Nyadranan, mungkin banyak orang yang tinggal dikota tidak mengetahui apa itu nyadranan, tetapi bagi masyarakat pedesaan sudah tak asing lagi dengan kata tersebut.Â
Nyadranan adalah suatu tradisi warisan dari leluhur yang telah mengakar di masyarakat khususnya di jawa, tradisi ini dilakukan dengan cara menziarahi leluhur atau orang yang dikramatkan yang bertujuan untuk menghormati dan memuliakan leluhur yang sudah meninggal.
Seluruh daerah di jawa memiliki tradisi ini, namun dalam setiap daerah mempunyai tata cara yang berbeda menurut kepercayaan masing-masing. Seperti halnya di dukuh Tegaron desa Ujungpandan kecamatan Welahan kabupaten Jepara ini.Â
Mereka memiliki cara unik dalam menyambut datangnya tradisi tersebut. Nyadran didesa Tegaron diadakan pada bulan asyuro atau muharram pada penanggalan kalender Islam, tepatnya pada tanggal 11 muharram.
Seminggu sebelum tradisi tersebut dimulai, sanak saudara yang bekerja diperantauan semuanya mudik untuk mengikuti tradisi nyadranan, seluruh masyarakat sangat berantusias dalam melaksankan tradisi ini.Â
Acara demi acara mereka lalui dengan khidmad dan seksama, seperti halnya tradisi weweh  atau memberikan makanan kepada sanak saudara yang tinggal diluar desa tersebut, hal ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi. Mereka percaya dengan menjaga silaturahmi umur mereka akan dipanjangkan dan memperbanyak rizki yang dihasilkan.
Setelah tradisi weweh banyak donatur dari desa tersebut yang ingin menyumbangkan hewan-hewan sembelihan untuk dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir pada nyadranan tersebut.Â
Ada yang menyumbangkan sapi, kerbau, kambing, ayam. Sehari sebelum acara dimulai masyarakat menyembelih hewan-hewan tersebut lalu memasaknya secara bergotong ronyong hal ini semakin membuat rasa persudaraan, kebersamaan, saling tolong menolong diantara mereka semakin kuat .
Pada tanggal 10 Muharram mereka mengadakan santunan yatama yang diikuti dari seluruh anak yatim atau piatu dari desa Tegaron serta desa tetangga hal ini mengajarkan kepada masyarakat agar mereka lebih menyayagi sesama serta lebih mencintai anak yatim.Â
Malam harinya seluruh masyarakat berbondong-bondong menuju kemakam untuk mengikuti tradisi mele'an yakni tradisi dimana masyarakat tidak tidur semalam suntuk melainkan membaca Al-Qur'an, dzikir serta bersholawat bersama dimakam mbah karang.