Pakaiannya compang-camping, lusuh dan kotor. Wajahnya penuh debu dan daki. Sebuah karung plastik menyampir di bahunya.Â
Di tangannya sebuah besi penjepit untuk mengambil sampah-sampah plastik di sana.
Seorang anak lelaki dan gadis kecil tengah mengorak-arik sampah di sebuah TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Mencari botol dan kaleng-kaleng plastik bekas yang mungkin masih bisa di jual lagi. Â
Setelah beberapa lama mereka mencari barang-barang bekas yang biasa di sebut barang rongsok itu di sana, mereka beristirahat di sebuah bangku kayu tua di dekat TPA itu. Â
"Aku akan pergi mengadu nasib ke kota besar. Kamu jangan sedih ya ? Â Aku akan kembali untuk kamu.Â
Tunggu aku di sini !", kata anak lelaki itu.
Mata gadis kecil itu tampak berkaca, Â dia pasti akan merasa kesepian tanpa teman karibnya itu. Â
Akhirnya dengan berat hati gadis kecil itu melepas kepergian karibnya itu.Â
Hari- hari ia lalui tanpa sahabatnya. Â Setelah selesai mencari botol rongsok, ia habiskan untuk duduk di bangku kayu tua itu. Â
Sepuluh tahun berlalu gadis kecil itu tumbuh menjadi gadis yang jelita.