NURUL KHOLIFAH/191241029
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
   Kesehatan masyarakat menurut C.E.A. Winslow (1920) merupakan ilmu preventif penyakit, memperpanjang hidup, dan mengorganisir agar kesehatan di masyarakat, organisasi, hingga individu semakin meningkat. Istilah ini dapat merujuk pada sekelompok orang hingga masyarakat global. Adapun definisi kesehatan menurut WHO (1964) mencakup kesejahteraan fisik, psikis, hingga sosial.
   Layanan kesehatan masyarakat mulai diminati sekitar abad ke-19, diprakarsai Edwin Chadwick (1842), John Snow (1854), C.E.A. Winslow (1920), dan John J. Hanlon (1964). Chadwick mengamati imigran di Inggris pada 1842, kemudian menyimpulkan bahwa semacam sanitasi yang buruk mendatangkan penyakit. Hal serupa dilakukan Snow, bahwa sanitasi yang buruk menyebabkan wabah kolera. Winslow mengembangkan dasar-dasar kesehatan masyarakat secara modern dengan membuat konsep dan definisi.
   Alexander L.S. Riyadi (2016) membagi periode perkembangan kesehatan. masyarakat di dunia dalam empat babak, yaitu empirical era, basic science era, clinical science era, dan public health science era. Empirical era merupakan upaya menjaga kesehatan masyarakat sebelum tahun 1850, dengan melibatkan peran dukun dan tabib kerajaan kuno. Profesi ini dilakukan turun-temurun dan berdasarkan logika, dengan membaca dan menghilangkan tanda-tanda dan gejalanya.
   Basic science era merupakan periode dunia kedokteran mulai dirintis pada kurun 1850-1900. Pada periode ini muncul pelopor dunia medis, seperti Gregor John Mendel (1822-1844) sebagai ahli genetika, Luis Pasteur (1865) sebagai penemu teori asal mula kehidupan dari benda mati. Ada pula ahli bakteri yaitu Robert Koch (1843-1910 yang menemukan kuman Mycobacterium tuberculosum.
   Clinical science era ditandai dengan pendirian klinik-klinik oleh tenaga kesehatan profesional dan menjadi asal mula munculnya public health science era. Riyadi (2016) membagi public health science era menjadi empat tahap perkembangan. Tahap 1 ditandai pengobatan di klinik/balai pengobatan sederhana. Tahap 2 ditandai pendirian poliklinik di BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak) dan rumah sakit sederhana. Tahap 3 merupakan layanan yang mengacu pada pendekatan terintegrasi, termasuk menggunakan pendekatan basic health service. Tahap 4 ditandai pemanfaatan pendekatan multidisipliner dengan jalinan lintas sektor.
   Terdapat keserupaan perkembangan layanan kesehatan masyarakat di dunia dan Indonesia. Pada empirical era, peran tabib kerajaan sangat penting. Kisah pengobatan bisul Raja Jayanegara dari Majapahit oleh Tabib Ra Tanca dalam kitab Pararaton menjadi salah satu contohnya. Adapun sejarah kesehatan masyarakat modern di Indonesia telah dirintis sejak kolonialisme Hindia-Belanda, kemudian dilanjutkan oleh para tenaga kesehatan tanah air. Seperti contoh, penataan kawasan pemukiman warga Eropa di Blitar mengedepankan langkah preventif, seperti membuat kawasan khusus pemukiman Eropa di sekitar Kebon Rojo dan mendirikan fasilitas umum yang terintegrasi agar bebas dari wabah pes, dan kolera.
   Sejarah kesehatan masyarakat pasca kemerdekaan Indonesia mulai berkembang pada kurun tahun 1948-1949, melalui pengambil alihan peran tenaga kesehatan Eropa oleh WNI dan sekolah kesehatan di Indonesia, STOVIA (berdiri 1902) dengan Faculteit der Geneeskunde Jakarta yang menjadi cikal bakal FKUI dan Faculteit der Geneeskunde Surabaya yang menjadi FKUA, pada tahun 1950. Pada tahun yang sama, Indonesia mulai masuk ke dalam organisasi WHO dan UNICEF yang menandai keseriusan usaha peningkatan kesehatan masyarakat di Indonesia.
   Berdasarkan uraian tersebut, sejarah kesehatan masyarakat di dunia dan Indonesia mengalami perjalanan yang sangat panjang. Berbagai bentuk layanan tersebut diupayakan sejak era nenek moyang hingga sekarang untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Melalui uraian sejarah ini diharapkan dapat menjadi gambaran proses layanan kesehatan yang saling berhubungan antarmasa dan antarwilayah.