Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bubur Ayam (Ayam Bubur) Bang Tatang

16 Januari 2010   03:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:26 3645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi Nyabu (Nyarap Bubur), menjadi kebiasaan rutin dan sering dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Bukan hanya karena bubur itu ringan dan tak terlalu mengenyangkan, sehingga sangat pas buat sarapan di pagi hari tapi juga sudah menjadi habit masyarakat di kota-kota besar pada umumnya. [caption id="attachment_54871" align="alignleft" width="300" caption="Tampak Depan Warung Bubur bang Tatang (epikjiwa.multiply.com)"][/caption] Namun, tidak semua orang makan bubur pagi hari, ada juga yang sore dan malam hari. Seperti yang akan saya ceritakan di sini yaitu bubur ayam Bang Tatang yang berada di bilangan pertigaan Rawa Belong, Jakarta. Tepatnya setelah lampu merah pertigaan Rawa belong ke arah pasar Palmerah, sebelah kiri dari arah kebayoran lama dan sebelah kanan dari arah pasar Palmerah, sebelum lampu merah pertigaan Rawa Belong. Bubur bang tatang ini buka dari jam 18.00 (selepas Maghrib) - habis (biasanya jam 20.30-21.00 sudah habis) Awalnya terasa aneh, makan bubur malam hari. Tapi karena sudah terbiasa (sedikit dipaksakan karena keinginan lidah) akhirnya enak juga rasanya. Terlebih makan bubur ayam bang Tatang yang "gila". "gila" banyaknya, "gila" enaknya dan juga "gila" ayamnya sebagai topping (taburan atas). Bahkan, bubur ayam ini tak seperti bubur ayam pada umumnya. Bubur ayam, biasanya kalau setelah diaduk-aduk, ia akan mencair atau mengandung banyak air sehingga gampang tumpah dan rasanya sudah agak lain dari penyajian awalnya. Namun, bubur ayam Bang Tatang ini, sangat kental dan serasa sangat padat, selain itu juga sangat gurih karena dicampur kaldu yang menjadi penyedap rasa pada buburnya walaupun bubur itu belum diberi tambahan seperti emping, atau ayam tabur. [caption id="attachment_54879" align="alignright" width="300" caption="Antrian Panjang (epikjiwa.multiply.com)"][/caption] Tapi, anda harus bersabar karena untuk memesan atau membeli seporsi bubur ini, karena diperlukan waktu yang lumayan lama untuk mengantri giliran. Ini disebabkan banyaknya pembeli hingga puluhan orang sekali datang dalam waktu yang bersamaan, itupun belum yang memesan porsi banyak sehingga dibutuhkan kesabaran yang ekstra. Yang menjadi kendala dan masalah pada warung bubur ini adalah tempatnya yang terbilang kecil untuk ukuran pelanggan yang mencapai ratusan. Antrian panjang pun sampai tak terhindarkan sampai keluar jalan raya dan tempat parkir yang tidak memadai. Tapi tetap saja, walaupun begitu, bubur bang Tatang laris manis. [caption id="attachment_54894" align="alignleft" width="300" caption="sosok bang Tatang yang sedang meracik bubur (epikjiwa.multiply.com)"][/caption] Jika berbicara mengenai sosok si penjual yaitu bang Tatang, ia sangat sabar melayani, sederhana dan sedikit "ngocol" kalau sedang melayani. Tapi jika pembeli membludak, jangan harap ia mengeluarkan sedikit kata, tampangnya serius dan terkesan tak menggubris atau merespon para pembeli yang memesan. tapi anehnya ia ingat apa yang dipesan pembeli. Tangannya sangat kreatif dan kerjanya juga cepat. Sekali meracik bubur, ia sanggup sampai 20-30 porsi sekali racik yang nantinya untuk dihidangkan. Masalah taburan di atas bubur (topping), jangan ditanya lagi, karena luar biasa isi dan taburannya. Terutama taburan ayam kampung yang banyaknya bisa dibilang "gila", hampir menutupi seluruh bagian bubur dan sampai mangkok yang dijadikan wadah penyajian, tak muat menampung taburan ayam kampung itu. Banyak yang bilang, bubur ayam bang Tatang ini adalah bukan bubur ayam tapi ayam bubur karena ayam yang dijadikan taburan (topping) sangat banyak bahkan melebihi porsi buburnya itu sendiri. Hati-hati, jika anda memiliki penampungan makanan di dalam perut terbatas jangan sekali-kali memesan satu porsi full, anda bisa memesannya setengah porsi saja karena setengah porsi rasanya sudah seperti satu porsi ukuran bubur ayam normal. Selain itu ditambah juga dengan taburan emping dan bebrapa bumbu lain. Masalah harga, agaknya bubur ini terbilang mahal karena untuk per-porsinya seharga Rp.18.000- Rp.20.000, sedangkan harga untuk setengah porsi Rp.10.000- Rp.12.000. Mahal memang tapi itu sesuai dengan rasa yang terdapat di didalam bubur itu dan juga porsinya yang terbilang banyak dan tak lumrah. Sedikit saran buat anda yang hendak mencicipi bubur ini, yaitu anda harus datang lebih awal dari jam buka karena jika telat sedikit anda harus dabar mengantri dan bahkan bisa sampai kehabisan. [caption id="attachment_54896" align="aligncenter" width="500" caption="Siap disajikan (sendokgarpu.com)"][/caption] Selamat mencoba... Have a Nice Weekend ! NuruL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun