Mohon tunggu...
Nurul Laili
Nurul Laili Mohon Tunggu... lainnya -

Idelis dan realistis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Generasiku Bukan Untuk Menjadi Tikus

17 Oktober 2014   00:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:44 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami pemuda-pemudi bangsa Indonesia yang dipelihara untuk dapat menjadi penerus bangsa yang dapat membawa bangsa sejajar dengan bangsa besar lainnya. Berbagai hal pula yang pemerintah lakukan untuk mencetak pemuda-pemudi yang mereka harapkan. Bukan justru menjadi tiku-tikus kantor yang sukanya ngentit harta rakyat.

Memang generasi penerus tikus dapat diketahui pada masa sekolah. Yang suka nyontek pasti di judge sebagai generasi tikus. Tapi,tidak semua pencontek adalah generasi tikus. Mungkin pemerintah terus memutar otak agar generasi kami tidak menjadi tikus seperti genersinya yang sudah berkuasa di pemerintahan,berkuasa juga untuk menyengsarakan rakyat.

Akhirnya,tahun 2012 dikeluarkan peraturan baru bahwa untuk peserta UNAS akan diberikan 20 kode soal yang berbeda. Semua memang harus berawal dari bangku sekolah. Pada saat itu generasiku adalah generasi yang diberi kehormatan untuk menyicipi hal itu untuk pertama kalinya. Betapa simpang-siurnya berita pada saat itu. Berita yang sedikit membuat kami ketakutan,dan pesimis untuk bisa lulus tahun itu. Yaa.. memang UNAS selalu menjadi puncak kepanikan kami selama bersekolah. Mengapa demikian? UNAS selalu menjadi momok menakutkan. Penilaian tertinggi tentang kelulusan kami ada di sini. Nilai dari kerja keras kami pada tahun-tahun sebelumnya hanya digunakan beberapa persen saja. Mungkin bukan hanya kami yang merasakan stres,tapi juga para guru.

Dan pada hari perealisasiannya,yang terjadi adalah kebocoran dimana-mana. Beritanya juga sampai kemana-mana. Kunci jawaban tersebar dimana-mana,padahal sudah ada 20 kode. Bahkan sampai beredar dimedia online. Entah kenapa hal itu bisa terjadi,yang pasti memang seperti itulah yang terjadi dari tahun-ketahun. Dan dari tahun-ketahun kasus semacam ini juga semakin meningkat. Tidak ada yang harus disalahkan,tidak ada pula yang bisa disalahkan. Sudahlah.. sudah berlalu.

Pada hari kelulusan,penantian dari kestresan kami seluruh siswa yang mengikuti UNAS. Beritanya terus simpang-siur. Hingga yang lulus dan tidak lulus benar-benar diumumkan. Dan Alhamdulillah,sekolah aku termasuk sekolah yang beruntung,karena semua siswanya lulus. Aku hanya sedih,teman se-SDku di SMP lain ada yang belum diberi kesempatan untuk melanjutakan perjuangan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dan sampai di SMA. Lagi-lagi menteri pendidikan mengeluarkan kurikulum baru,yaitu kurikulum 2013. Kurikulum ini untuk menyamaratakan biaya antara SBI/RSBI dengan sekolah lainnya. Tujuannya adalah supaya siswa yang tidak mampu juga bisa bersekolah di sekolah yang sama bagusnya dengan siswa yang ekonominya menengah ke atas. Kebetulan SMA aku adalah bekas RSBI. Pertama aku masuk,lagi-lagi generasiku yang pertama kali mencicipi rasa kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter dan budi pekerti. Yaa alasannya supaya generasiku tercetak sebagai generasi dengan budi pekerti yang baik.supaya bisa meminimalisir adanya tikus kantor. Pelajarannya juga lebih tinggi dari biasanya. Pelajaran yang seharusnya ada di kelas XII juga harus kami pelajari di kelas X. Makanya anak mudanya terutama generasiku yang menjadi korbannya,yang belum bisa mengikuti arus pasti ketinggalan.

Pertama kali KBM dimulai,kami langsung diberikan angket untuk diisi peminatan apa yang akan kami pilih. Peminatan sama halnya seperti penjurusan,IPA atau IPS. Waktu itu aku memilih peminatan IPS,dengan lintas minat biologi dan kimia. Tapi,sampai dirumah aku diminta untuk mengganti angket yang telah aku kumpulkan,katanya akau harus masuk IPA. Satu hari penuh aku menangis karena kebingungan. Bingung.. bingung sekali. Padahal lusanya siswa sudah harus memulai KBM secara efektif dengan kelas yang telah dibagi berdasarkan peminatan dan lintas minat.

Akhirnya,aku dan ibuku pergi kerumah guru yang biasa mengurusi masalah kurikulum disekolah. baru beberapa hari masuk,aku merasa sudah membuat masalah. Akhirnya.angket itu bisa dirubah. Entah aku harus merasa senang atau harus bersedih. Akhirnya,isi kepalaku ku tumpahkan lagi lewat menangis. Kebacaannya memang terlihat cengeng sekali. Maklumlah,waktu itu memang bingung sekali.

Setelah ku jalani kurikulum 2013,awalnya aku kurang bisa beradaptasi,apalagi SMA ku ini terkenal dengan SMA paling sibuk dengan berbagai tugasnya. Ditambah dengan sistem-sistem baru dari kurikulum. Guru tidak banyak bicara,tidak banyak menerangkan. Justru murid yang harus lebih aktif. Untuk beberapa mata pelajaran,aku cukup bisa mengikuti. Tapi,untuk pelajaran fisika dan kimia aku semakin tidak mengerti. Aku bukan tipe orang yang dengan mudah mengerti  kedua pelajaran ini,memang ini kelemahanku. Temanku yang senasib hanya bisa mengerjakan tugas yang ada yang hanya dimengerti,selebihnya kami bertanya atau langsung mencontek pada teman-teman kami,nyonteknya kadang-kadang saja kalau otak kami sudah buntu. Tak peduli lagi apa kata yang lain. :D

Semester pertama buku dari kurikulum datang dengan tepat waktu. Semester kedua masih cukup tepat waktu.  Semester ketiga buku dari kurikulum tak kunjung datang hingga saat ini (oktober). Rasanya setiap hari keperpustakaan,bukunya hanya itu-itu saja. Kami juga tidak menggunakan buku paket pada pelajaran yang seharusnya menggunakan buku paket. Contohnya buku sejarah yang seharusnya menggunakan buku paket,tapi LKS pun tak kami miliki. Buku paket sejarah yang ada di perpustakaan juga sudah menjadi buku bersejarah. Akhirnya,kami pasrah saja. Ulanganpun kami harus meminjam buku ke kelas lain.

Oiya,kelasku juga kelas dengan siswa paling sedikit di sekolahku. Jumlah siswa di kelasku hanya 21. Penyebabnya karena siswa dengan peminatan IPA yang memilih lintas minat geografi hanya 21 orang di kelas XI ini. Akhirnya, kelasku menjadi kelas terelit di sekolahku. J

Akhir-akhir ini kami juga harus menyetorkan data kepada dinas pendidikan pusat. Katanya supaya kami bisa mengikuti ujian semacam UNAS di kelas XI. Dan setelah pelantikan presiden yang baru ini,mungkin akan terjadi perubahan kabinet termasuk juga menteri-menterinya. Kalau menteri pendidikannya juga berubah,ya berubah lagi sistem pendidikannya. Yaa.. begitulah. Generasiku memang disetting agar tidak menjadi tikus–tikus kantor. Tapi,generasiku lah yang mereka jadikan tikus-tikus percobaan mereka. Untuk memperlancar proyek-proyek yang mereka canangkan yang juga banyak memakan uang negara. Tapi,bukan kami yang memakan uang itu. Entahlah siapa..

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun