Ibu....
Perempuan ayu dan lugu. Sorot mata sendu dan lembut. Adalah kembang desa di masa itu. Â Dialah ibuku. Perempuan tangguh. Â Tak suka mengeluh. Â Sakitpun tak jua mengaduh. Â Perempuan terhebat. Sungguh.Â
Ibu....Â
Dari air susunya aku bertumbuh besar. Dari tulus cintanya budi pekertiku berakar. Tak cukup kata "terima kasih Ibu" atau "Thanks Mom" . Beribu kata itu tak kan mampu membayar. Tapi ..... beliau tak pernah minta. Tak pernah ingin di tukar.Â
Ibu ......
Perempuan tercantik itu. Â Hangat peluknya selalu aku rindu. Â Belaian tangan lembutnya aku tunggu. Layaknya hujan yang datang di tengah kemarau. Â Sejuk dan teduh. Â Membungkus sakit dan susah menjadi syukur. Â
Ibu.....Â
Mohonku selalu.  Bisa berbakti padamu. Buatmu tersenyum. Sambut memutihnya rambutmu tanpa ragu. Tiada takut. Karena engkau tidak sendiri ibu. Doa anak sholeh selalu menemanimu.  Dan aku berharap itu adalah  aku. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H