Pengantar : Tulisan ini disusun oleh Nurul Khoirunnisa, seorang mahasiswi Pascasarjana Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Semester 1 Kelas E di Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tulisan ini disarikan dari Modul Ajar Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan Part 9 yang diberikan oleh Prof. Dr. H. A. Rusdiana, Drs, M.M., sebagai dosen pengampu.
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) merupakan komponen krusial dalam memastikan mutu tenaga pendidik selaras dengan perkembangan zaman. PKB dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru. Pelaksanaannya didasarkan pada unsur-unsur PKB, cakupan kegiatan, dan prinsip-prinsip pelaksanaan.Â
Unsur kegiatan PKB sesuai dengan PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009. Unsur PKB dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengembangan diri, publikasi, dan karya inovatif.Â
Salah satu strategi utama yang berkontribusi terhadap keberhasilan program ini adalah pengembangan diri sebagai salah satu komponen proses pengembangan kompetensi profesional. Artikel ini akan membahas pentingnya pengembangan diri, tantangan yang dihadapi, dan langkah strategis untuk mengintegrasikannya ke dalam program PKB.
Pengembangan diri merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan profesionalnya sehingga dapat memenuhi persyaratan bidangnya masing-masing, yakni mampu melaksanakan tugas dan tugas yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, seperti tugas yang berkaitan dengan fungsi sekolah atau madrasah.Â
Dengan cara ini guru dapat melaksanakan tugas atau tugas tambahan yang telah diberikan selama proses pengajaran.Â
Dalam konteks pendidikan, pengembangan diri tidak hanya meningkatkan kompetensi guru tetapi juga mendorong terciptanya inovasi dalam proses pembelajaran. Menurut PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, pengembangan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dapat dilakukan melalui dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kegiatan kolektif guru.
Meskipun pengembangan diri sangat penting, pelaksanaannya menghadapi berbagai tantangan, antara lain: keterbatasan waktu, kurangnya dukungan institusi, dan akses terhadap sumber daya. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis dalam mengintegrasikan pengembangan diri ke dalam program keprofesian berkelanjutan yaitu:
Pertama: Penyediaan Pelatihan yang Fleksibel, program pelatihan berbasis teknologi seperti e-learning atau webinar memungkinkan guru belajar kapan saja dan di mana saja. Hal ini dapat  mengurangi kendala waktu dan jarak.
Kedua: Membangun Budaya Refleksi Diri, guru didorong untuk secara rutin mengevaluasi kinerjanya melalui jurnal refleksi atau diskusi dengan kolega. Hal ini membantu mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
Ketiga: Kolaborasi dengan Rekan Sejawat, lokakarya atau komunitas belajar profesional (professional learning communities) dapat menjadi wadah bagi guru untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik.