[caption id="attachment_38956" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi/SHUTTERSTOCK"][/caption] Kebanjiran made in China? bukannya sekarang Indonesia sudah dibanjiri produk made in China, bahkan Amerika Serikat (AS) yang notabene negara maju dan industi kapital, juga telah kebanjiran produk China. Mulai dari otomotif, mainan anak-anak, makanan, alat-alat rumah tangga, bahkan sampai pembersih telinga made in China. Lantas, Indonesia akan kebanjiran apa lagi ? FTA (Free Trade Area) ASEAN dan China yang akan diimplementasikan pada 1 Januari 2010 adalah "biang"nya. Indonesia mamaksakan dirinya untuk ikut ke dalam area perdagangan bebas itu pada awal tahun 2010 ini. Artinya, arus perdagangan antara negara-negara ASEAN dan China akan bebas dari pajak ekspor dan impor. Seperti berita yang dilansir KOMPAS (16/12), dalam kerangka FTA ini, sejumlah 2.528 pos tarif sektor industri manufaktur yang saat ini tarifnya 5 persen harus menjadi nol persen per 1 Januari 2010. Sekarang ini, produk China di Indonesia sudah merajalela dan mengancam akan menggusur produk-produk dalam negeri yang terseok-seok melawan derasnya arus produk China yang masuk. China dikenal sebagai negara yang memberikan upah buruh sangat rendah guna menekan biaya produksi mereka sehingga harga yang jatuh kepada konsumen pun terjangkau dan terbilang murah. Bandingkan dengan produk-produk luar lainnya yang notabene mahal dan hanya dapat terjangkau oleh kalangan tertentu. Bahkan produk dalam negeri kalah murahnya dengan produk yang berasal dari China, namun kualitas produk China memang dibawah kualitas produk asing lainnya karena China lebih mengutamakan kuantitas dari pada kualitas. Maraknya telepon genggam made in China yang kini digandrungi banyak orang di Indonesia menjadi gambaran betapa suksesnya China karena berhasil menggaet konsumen yang banyak dan bahkan telepon genggam made in China itu mengancam telepon genggam produksi Eropa dan lainnya. Contohnya ketika Nexian, salah satu perusahaan yang menggeluti usaha pembuatan telepon genggam telah mengancam produk telepon genggam anyar, Blackberry. Hal yang unik dan menyedihkan adalah ketika batik yang merupakan produk dan simbol budaya Indonesia, telah berhasil dibajak oleh China dengan membuat dan memproduksi batik made in China, yang banyak ditemui di pasar-pasar tradisional atau pusat perbelanjaan grosir. Mirisnya lagi, batik made in China ini laku keras dipasaran karena harganya terjangkau alias murah dan bentuk serta rupanya sangat mirip dengan batik Indonesia. Selain itu, ini disebabkan harga batik Indonesia yang masih sangat mahal terutama batik tulis yang harganya dapat mencapai jutaan rupiah. Dalam berita yang dilansir KOMPAS tadi, juga disebutkan, bahwa terdapat 2.500 subsektor industri yang diikutsertakan dalam FTA ASEAN- China. Secara otomatis ini akan menambah jenis produk China yang nantinya akan meramaikan dan membanjiri pasar Indonesia. Tak heran jika nantinya segala jenis produk yang kita lihat di pasar itu pasti terdapat produk China. Jika, kita (Indonesia) tidak siap menghadapi ini dengan membuat inovasi dan kreasi baru dalam memproduksi atau membuat produk lokal, maka ini akan berdampak buruk terhadap perekonomian domestik terutama terhadap pruduk dalam negeri yang akan kalah bersaing dari produk China yang murah dan beragam. NuruL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H