Mohon tunggu...
Nurul Khoirotunnisaa
Nurul Khoirotunnisaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - jey

mahasiswa uin malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Dayak di Desa Budaya Pampang

11 Maret 2021   20:06 Diperbarui: 11 Maret 2021   20:08 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia sebagai mahkluk yang berbudaya adalah perbedaan mendasar antara manusia dan makhluk hidup lain (hewan), karena manusia diberikan anugerah sebuah akal pikiran yang dengan itu manusia dapat menciptakan kebudayaan sehingga kehidupannya akan jauh dari kehidupan seperti hewan. Oleh karena itu manusia di sebut dengan makhluk social budaya, yang artinya manusia itu satu kesatuan, mereka hidup bersama dalam suatu kelompok masyarakat. sebab itu akan menumbuhkan suatu kebudayaan untuk mencukupi kehidupan meraka yang menjadi suatu kebiasaan.

Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang yang akan diwariskan kepada turun temurun mereka dari generasi ke generasi. Budaya biasanya berbentuk dari banyak unsur yang unik rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, bangunan, pakaian, dan karya seni. Dari pengertian budaya diatas saya mengambil contoh kebudayaan yang berada di desa budaya Pampang, Samarinda, Kalimantan Timur.

Desa budaya Pampang merupakan sebuah pemukiman dayak yang melestarikan budaya asli Borneo, Kalimantan Timur. Dimana masyarakat Apokayan dan Kenyah sebagai sub-suku Dayak tinggal di sekitar rumah lamin yang merupakan arsitektur tradisional untuk berbagai kegiatan budaya.

Desa Pampang meruapakan situs budaya Kalimantan Timur, tempat tinggal suku Dayak Kenyah setelah bermigrasi pada tahun 1960-an dari tempat asli mereka di dataran tinggi Apo Kayan, dekat perbatasan Indonesia dan Malaysia. Konon perpindahan mereka disebabkan oleh peperangan yang bercecamuk di wilayah Malaysia, sehingga kehidupan mereka terganggu, mereka mencari jalan agar memiliki kehidupan yang damai mereka rela meninggalkan tanah kelahirannya, dengan berpindah-pindah tempat tinggal selama bertahun-tahun lamanya sebelum akhirnya mereka menetap di desa Pampang, mereka bertahan hidup dengan melakukan cocok tanam.

Pada Desa ini memiliki kebudayaan yang sangat dijaga seperti rumah adat yang memiliki arsitektur tradisional. Apabila kita masuk desa ini akan disuguhkan dengan corak-corak khas pada rumah lamin yang serasa banget khas suku Dayaknya. Seperti rumah-rumah khas suku Dayak yang material utamanya kayu ulin. Bentuk rumah lamin ini juga unik, karena bentuknya yang memanjang ke arah belakang. Diantara banyak bangunan rumah adat terdapat rumah adat yang paling besar yaitu Rumah Adat Lamun Paming Adat Tawai.

Rumah Adat Lamun Paming Adat Tawai sangat megah yang terbuat dari kayu Ulin yang seluruh dinding rumah dihiasi dengan lukisan dan ukiran khas Dayak yang dominan dengan warna hitam, kuning, dan putih. Tiang penyangga rumah setinggi dua meter dan atap dihiasi dengan kayu yang diukir indah di tengah dan seiap sudut ruangan.

Sebuah tangga untuk menaiki rumah terbuat dari kayu. Bentuk tangga tidak ada bedanya antara rumah bangsawan dan rakyat biasa. Di depan rumah biasanya terdapat patung Blontang yang menggambarkan para dewa sebagai penjaga rumah atau lingkungan sekitar.

Pada ujung atap rumah dihiasi dengan kepala naga sebagai symbol keagungan dan kepahlawanan. Rumah panggung setinggi 3 meter sampai 5 meter dengan dinding berbentuk papan kayu dan di bagian bawah rumah berfungsi sebagai tempat memelihara ternak.

Tata letak rumah Lamin berbentuk panjang. Bagian depan rumah adalah Bale-bale untuk menerima dan menyambut tamu atau tempat berkumpul saat pertemuan kerabat. Rumah Dayak biasanya ditempati oleh beberapa keluarga, dalam satu keluarga masing-masing memiliki kamar pribadi sendiri-sendiri.

Kemudian mereka memiliki baju adat dan aksesoris yang masih sangat kental dengan budaya Dayak. Hal yang menarik yang dapat ditemukan disi yaitu para penduduk desa masih setia mempertahankan aturan adat soal cara berpakaian dan aksesoris yang dikenakan. Baik penduduk perempuan maupun penduduk laki-laki.

Penduduk laki-laki yang berada di desa Pampang biasanya membuat tato berpola tanaman dan hewan untuk menunjukkan posisi strata social. Sedangkan penduduk wanita masih berpegang teguh tradisi Mucuk Peningkang yaitu budaya memanjangkan telinga. Yang memiliki proses sejak lahir. Diantara orang Dayak Kenyah, memanjangkan telinga dilakukan dengan menggunakan gelang logam atau gasing kecil. Pemberat logam itu berfungsi agar telinga dapat memanjang hingan beberapa centimeter. Memanjangkan telinga ini berfungsi sebagai identitas umur, semakin panjang telinga semakin banyak umur dari orang tersebut. Pada zaman dulu memanjangkan telinga ini sebagai identitas pembeda antara manusia dengan orang hutan, agar dapat dibedakan antara manusia dan hewan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun