Perempuan. Mereka yang melahirkan peradaban. Namun, sayang kondisinya di hari ini masih saja rentan. Berbagai kasus pelecehan dan kekerasan pada perempuan silih berganti bermunculan di tengah pemberitaan akhir-akhir ini.
Katanya perempuan harus menjaga diri. Termasuk di dalam rumah sendiri? Rumah yang seharusnya menjadi tempat paling aman untuknya justru tetap saja menjadi ancaman baginya. Tetap saja tidak selamat. Perempuan katanya harus menutup tubuhnya dengan pakaian serba tertutup untuk melindungi diri. Lalu, mengapa masih tidak selamat juga? Kasus teranyar, seorang oknum guru di sekolah agama memperkosa 12 santriwati hingga hamil dan melahirkan bayi di Bandung. Kurang tertutupkah pakaian santriwati?
Jadi, sebenarnya yang sakit siapa atau apa sehingga kasus yang brutal ini lagi-lagi menempatkan perempuan sebagai objek kejahatan? Masihkah pakaian perempuan atau perempuan itu sendiri yang dipermasalahkan? Â
Saat sekelompok perempuan kencang meneriakkan hak dan kesetaraan gender di luar sana, di saat yang sama pula berbagai kasus di berbagai wilayah mulai terungkap. Di Riau, seorang ibu diperkosa di depan kedua anaknya yang masih kecil oleh 4 pria secara bergantian dan diancam akan dibunuh dengan senjata api. Bayinya yang berusia 2 bulan dibanting oleh pemerkosa hingga tewas.
Lalu, bagaimana aparat penegak hukum negeri ini menindak kasus tersebut?
Saat melaporkan, korban malah dipolisikan balik oleh terduga pelaku atas dugaan pencemaran nama baik. Perih sekali menyimak satu per satu kasus ketidakadilan hukum di negeri ini. Khususnya kasus yang mendera dan mencederai martabat perempuan.
Satu lagi, kasus di Tasikmalaya. Ketika istri dan anak pergi bekerja, seorang pria justru tega menyetubuhi menantunya sendiri. Kasus ini berakhir didamaikan oleh polisi dengan alibi adanya aroma perselingkuhan. Bagaimana mungkin seorang korban ketakutan tidak ingin kembali ke rumah mertuanya jika ini adalah kasus perselingkuhan?
Para perempuan semakin terkebiri harga dirinya. Hidup dalam ketakutan yang tersistem. Istri  bekerja demi ketahanan ekonomi keluarga. Bekerja menghidupi keluarga sementara suami meniduri anak menantu. Salah istri? Salah perempuan? Â
Yang melahirkan peradaban harusnya tidak pantas dilecehkan!
Selamat Hari Ibu.
Selamat Hari Pembedayaan Perempuan.