut mereka adalah tanah bangsa mereka.
PBB Tak dapat diandalkan dalam hal ini, segala macam resolusi dan sanksi PBB maupun Dewan Keamanan PBB, tak berdaya. AS sebagai sekutu terdekatnya pun tak dapat berbuat banyak apalagi Indonesia yang tak memiliki hubungan diplomasi dengan Israel.
Mengirim relawan atau pasukan "berani mati" saja tak akan menolong warga Gaza dan Palestina secara menyeluruh. Dukungan akan kemerdekaan bagi Palestina hanya menjadi dukungan yang sia-sia karena memang kedua belah pihak yang berseteru tidak memiliki dasar pemahaman yang sama akan segala hal. Palestina masih repot sendiri dengan urusan dalam negerinya dan perseturuan Hamas dengan Fatah.
Israel sendiri kini, sibuk mencari dukungan sekutunya untuk membungkam Iran yang mereka takuti akan menjadi macan Timur Tengah yang akan menjegal Israel dalam memperjuangkan visi dan misinya.