STOP BULLYING DARI DINI UNTUK MENJAGA KUALITAS ANAK BANGSA
Pendahuluan
Bimbingan  pribadi sekolah  merupakan salah satu bidang pendidikan bimbingan konseling yang ada di sekolah terutama sekolah dasar. Masalah yang sering muncul dalam sekolah adalah budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi dikalangan peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah didesak segera menangani masalah ini secara serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih rendah atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. (Olweus, 1995 dalam Sari & Agung 2015: 32) men-deskripsikan "bullying sebagai suatu perilaku yang disengaja terjadi berulangulang dan adanya penyalah-gunaan kekuasaan dari pelaku".
"Siswa yang mendapatkan perilaku tersebut umumnya tidak memiliki keberanian untuk melawan temannya yang lebih kuat sehingga mereka lebih banyak diam ketika dijahili, diejek, atau ketika mendapat kekerasan dari temannya" (Coloroso, 2007 dalam Sari & Agung 2015: 32). Karena sangat bahanya dampak dari bullying bagi anak terutama anak tingkat SD ini, maka perlu adanya tindakan untuk mencegah bullying pada anak SD
ISI
Dalam Bimbingan pribadi-sosial berarti upayah untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan batinya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri dalam bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial berbagai lingkungan (pergaulanm sosial) Dalam lingkungan sekolah masalah yang di hadapi dalam pribadi-sosial adalah masalah bullying
"Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar" Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2014.
Siswa yang terdiri dari berbagai macam latar belakang kehidupan yang berpotensi menimbulkan kejadian bullying. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK ditemukan bahwa bullying merupakan sebuah kasus yang sering terjadi. Kasus bullying sangatlah banyak tindakannya seperti mengejek, memanggil teman dengan nama hewan, memberi label kepada teman, memalak, sampai pada kasus pemukulan. Pelanggaran bullying  ini merupakan pelanggaran terbanyak kedua selain kasus pelanggaran tata tertib. Bullying yang sering terjadi adalah umpatan verbal seperti caci-maki, menghina teman, mengancam, memalak, dan ada pula kasus pemukulan. Adapun korban sasaran bullying tidak memandang jenis kelamin, status sosial, maupun tingkatan kelas. Korban bullying ada yang mampu bertahan dan pulih secara efektif namun ada pula individu yang gagal karena tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan.
"A study based on a representative sample of the national Portuguese school population found that 57% of adolescents between 11 and 16 years of age reported their involvement in bullying behaviour at least once during the last school term. Of these, 10% were bullies, 21% were victims and 26% were bully/victims (Carvalhosa, Lima & Matos, 2001).
Since prevention of bullying is a major challenge in Portugal, it is crucial to identify the extent of the problem and factors that might prevent it. The main goal of this work is to understand the different processes, characteristics, settings and timing of bullying behaviour according to ecological system theory (Bronfenbrenner, 1986).
This work contributes more knowledge than currently exists on the development of effective strategies and policies to prevent bullying, especially in Portugal. Assuming that bullying can break down our natural equilibrium (ecology) and that it is possible to prevent it, the thesis analysed Process the relationship between young people and different settings; Person the differences between victims, bullies, bully/victims and noninvolved adolescents (in terms of individual behaviours and perceptions); Context family, peers, school (microsystem), relationships between the different microsystems (mesosystem), the influence of macroeconomic indicators and different cultures (macrosystem); and Time the influence of different age levels in the developmental process (chronosystem)."
"Artinya :Sebuah studi yang didasarkan pada sampel representatif dari populasi sekolah nasional Portugis menemukan hal itu 57% remaja berusia antara 11 dan 16 tahun melaporkan keterlibatan mereka dalam perilaku intimidasi disetidaknya satu kali selama masa sekolah terakhir. Dari jumlah tersebut, 10% adalah pengganggu, 21% adalah korban dan 26% pelaku intimidasi / korban (Carvalhosa, Lima & Matos, 2001).
Karena pencegahan bullying adalah tantangan utama diPortugal, sangat penting untuk mengidentifikasi sejauh mana masalah dan faktor-faktor yang mungkin mencegahnya. Utama Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk memahami berbagai proses, karakteristik, pengaturan dan waktu penindasan. Perilaku menurut teori sistem ekologis (Bronfenbrenner, 1986).
Pekerjaan ini berkontribusi lebih banyak pengetahuan daripada yang ada saat ini tentang pengembangan strategi dan kebijakan yang efektif untuk dicegah intimidasi, terutama di Portugal. Dengan asumsi bahwa intimidasi dapat menghancurkan keseimbangan alami kita dan mungkin untuk mencegahnya, tesis menganalisis Proses hubungan antara anak yang berbeda usia; perbedaan antara korban, pengganggu, (dalam hal perilaku dan persepsi individu); Konteks keluarga, teman sebaya, sekolah, hubungan antara berbagai lingkungan, pengaruhnya indikator ekonomi dan budaya yang berbeda dan pengaruh perbedaan tingkat usia dalam proses perkembangan." (International Journal of Developmental and Educational Psychology, 2009.)