Mohon tunggu...
Nurulloh
Nurulloh Mohon Tunggu... Jurnalis - Building Kompasiana

Chief Operating Officer Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

27 Tahun Perang Malvinas (Falkland War)

12 Mei 2009   00:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:09 3367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_98" align="alignleft" width="124" caption="www.prosimco.com"][/caption] Tepat bulan Mei 27 tahun lalu terjadi sebuah peperangan yang dahsyat, bukan perang dunia tetapi perang antar dua negara, Argentina dan Inggris yang memperebutkan suatu pulau yang bernama Malvinas atau dalam bahasa Inggris disebut Falkland. Kepulauan Malvinas (Falkland) adalah sebuah wilayah luar negeri Britania RAya di Samudra Atlantik Selatan, yang terdiri dari dua pulau utama, Falklang Timur dan Barat, serta beberapa pulau kecil. Ibikotanya, Stanley yang terletak di Falkland Timur. Kedaulatan kepulauan ini dipertentangkan oleh Argentina yang menamakan Islas Malvinas dalam bahasa Spanyol. Kepulauan Falkland digolongkan oleh komite Dekolonisasi PBB sebagai salah satu dari 16 wilayah jajahan di dunia. (sumber) Kepulauan Falkland atau Malvinas, dari segi ekonomi sebenarnya tidak memancarkan daya tarik justru cuaca dikepulauan ini sangat tak bersahabat dan buruk. Dalam sejarahnya kepulauan ini diklaim oleh tiga negara, yaitu Perancis, Inggris dan Spanyol. Sebab awal terjadinya konflik yang berlanjut pada peperangan yaitu ketika sebuah kapal perang Inggris Clio pada tahun 1833 secara tiba tiba muncul di Pulau Falkland dan berlabuh disana dengan menurunkan bendera Argentina yang terdapat pada pulau itu yang digantikan dengan menaikkan The Union Jack. Hal ini memicu emosi Argentina karena merasa harga dirinya di injak-injak dengan penurunan bendera itu. Setelah itu kedua negara saling klaim dan saling tuduh kerena telah berbuat seenaknya terhadap kepulauan itu. Sehingga sampailah terjadinya perang besar antara Argentina dan Inggris dalam memperebutkan hak penuh atas kepulauan Malvinas atau Falkland pada bulan Mei 1982, kedua negara sama-sama mengerahkan pasukan dan persenjataan militernya untuk meraih kemenangan walaupun Argentina lebih lemah secara militer dibanding Inggris tetapi Argentina melakukan serangan lebih dulu dan mengerahkan militernya dengan sangat maksimal, padahal kondisi dalam negeri Argentina saat itu sedang kacau sepeninggal diktator Juan Peron. (sumber: Angkasa, Guerra De Las Malvinas, 2007) Tanpa membahas secara mendalam kronologi tentang jalannya peperangan itu, kita dapat menyimpulkan bahwa perang tersebut mematahkan asusmi aksiomatik yaitu bahwa negara-negara "yang lebih lemah" (Argentina) biasanya tidak akan menyerang "yang lebih kuat" (Inggris), khususnya negara-negara nuklir. Perang ini menantang asumsi bahwa perang dapat dilakukan untuk mengalihkan perhatian warga negaranya dari masalah dalam negeri, Dengan demikian, konflik dan perang Falkland yang terjadi 27 tahun lalu itu tak lebih dari perang gengsi, harga diri, dan kehormatan nasional. Sebab baik bagi Argentina maupun Inggris, wilayah yang diperebutkan itu tidaklah berkaitan dengan persoalan survival atau mati-hidupnya negara masing-masing. Tidak ada kepentingan nasional yang kritis yang dipertaruhkan kedua negara. Bagi kedua negara, peperangan tersebut lebih menunjukkan strategi besar dari negara-negara yang tengah bergelut dengan kemerosotan status masing-masing. Argentina yang perekonomian dan rakyatnya merosot tajam (saat itu) memerlukan pengalihan perhatian. Sedangkan Inggris yang juga merosot statusnya (saat itu) sebagai kekuatan imperial besar perlu menunjukkan kepada dunia bahwa dia tetap tidak boleh diremehkan. NuruL

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun