Mohon tunggu...
Nurulita Rachma Budi Utami
Nurulita Rachma Budi Utami Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Suka ngemil, jalan-jalan, berteman, dan no ngrumpi. Ane orangnya simple-simple aja.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Seseorang Menjadi Gay

2 Oktober 2013   23:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:05 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan di atas tentunya membuat kita berpikir, mengapa seseorang (pria tulen menjadi gay). Padahal para pria gay ini memiliki istri dan juga mereka memiliki anak (bagi yang berkeluarga). Kehidupan mereka juga terlihat normal (pria gay kebanyakan bertubuh bagus, tampan, bahkan terlihat sangat macho). Saya tertarik untuk menulis artikel ini karena saya melihat ada sesuatu yang memang membuat kita menjadi merenung.

Saya mencoba memperhatikan komunitas mereka dan pada saat itu yang ada di benak saya adalah pertanyaan mengapa menjadi demikian?. Suatu ketika saya bertemu dengan seorang phsykolog dan saya bertanya. Ternyata jawabannya adalah karena beberapa sebab,berdasarkan hasil riset dan wawancara ada beberapa faktor:

Kurangnya kasih sayang dalam keluarga (terutama kasih sayang seorang ayah). Ia mengalami rasa kehilangan tentang sosok seorang ayah.

Karena trauma tinggi disakiti wanita (dihianati, dilecehkan, dikecewakan hati dan perasaannya dengan teramat sangat, jika sudah berkeluarga istri terlalu dominan).

Kesepian, tidak memiliki teman/dikucilkan karena sebab-sebab tertentu.

Terbawa karena hubungan pertemanan (berteman/berjumpa kaum gay)

Merupakan gaya hidup dari rung lingkup yang ada.

Dari semua hal/sebab di atas, yang menarik adalah mereka memiliki perasaan yang peka, bahkan memiliki perasaan yang halus, lembut/ romantis, dan solidaritas yang tinggi terhadap teman-temannya. Gay juga memiliki komunitas dan strata sosial dari kelas bawah, menengah, dan kelas atas. Bahkan mereka memiliki jaringan bisnis yang biasanya di kelola antar teman. Mereka pun adalah orang-orang yang memiliki karir bagus serta berwawasan luas.

Terhadap wanita mereka juga dapat dijadikan teman untuk ngobrol atau pun curhat. Tak jarang pula mereka lebih memahami perasaan wanita. Hubungan pertemanan pun seringkali berlanjut menjadi hubungan kekasih (tertentu). Pada sesama kaum, jalinan cinta yang mereka rajut pun penuh dengan kisah cinta yang mesra/layaknya pria dan wanita berpacaran.

Dalam pandangan masyarakat kita, kaum gay tak ubahnya menjadi sorotan dan tatapan tak sedap (seperti kaum waria). Salah siapa semua terjadi? tentunya mereka pun tidak menghendaki hal itu terjadi pada diri mereka. Berusaha sembuh pun butuh waktu dan dukungan (tidak semudah membalik telapak tangan). Mereka sadar bahwa kehidupan dan apa yang mereka jalani memang demikian adanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun