NURUL KHOLIFAH/191241029
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Â
   Penyakit menular dapat mengintai siapa saja dan kapan saja. Kita semua harus berhati-hati agar tidak sampai terkena penyakit tersebut. Selain itu, penyakit ini dapat menular dengan berbagai media penularan. Penularan penyakit ini bisa dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
   Di Indonesia sendiri terdapat penyakit menular yang sangat umum terjadi, salah satunya adalah penyakit demam berdarah. Demam berdarah merupakan penyakit musiman yang umum terjadi pada musim hujan. Demam berdarah adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Penyakit demam berdarah akan menjadi sebuah tantangan bagi kesehatan masyarakat, karena masih menjadi salah satu isu di Indonesia dan tingkat penyebarannya termasuk yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara. Dari tahun 2000 hingga 2019, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendokumentasikan lonjakan sepuluh kali lipat dalam kasus yang dilaporkan di seluruh dunia yang meningkat dari 500.000 menjadi 5,2 juta. Tahun 2019 menandai puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan kasus yang dilaporkan menyebar di 129 negara.
   Penyakit demam berdarah bisa disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Faktor risiko terkena demam berdarah adalah tinggal atau bepergian di daerah tropis atau subtropis. Selain itu, yang memiliki riwayat terinfeksi virus dengue sebelumnya juga bisa meningkatkan risiko mengalami gejala yang lebih parah saat terkena DBD. Seseorang yang berusia di bawah 15 tahun juga memiliki risiko yang lebih tinggi terkena penyakit ini.
   Gejala utama penyakit demam berdarah adalah demam secara mendadak dengan suhu yang tinggi hingga mencapai 39 derajat celsius dan hal itu berlangsung secara terus-menerus selama 2-7 hari, lalu bisa turun dengan cepat. Gejala lain biasanya nyeri kepala, mual, sulit menelan makanan atau minuman, hingga buang air besar berwarna hitam. Pada fase kritis, suhu tubuh menurun dan terasa dingin meskipun penderita merasa seperti sudah sembuh. Namun, pada fase ini perlu waspada karena dapat terjadi DSS (Demam Shock Syndrom) yang dapat mengancam jiwa.
   Contoh kasus demam berdarah di Indonesia terdapat di Kota Semarang. Dinkes Kota Semarang mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) merangkak naik tiga tahun terakhir. Bahkan, kasus naik tiga kali lipat pada tahun 2022. Kepala Dinkes Kota Semarang, Moh Abdul Hakam menyebutkan, terdapat 857 kasus demam dengue. Dari jumlah itu, ada sekitar 30 kasus meninggal dunia. Kasus kematian tertinggi berada di Kecamatan Semarang Barat sebanyak lima kasus, Ngaliyan lima kasus, Tugu lima kasus, dan Gunungpati empat kasus.
   Dengan adanya kasus-kasus tersebut, diperlukan adanya peran kesehatan masyarakat di dalamnya. Tenaga kesehatan masyarakat perlu melakukan penyuluhan langsung kepada masyarakat agar mengetahui bagaimana cara mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dan terlibat dalam kegiatan pencegahan DBD, seperti melakukan fogging, pembagian kelambu berinsektisida dan membagikan bubuk abate kepada masyarakat. Upaya pencegahan seperti program pemberantasan sarang nyamuk dilakukan untuk menekan angka kasus DBD.
   Jadi, penyakit demam berdarah ini tidak boleh dianggap remeh, karena berisiko mengancam jiwa. Diperlukan adanya kesadaran pada diri kita untuk menjaga lingkungan yang bersih dengan menerapkan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Masyarakat diharapkan berpartisipasi aktif dengan mengikuti kegiatan penyuluhan maupun berbagai kegiatan pencegahan DBD yang diadakan oleh petugas kesehatan masyarakat.