Pagi-pagi sekali engkau sudah terjaga. Membantu perempuan hebat itu, pendamping setia. Menyiapkan kebutuhan kami, tanpa lelah. Padahal sehabis ini harus melanglang buana. Mencari sesuap nasi dan sebongkah permata.Â
Jarang sekali engkau merawat kami. Menyuapi atau memandikan kami, hampir tak pernah sama sekali. Kebersamaan kita pun dapat di hitung dengan jari. Tapi tak apa, kami tak akan protes. Kami tahu, cintamu ada. Mengalir seiring peluh, tetes demi tetes.Â
Saat malam tiba. Engkau baru beranjak pulang. Kamipun tak bisa menyapa dan bercakap. Karena kami sudah terlelap. Tapi belaian sayangmu masih terasa. Hangat dan lekat. Bersama ciuman di kening tersemat.Â
Teruntuk Bapak tercinta, terima kasih kami tak kan pernah setara  Membalas jasamu yang tak mungkin terhitung angka. Tapi yakinlah Bapak, lelah payahmu tiada percuma. Alunan munajat untukmu senantiasa. Janji kami jadi sholeh sholehah. Semoga surga menjadi tempatmu nanti di sana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H