"Eh....jangan-jangan si anu pelihara tuyul lagi "
Waduhh, parah kan kalau sampai begitu ? Untuk menghindari buruk sangka, rasa iri dengki, bolehlah kalau ada rezeki berlebih, jangan hanya untuk bersenang sendiri, tetangga juga perlu di tengok. Dibawakan oleh-oleh atau hadiah. Pasti mereka akan senang. Bukan cemoohan atau olok-olok, tapi doa dan rasa terima kasih yang mereka sampaikan.Â
"Terima kasih ya, semoga rezekinya tambah banyak dan berkah "
Siapa yang gak suka kalau dapat doa seperti itu ? Saya juga mau lah.Â
Nah, apalagi kalau hadiah untuk guru, kenapa tidak ? Ya kan ? Guru sudah begitu berjasa. Mendidik di sekolah hingga jadi pintar. Jadi mengerti sesuatu yang baik dan buruk. Bisa menulis dan membaca. Seperti dalam lagu itu loh, guruku tersayang. Jadi kalau sayang kepada guru, apalah artinya memberikan hadiah ? That's not a big problem, isn't it ?Â
Memberi hadiah yang dimaksud di sini tentunya adalah sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih. Bukan ada maksud lain-lain. Misalnya saja, ingin dapat rangking, lebih diperhatikan, dikasih nilai bagus, dll.Â
Memang ada begitu ? Pastinya ada. Tapi tak semua juga. Beberapa atau mungkin banyak orang sengaja memberi hadiah pada guru memang murni sebagai ucapan terima kasih. Sebagai rasa syukur karena sudah di didik dengan baik. Di beri pengetahuan yang berguna.Â
Intinya hadiah kepada guru sah-sah saja selama ikhlas memberikannya. Gurupun tak akan keberatan menerima. Justru senang hati. Namanya juga diberi, gak ada salahnya, ya kan ?
Mau kasih hadiah Bapak atau Ibu guru ? Satu jawaban tulus dan sederhana, boleh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H